MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Isu terkait penculikan anak kian merebak di tengah masyarakat pasca kejadian kasus penculikan dan pembunuhan seorang bocah 11 tahun yang dilakukan oleh dua siswa SMA di Makassar. Maraknya isu tersebut ikut berdampak pada kasus main hakim sendiri yang terjadi di Kecamatan Tamalate.
Di mana, ada salah seorang pria inisial S (28 tahun) yang diduga hendak menculik anak di Jalan Daeng Ngeppe, tepatnya di Mesjid Rabbul Asjar, Kelurahan Balangbaru, Kecamatan Tamalate, Makassar di massa warga sekitar.
Dari keterangan salah seorang saksi bernama Laja menjelaskan bahwa pada hari Minggu (22/1/2023) sekitar Pukul 02.30 Wita, S tiba di Mesjid Rabbul Asjar dan bergabung dengan jamaah lainnya.
Sekitar pukul 03.00 Wita, pada saat jamaah tertidur, S disebut menarik kaki seorang anak usia 12 tahun di masjid tersebut. Namun pada saat S menarik anak itu terlihat oleh salah seorang jamaah yang ada dalam masjid dan spontan berteriak pencuri anak. Jamaah lain yang ada di dalam masjid pun secara sontan mengamankan S dan selanjutnya dibawa ke Polsek Tamalate.
Warga bersama para jemaah yang ada di lokasi sempat geram atas sikap S lalu ikut menghakimi S dengan cara dikeroyok atau dimassa.
Kapolsek Tamalate, Kompol Irwan Tahir menjelaskan, setelah S diamankan belakangan diketahui dia mengalami gangguan jiwa atau Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
"Yang diamankan itu (S) ada riwayat penyakit gangguan kejiwaannya," kata Kompol Irwan saat diwawancara, Senin (23/1/2023).
Irwan mengatakan S telah dipulangkan setelah dijemput oleh keluarganya. Selanjutnya keluarga S diarahkan untuk membawanya kembali ke Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi Makassar di Jalan Lanto Dg. Pasewang untuk mendapatkan perawatan.
"Tadi malam sudah dipulangkan, dijemput sama keluarganya, diarahkan masuk ke rumah sakit jiwa Lanto Daeng Pasewang (RS Dadi Makassar), bersama anggota juga. Jadi dia memang mempunyai gangguan kejiwaan," jelasnya.
Pelaku S sendiri disebut sempat dirawat inap di rumah sakit tersebut, kemudian terakhir di rawat jalan. Saat dalam perawatan jalan itulah dia kabur dari pengawasan keluarganya lalu menuju masjid tempat di mana S diamankan warga dan polisi.
"Dia dirawat inap di sana, kemudian terakhir ini dia dirawat jalan. Ketika dirawat jalan itulah (S) kabur dari pengawasan orang tuanya," jelasnya.
Bukti lain jika S mengalami gangguan jiwa disampaikan bahwa saat diinterogasi anggota polisi dari Polsek Tamalate. S memberikan keterangan yang berubah-ubah.
"Keterangan pelaku kepada penyidik selalu berubah-ubah. Jadi tidak mengarah ke satu masalah. Berubah-ubah keterangannya," sebutnya.
Adapun isu terkait isu penculikan anak yang dilakukan oleh S, Irwan menyampaikan bahwa itu tidak benar. Pelaku hanya menarik kaki korban namun diliat oleh warga sehingga dimassa.
"Terkait penculikan tidak ada, hanya kita lihat sendiri ada gangguan kejiwaannya. Korbannya ditarik kakinya, kemudian orang tuanya bangun, di situlah amuk massa tidak terkontrol," terangnya.
Kapolrestabes Makassar, Kombes Budhi Haryanto juga sempat menyampaikan bahwa di Kota Makassar tak ada penculikan anak dengan maksud penjualan organ tubuh seperti yang beredar. Masyarakat disebut tak perlu khawatir dan langsung melapor ke polisi jika ada laporan akan kehilangan anak agar segera dilakukan pencarian.
"Imbauan kepada masyarakat khususnya Makassar tidak ada namanya perdagangan organ, kalaupun ada anak yang hilang tidak usah khawatir, polisi akan membantu untuk mencari," pesan Budhi.
Tak hanya itu, Budhi juga menyampaikan kepada masyarakat khususnya orang tua agar selalu menjaga dan mengawasi anak-anak. Mulai dari lingkungan atau pergaulannya, juga aktivitas anak perlu untuk diawasi.
Adapun jika ada kasus penculikan anak, Budhi menegaskan bahwa itu tidak terkait dengan bisnis penjualan organ tubuh tapi dengan maksud lain.
"Sebaliknya pada orang tua atau yang di tuakan di keluarga, anak-anaknya dijaga, jangan di lepas begitu saja sehingga bisa dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindakan kriminal. Sekali lagi perdagangan organ itu tidak ada," tegasnya.
"Penculikan anak kalau di bilang tidak ada saya tidak bisa ngomong tidak ada. Tapi tujuannya bukan karena akan diambil organnya, tapi pasti sesuatu (masalah lain). Untuk mengatasi itu kita minta kerjasamanya dengan keluarganya. Anak-anaknya dijaga, jagan sampai tidak terkontrol," pungkasnya. (isak/B)