“Ini saya kira dalam kehidupan politik dimana-mana itu biasa. Apalah demokrasi liberal, lawan itu harus kita turunkan popularitasnya. Harus kita, istilahnya apa yah. Kalau bisa dijelek-jelekin terus supaya tidak bisa muncul,” tutur Bacapres Gerindra ini.
Dikatakan, ini sudah menjadi fenomena di banyak negara. Dia menyinggung Amerika Serikat juga seperti itu.
Prabowo mengatakan, itu sudah menjadi risiko bagi dirinya yang memiliki background militer.
“Saya anggap ini risiko saya sebagai prajurit. Saya telah melaksanakan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan sumpah saya. Saya pertaruhkan nyawa saya berkali-kali untuk Republik, untuk rakyat. Jadi saya tenang, saya tidak kemana-mana,” ungkapnya.
“Ya jadi bener nggak selalu dibilang inilah itulah mau kudeta ya kan. Dan sebagainya menculik, pembunuh dan gimana yah, saya mau apakan. Dan begini yah. Inikan demokrasi. Kalau rakyat percaya semua tudingan-tudingan itu, ya rakyat nggak usah milih saya. Selesai kan,” sambungnya.
Ketika ditanya soal isu HAM akan menjadi catatan dalam rekam jejak perjalanan karier dan militernya hingga penjelasan latar belakang, konteks peristiwa itu, Prabowo mengaku sudah berkali-kali menjelaskan.
“Saya kira sudah empat kali saya jelaskan. Sudah ada semuanya di record public domain. Iyakan, jadi bagaimana. Dan ini saya kira akhirnya kita bicara masa lalu. Iya kan ini 30 tahun yang lalu dan sebagainya. Memang ini sesuatu yang tidak enak dan mengganggu saya, tenang tapi itu saya harus hadapi. Itu risiko seorang prajurit. Itu risiko saya. Banyak rekan saya. Banyak anak buah saya malah hilang tangan, malah gugur. Ini risiko saya. Saya harus hadapi,” pungkasnya. (FO)