Jelang Penetapan DCT, Kader “Kutu Loncat” Kian Marak

  • Bagikan

Menurut dia, secara umum, ada tiga faktor fenomena migrasi partai para elite partai marak terjadi apalagi menjelang pemilu. Pertama, kata Ras, rendahnya party identity yang melekat pada kader. Kondisi ini yang menyebabkan sehingga berpindah partai adalah hal biasa saja.

Ras mengatakan, partai tidak lebih hanya sekadar kendaraan politik, bukan sebagai instrumen perjuangan ideologis untuk menegakkan dan memperjuangkan nilai-nilai politik tertentu.

"Diperburuk lagi dalam pilkada kerap ada praktik mahar partai yang marak terjadi. Label partai hanya sekadar kendaraan politik," ujar Ras.

Faktor kedua, sambung dia, penilaian kader terhadap partai yang tak menguntungkan secara politik. Dia mencontohkan Partai NasDem yang saat ini tak lagi baik dalam pentas politik nasional karena melawan arus rezim.

"Tentu kader-kader yang tak bersih dalam mengelolah pemerintahan, akan bermigrasi ke partai penguasa," ujar dia.

Faktor ketiga, ketidaknyamanan antara pimpinan partai dan kadernya. Menurut Ras, banyak kader partai memutuskan tetap di partai yang sama karena pimpinan atau para petinggi partai berhasil memberi rasa nyaman bagi kader. Faktor-faktor besar penyebab berpindahnya para elite atau kader partai ke partai lain karena mereka menilai jika partai politik hanya sekadar kendaraan politik semata.

"Olehnya itu, sistem rekrutmen kader mesti lebih kuat dan selektif lagi sehingga, fenomena migrasi kader atau elite partai bisa diminimalisasi," imbuh Ras.

  • Bagikan