Jelang Penetapan DCT, Kader “Kutu Loncat” Kian Marak

  • Bagikan

"Bisa dibilang ancaman ini justru akan jadi motivasi bagi anggota partai lainnya untuk bekerja dengan lebih baik. Di sisi lain dengan peningkatan kinerja ini tentu yang diuntungkan adalah partai," ujar dia.

Andi Ali menyatakan figur "kutu loncat" tidak mempengaruhi popularitas yang dimiliki. Meskipun setiap masa pencalegan atau momentum politik, figur kerap mengendarai partai baru. "Popularitas melekat pada individu bukan partainya," tutur Ali.

Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI) Nursandy Syam melihat fenomena kader pindah-pindah partai merupakan peristiwa yang jamak terjadi di era demokrasi saat ini.

"Mudah masuk menjadi kader, mudah pula keluar dari partai. Ini konsekuensi buruk dari mandeknya proses kaderisasi yang berjalan di partai," katanya.

Menurut dia, kader partai tidak menjadikan ideologi dan prinsip dalam berpolitik. Tetapi, lebih mengedepankan kepentingan personalnya. Nursandy mengatakan, banyak hal yang mempengaruhi keputusan pindah partai seseorang.

Pertama, politik patronase. Kader cenderung melihat figur ketua partai. Bila kader tidak punya relasi yang kuat dengan ketua partai maka migrasi tak akan terjadi.

"Kedua, semangat dalam berpartai. Kader yang kurang mendapatkan apresiasi dan kepercayaan yang lebih besar oleh partainya akan goyah semangat berpartai," ujar dia.

  • Bagikan