MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Ketua Komisi Hubungan Antar Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (HAUB MUI) Sulawesi Selatan, Prof Dr H Wahyudin Naro, MHum menghadiri forum group discussion (FGD) tentang dialog kerukunan dan kebangsaan yang diselenggarakan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
FGD dialog kerukunan dan kebangsaan ini mengambil tema yakni memperkokoh kerukunan umat beragama dalam bingkai semangat kebangsaan yang dihadiri oleh Kakanwil Kemenag Sulsel yang juga memberikan sambutannya.
Kegiatan ini melibatkan seluruh FKUB Kabupaten se Sulsel sebagai peserta dialog, bersama para Ketua Majelis Agama lainnya, beberapa perwakilan ormas dan kegiatan ini dirangkai dengan penanda tanganan deklarasi kerukunan antar umat beragama yang terlaksana di hotel Gammara Jl. Metro Tanjung Bunga Makassar, pada hari Kamis, 31 Agustus 2023.
Menurut Prof Naro selaku Ketua Komisi HAUB usai dialog secara resmi dibuka oleh Gubernur Sulsel yang diwakili oleh Kaban Kesbangpol Provinsi, menekankan pentingnya pembauran sosial di masyarakat. Ada tiga poin penting yang harus dilakukan dalam rangka menciptakan kerukunan antar umat beragama, di mana salah satunya adalah melakukan pembauran secara sosial di kalangan masyarakat.
Poin pertama kata Prof Naro adalah, kegiatan ini menjadi sebuah gagasan yang dapat menterjemahkan antara manusia dengan manusia dan memposisikan manusia tanpa ada syarat.
"Sehingga kerukunan ini tak dapat di pisahkan dengan keberagaman. Keberagaman ini telah menjadi akar budaya dalam masyarakat yang telah terjadi jauh sebelum nusantara ini berdiri dan menjadi negara Indonesia,” ujar Ketua Forum Komunikasi Lintas Agama ini.
Mantan Wakil Rektor II UINAM ini pun melanjutkan bahwa Komisi HAUB MUI sangat menyarankan setelah dialog seperti dilakukan, maka perlu adanya aksi-aksi nyata di masyarakat sehingga terjadilah pembauran yang dapat menghindarkan masyarakat dari aksi-aksi teror psikologi dan teror agama.
“MUI Sulsel sebagai contoh telah melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, seperti di tempat ibadah atau sekretariat kantor agama lain. Aksi sosial lainnya yaitu terjun langsung ke masyarakat bersama para pemuka agama lain,” kata Guru Besar kampus UINAM ini.
Lebih jauh Prof Naro mengatakan bahwa poin kedua adalah, perlunya membaca perubahan perilaku masyarakat yaitu dengan kemajuan teknologi yang memaksa kita untuk memasuki dunia digital dan memahami literasi digital. Tujuannya untuk mencerdaskan masyarakat dalam melihat mana informasi yang bersifat hoax dan bukan hoax.
Hal yang ketiga yang disampaikannya yakni pentingnya membekali warga beragama khususnya pengetahuan tentang wawasan kebangsaan. Oleh karena, setelah mereka memahami wawasan kebangsaan, maka akan mudah untuk mengarahkan mereka melakukan pembauran dan memproduktivitas kegiatan yang kreatif dan inovatif. (*)