MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Kasus stunting di Kota Makassar masih tinggi. Berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) mencatat di tahun 2022 lalu, stunting di Kota Makassar yakni 18,4 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, dr Nursaidah mengungkapkan, salah satu pencegahan stunting dengan pemberian makanan bergizi yang memiliki protein. Seperti di antaranya ikan dan telur.
dr Ida mengungkapkan bahwa saat ini ikan lebih banyak di konsumsi oleh masyarakat kalangan mampu. Maka dari itu, ia merasa miris dengan kondisi tersebut. "Tapi sebenarnya stunting ini tidak hanya di kawasan kumuh saja, biar berduit kalau pemberian gizinya tidak bagus itu sama saja," ujar dr Ida.
Sebagai upaya penanganan stunting, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Makassar Sunarti mengungkapkan pihaknya terus massif memberikan edukasi melalui sosialisasi makan ikan di tingkat puskesmas.
"Edukasi ini terus kita tingkatkan. Bagaimana caranya memberikan pengertian ke orang tua balita untuk mementingkan gizi anaknya," terang Sunarti.
Sunarti menyebut saat ini masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa makan ikan merupakan makanan kelas dua. Padahal, masyarakat kalangan menengah ke atas telah menganggap bahwa ikan sebagai asupan wajib karena memiliki banyak gizi.
"Inikan banyak, bisa yang murah-murah saja, ikan, telur, kemudian ditambah dengan sayur divariasikan," tutup Sunarti.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Makassar prevelensi stunting per Kecamatan 2023 yaitu di Bontoala 5,98 persen, Sangkarrang 5,45 persen, Tamalate 4,40 persen, Tallo 4,05 persen dan Panakkukang 3,50 persen.
Selanjutnya, Kecamatan Rappocini 3,39 persen, Tamalanrea 3,30 persen, Biringkanayya 3,27 persen, Mariso 2,56 persen dan Ujung Tanah 2,53 persen.
Terakhir, Kecamatan Wajo 2,50 persen, Manggala 2,35 persen, Makassar 1,54 persen dan Mamajang 0,56 persen. (Shasa/B)