MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Tiga sosok nasional ini terus menjadi perhatian publik di kancah Pemilihan Presiden 2024. Posisinya sebagai king maker untuk tiga pasangan kandidat tak hanya bekerja di balik meja.
Tidak tanggung-tanggung, mereka harus turun gunung sebagai tanda pertarungan pemilihan presiden kali ini, akan berlangsung sangat keras. Jusuf Kalla, Megawati Soekarnoputri, Joko Widodo yang dibaca publik ikut mendukung salah satu paslon, bisa menjadi tokoh penentu kemenangan Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.
Jusuf Kalla atau JK belakangan ini intens bergandengan tangan bersama Anies Baswedan, pascadeklarasi dukungan kepada calon presiden nomor urut 01 itu. Bekas wakil presiden itu menjadi penyokong utama dari kalangan tokoh nasional.
Sementara Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, tidak membiarkan Ganjar Pranowo berjalan sendiri. Bahkan, mantan presiden kelima itu menjadi ujung tombak di sejumlah kampanye akbar yang digelar Ganjar-Mahfud di sejumlah wilayah.
Adapun Joko Widodo, meski tak pernah menyatakan secara langsung mengenai dukungan kepada Prabowo Subianto, namun arah sokongan presiden ke tujuh itu terus terbaca publik. Sebagai kepala negara yang harus netral, sikap politik Jokowi bisa ditebak secara terang-terangan; mendukung nomor capres urut 02 yang pasangannya adalah Gibran Rakabuming Raka, anak sulung Jokowi.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Profesor Armin Arsyad menilai keberadaan tiga tokoh nasional tersebut kerap "bermain" di balik layar. Meski begitu, belakangan ini mereka sudah show force ke publik.
Armin mengatakan, daya tarik dan pengaruh mereka sebagai bekas dan pejabat negara sering menjadi penentu bagi seorang bakal calon dalam meningkatkan elektorat.
"Tentu saja, Pilpres 2024, figur calon butuh dukungan tokoh-tokoh nasional yang berpengaruh untuk membantu dalam memberi meyakinkan kepada pemilih," kata Armin, Selasa (23/1/2024).
Mantan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unhas itu mengatakan, tokoh nasional yang terlibat langsung dalam memberikan dukungan telah memilah basis dukungan masing-masing dalam menerapkan strategi kampanye politik. Armin menilai, basis disisir berdasarkan pemilih, dengan tiga tipikal utama yakni pemilih emosional, tradisional, dan pemilih rasional.
Armin menjelaskan, pemilih emosional merupakan pemilih yang memiliki hubungan emosional sangat kuat dengan identitas yang membentuk dirinya dari sejak lahir seperti ideologis, agama, dan budaya. Sedangkan pemilih tradisional adalah mereka yang dapat dimobilisasi selama kampanye berlangsung.
"Loyalitas yang tinggi adalah salah satu ciri paling nyata dari pemilih semacam ini," imbuh Armin.
Adapun pemilih rasional, kata Armin, adalah pemilih yang mengesampingkan faktor emosional dalam memaknai suatu informasi. Dalam artian, lanjut dia, pemilih kategori ini bisa menjawab secara terinci sebab mereka membuat suatu pilihan politis.
"Aktor andal di belakang pasangan 01 adalah Pak JK, di samping memang ketokohan Anies Baswedan yang juga besar dan memiliki prestasi bagi pemilih yang berharap kandidat yang memiliki prestasi," ujar dia.
"Tapi kalau pertimbangan pilihan karena etnis, ya, pilihannya adalah nomor urut 03. Di belakang mereka ada Megawati. Artinya, Ganjar yang akan banyak dipilih oleh etnis Jawa. Sedangkan kalau pertimbangan alat peraga dan alat lainya, ya, Prabowo yang menang apalagi dekat dengan Jokowi," sambung Armin.
Armin mengutarakan alasan suku Jawa yang akan banyak memilih Ganjar-Mahfud. Menurut dia, jumlah pemilih di Jawa sangat banyak dan relatif tidak ingin dipimpin oleh figur dari luar Jawa.
"Karena satu-satunya etnis Jawa capres dan cawapres presiden hanya nomor 03. Yang lainnya itu hanya wakilnya yang Jawa. Sudah pengetahuan umum bahwa wakil itu adalah ban serep. Saya khawatir Jawa tidak mau ambil resiko untuk pilih ban serep. Apabila Jawa bersatu, di mana-mana Ganjar yang akan menang," imbuh Armin.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Profesor Sukri Tamma mengatakan para tokoh nasional diharapkan bisa meyakinkan pemilih kepada kandidat yang didukung. “Tapi jangan hanya memberikan keyakinan tapi para aktor tersebut harus juga meyakinkan pemilih dengan turun langsung,” ujar Sukri.
Dirinya menyebutkan walau JK sebagai wapres dua periode, Andi Amran Sulaiman menteri, dan Danny Pomanto sebagai wali kota Makassar, namun mereka harus turun memberikan keyakinan kepada masyarakat mengenai keunggulan para jagoannya.
“Banyak aktor namanya sudah sampai nasional, tapi di level akar rumput tidak terlalu dekat. Tapi bagaimana mereka bisa menarik suara, bukan hanya sekadar image,” imbuh dia.
Direktur Politik Profetik Institute, Asratillah mengatakan bila merujuk ke beberapa hasil survei, maka ada dua pasang capres-cawapres yang memiliki basis kuat di Sulsel, paslon nomor 01 dan nomor 02.
“Paslon nomor 01, diuntungkan oleh beberapa hal di Sulsel. Pertama, Partai NasDem yang merupakan pengusung utama paslon nomor 01, adalah partai yang cukup kokoh secara elektoral di Sulsel. Serta memiliki infrastruktur politik yang mengakar dan dinamis di tingkat akar rumput.
“Kedua, secara kultural pemilih Sulsel, relatif sensitif dengan isu-isu keagamaan, paslon nomor 01 dianggap representasi politik kelompok muslim perkotaan dan kelompok santri di pedesaan. Ketiga, salah satu tokoh sentral Sulsel yakni Jusuf Kalla, secara terang-terangan memberikan dukungan kepada Anies,” lanjutnya.
Sedangkan Prabowo-Gibran diuntungkan oleh beberapa hal pula. Mulai dari tahun 2019, Prabowo mendapatkan perolehan suara dominan di Sulsel, hal ini tentu masih beresonansi ke pemilu di Februari nanti.
“Partai-partai pengusung Prabowo-Gibran seperti Golkar dan Gerindra adalah parpol2 yg kuat secara elektoral di Sulsel. Gerbong Politik Andi Amran Sulaiman yang juga Menteri Pertanian serta mantan Gubernur Sulsel dalam hal ini Andi Sudirman Sulaiman, secara terang-terangan memberikan dukungan kepada Paslon 02,” bebernya.
Sementara Paslon 03 di Sulsel dia lihat tidak begitu kokoh. Walau memang santer disebutkan bahwa Danny Pomanto berada di belakang paslon 03.
“Namun beliau tidak begitu terang-terangan mengendorse paslon 03. Mungkin Pak Danny juga berhati-hati mengingat posisinya sebagai wali kota Makassar yang mesti berada pada posisi tengah secara politik, agar pemilu nanti bisa berjalan sukses,” imbuh dia.
Direktur Nurani Strategic, Nurmal Idrus menilai, secara umum, gambaran peta politik Sulsel selama ini memang berpihak pada pasangan nomor 01 (AMIN) dan 02 (Prabowo-Gibran).
"Saya pikir, pengaruh tokoh tidaklah terlalu besar dalam menggaet pemilih di Sulsel dalam Pilpres ini," ujar Nurmal.
Menurut dia, partai pengusung yang berada di antara kedua paslon ini, adalah patron politik Sulsel, seperti Golkar dan Gerindra di 02 dan NasDem serta PKB di 01.
"Preferensi pemilih di Sulsel lebih banyak dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap figur paslon yang dianggapnya sesuai kriteria mereka menjadi presiden masa depan," imbuh dia.
Tim Pemenangan Daerah (TPD) Ganjar-Mahfud di Sulsel siap mengikuti instruksi dari Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri agar Ganjar-Mahfud menang di Pilpres 2024. Sekretaris TPD Ganjar-Mahfud di Sulsel, Fadli Ananda mengatakan, pihaknya tegak lurus mengikuti apapun perintah dari pusat.
"TPN sudah bilang, kita bakalan bermain sesuai arahan yang tadi juga Ibu Mega bilang bahwa kita menang satu putaran," uajr Fadli.
Menurut dia, TPD sudah mempunyai rencana sendiri untuk menggaet hati masyarakat agar bisa menang di Sulsel, khususnya di Makassar yang merupakan wilayah dengan basis terbanyak.
"Sulsel ini memang wilayah tarung kita, walaupun survei belum menunjukkan hal yang baik di Sulsel. Cuma kami berjuang terus dan berharap sesuai target yang diberikan oleh TPN," ucapnya.
Apalagi, kata dia, hanya kantor TPD Ganjar-Mahfud di Sulsel yang masif bergerak jika dibandingkan dengan tim dari paslon lain.
"Kalau teman-teman lihat sendiri di Makassar, ya, saya cuma tanya sama teman-teman ini, kira-kira kantor TPD yang berjalan ini di mana selain TPD Ganjar-Mahfud. Itu saja yang dilihat," imbuh Fadli.
Juru Bicara Timnas AMIN, Muhammad Ramli Rahim mengatakan, sejauh ini memang Wakil Presiden RI ke-10 dan 12 Jusuf Kalla (JK) turun gunung mendampingi cawapres Muhaimin Iskandar atau Cak Imin saat kampanye.
"Momen ini kami sambut baik pendukung dan relawan AMIN. Karena tokoh dan panutan menangkan AMIN," ujar Ramli.
Ramli mengatakan, turunnya JK akan memberikan pengaruh yang luar biasa untuk mendongkrak keterpilihan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN). Ia yakin kemenangan sudah semakin dekat.
"Saya kira ini tanda-tanda kemenangan AMIN. Kenapa? karena Pak JK pasti punya hitungan yang cermat bahwa AMIN pasti bisa memenangkan Pilpres 2024," kata dia.
Ramli menguraikan, selama kontestasi Pilpres, politisi senior Partai Golkar itu selalu punya hitungan-hitungan cermat terkait siapa yang akan terpilih. Misalnya, saat ia memenangkan Pilpres 2004 dengan maju mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Selanjutnya saat JK memutuskan kembali maju mendampingi capres Joko Widodo di Pilpres 2014 dan keduanya menang. Menurut Ramli, kemenangan tersebut sesuai dengan keyakinan Ketua Dewan Masjid Indonesia itu. Kemudian setelah itu, JK yang memutuskan tidak lagi maju memilih berpihak ke Jokowi-Ma'ruf Amin. Alhasil pasangan itu menang.
"Jadi Pak JK ini memang seorang petarung yang luar biasa, dengan perhitungan cermat, ketika beliau yakin maka akan mengambil ke putusan. Dan hari ini beliau turun ke gelanggang di Surabaya yakin kalau AMIN akan menang," ucap dia.
Ramli menegaskan, semua politisi di Indonesia sudah pasti hafal dengan karakter JK. Terutama terkait perhitungannya yang cermat itu. Bukan hanya hitungan soal calon pemimpin, tetapi ekonomi, pembangunan, pekerjaan pemerintah juga. Dan itu, kata Ramli, yang membuat pemerintahan SBY-JK dulu sangat efektif, karena keberadaan JK.
Oleh karena itu, Ramli yang juga merupakan Ketua Umum Konfederasi Nasional Relawan Anies (KoReAn) ini yakin turunnya JK akan sangat berpengaruh terhadap konstelasi politik di Indonesia.
"Terutama di Sulsel. Pak JK pasti punya pengaruh sangat besar, putra Bugis-Makassar paling sukses adalah beliau. Saya kira Pak JK akan menjadi patron rakyat Sulsel, dan saya kira juga di seluruh Indonesia oleh masyarakat Bugis-Makassar lainnya," tutup dia. (suryadi-fahrullah/C)