MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Elite Partai Golkar dipastikan 'saling sikut' dalam penentuan kandidat yang akan diusung pada pemilihan wali kota Makassar 2024. Meski pengurus pusat hanya menugaskan satu nama, namun munculnya figur lain di internal partai akan memicu sengitnya persaingan merebut rekomendasi. Adu pengaruh elite Golkar di kontestasi ini tak dapat dihindari.
Sebagai pemenang kedua pada pemilihan legislatif di Kota Makassar, Partai Golkar memiliki target untuk tetap mengusung kader di Pilwali Makassar. Jauh-jauh hari, DPP Partai Golkar telah memberi surat tugas kepada Ketua Golkar Makassar, Munafri Arifuddin alias Appi sebagai bakaL calon tunggal.
Namun belakangan, elite Golkar Sulsel, Rahman Pina ikut mendeklarasikan diri menjadi salah satu bakal calon. Dalam dua pekan belakangan ini, legislator Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan itu 'tiba-tiba' muncul dengan tagline "Bukan Coba-coba". Rivalitas Munafri Arifuddin dan Rahman Pina dalam memperebutkan rekomendasi Golkar akan berjalan sengit.
Munafri didukung penuh oleh kerabatnya Erwin Aksa yang menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Strategis di DPP Partai Golkar. Sedangkan, Rahman Pina dikenal sebagai loyalitas Ketua Golkar Sulsel, Taufan Pawe.
Persaingan keduanya untuk mendapatkan tanda tangan basah Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto juga tidak akan berjalan mulus. Penyebabnya, satu figur eksternal diperkirakan akan mengganggu konsentrasi lobi-lobi keduanya ke DPP.
Mantan Bupati Sinjai Andi Seto Gadhista Asapa adalah sosok kuda hitam dalam merebut rekomendasi Golkar. Andi Seto adalah Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra Bidang Pemberdayaan Kepala Daerah se-Indonesia. Meski begitu, Andi Seto merupakan anak mantu dari Wakil Ketua DPP Golkar, Nurdin Halid. Bahkan, keinginan Andi Seto bertarung di Kota Makassar atas dorongan penuh dari Nurdin Halid.
Sekretaris Golkar Sulsel, Andi Marzuki Wadeng mengatakan munculnya Rahman Pina di Pilwalkot Makassar tidak menjadi masalah. Menurut dia, penentuan figur yang akan diusung oleh partai akan berdasarkan pada hasil survei internal partai.
“Semua keputusan ada di DPP Golkar. Siapapun memiliki survei yang bagus akan dipertimbangkan oleh DPP untuk diusung," ujar Marzuki.
Dia juga tak mempermasalahkan munculnya Andi Seto yang didorong oleh Nurdin Halid. Menurut Marzuki, tidak tertutup kemungkinan Andi Seto juga masuk dalam radar survei oleh DPP Golkar untuk Pilwali Makassar. Namun, kata dia, figur eksternal yang ingin mengendarai Golkar harus melapor terlebih dahulu ke pengurus.
"Tapi, sampai saat ini saya belum tahu dia (Andi Seto) telah melapor ke DPD Makassar atau belum,” beber Marzuki.
Sementara sebelumnya, Erwin Aksa telah menegaskan Munafri Arifuddin telah mendapat penugasan dari DPP Golkar untuk maju di Pilwali Makassar 2024. Surat penugasan tersebut harus dijalankan demi menjaga muruah Partai Golkar.
"Menang atau kalah, itu persoalan belakang. Intinya, Appi harus maju demi menjaga martabat Partai Golkar," ujar Erwin.
Erwin menyebutkan Appi telah membuktikan elektoralnya di pemilu dengan berhasil duduk di DPRD Sulsel. “Appi juga berhasil meningkatkan capaian kursi Golkar Makassar dari lima kursi menjadi enam kursi,” kata Erwin.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Makassar, Andi Ali Armunanto, menilai tiga figur yang sedang santer dibicarakan berpeluang mendapatkan rekomendasi Partai Golkar sebagai tiket untuk maju di Pilwali Makassar 2024, sama-sama memiliki peluang besar karena memiliki orang dekat dengan pengurus DPP.
"Saya rasa sama-sama berpeluang saat ini, karena belum ada yang secara resmi mendapat mandat dari partai," ujar Andi Ali.
Namun demikian, Andi Ali menuturkan, ada beberapa hal yang bisa dijadikan tolok ukur atau indikasi dalam melihat popularitas ketiga figur tersebut, utamanya pada top of mind pemilih, dalam hal ini masyarakat Makassar. Mengingat, untuk Munafri pernah maju dua kali dalam kontestasi Pilwalkot Makassar namun gagal.
Begitu juga dengan Rahman Pina yang secara figur tidak lagi familier, utamanya di wilayah pemilihnya yakni Dapil Sulsel II meliputi Kecamatan Panakkukang, Biringkanaya, Manggala, dan Tamalanrea.
"Tentu Munafri jauh lebih dikenal karena pernah jadi calon wali kota sebelumnya, baik 2018 maupun 2020 dan itu jadi modal utamanya. Walaupun, tentu popularitas itu lebih harus bekerja lagi, mengkonversi popularitasnya menjadi kredibilitas," kata Andi Ali.
"Sisi lain memang Rahman Pina juga cukup dikenal utamanya di dapil pemilihnya di Makassar, karena dia baru saja jadi calon legislatif di situ. Tentu masih segar dalam ingatan masyarakat dan untuk meningkatkan popularitasnya dia harus ekspansi di wilayah-wilayah Makassar yang lain, belum lagi harus bekerja untuk elektabilitasnya," sambung dia.
Berbeda dengan Andi Seto Gadhista Asapa, kata Andi Ali, meskipun pernah menjabat sebagai Bupati Kabupaten Sinjai, namun untuk di Kota Makassar belum begitu dikenal masyarakat. Kalaupun dikenal lewat sejumlah baliho yang mulai bertebaran di beberapa sudut Kota Makassar, namun secara personal belum begitu dikenal masyarakat.
"Sisi lain memang Seto tentu tidak dikenal publik Makassar, walaupun dia mantan Bupati Sinjai, mungkin popularitasnya di Sinjai bagus, tapi kalau kita jalan tanya satu-satu warga Makassar, ada tidak yang kenal Seto?, tentu belum banyak yang kenal, kecuali mungkin yang liat balihonya saja, tapi secara personal mereka belum kenal," kata Andi Ali.
Selain masalah popularitas tersebut, Andi Ali juga mengatakan ada beberapa variabel yang perlu dilihat yaitu seberapa besar kekuatan jaringan ketiga figur tersebut. Termasuk seberapa besar kekuatan modalnya dan seberapa dekat mereka dengan tokoh-tokoh yang punya pengaruh di Partai Golkar, sebagai penentu nantinya.
"Walaupun misalnya Seto tidak dikenal, tapi bisa saja kemudian dengan kekuatan jaringan dan kekuatan modal yang dimiliki bisa menjadi kuda hitam di Golkar bahkan menjadi kuda hitam di Makassar. Jadi saya rasa mereka sama-sama punya peluang," ucap dia.
Sementara itu, figur-figur yang ikut mengincar kursi wali kota Makassar turut menggeliat. Sejumlah kandidat telah memasang baliho sebagai alat sosialisasi. Salah satunya adalah baliho milik Rusdin Abdullah alias Rudal. Spanduk dan baliho Rudal terlihat berdiri di berbagai titik di Makassar. Baliho berlatar oranye menunjukkan pengusaha ternama itu tersenyum dengan gambar merah putih sebagai latar.
Pose itu senada dengan 'tagline' yang menyertai fotonya, yaitu "Rudal Sayang Makassar". Baliho ini mirip dengan baliho Fatmawati Rusdi yang sama-sama menggunakan simbol hati.
Orang dekat Rudal, Hamzah merespons maraknya pemasangan alat sosialisasi tersebut. Menurut dia, pemasangan merupakan inisiatif relawan dan simpatisan Rudal di Makassar.
"Kami telusuri relawan-relawan Rudal yang berinisiatif memasang baliho itu," ujar Hamzah.
Hamzah mengatakan, rencana Rudal yang akan ikut kembali menjadi calon wali kota Makassar mendapat respons positif dari warga Makassar. "Mereka berharap Rudal bisa membawa Makassar berkembang di berbagai sektor, seperti infrastruktur, ekonomi, pendidikan, dan lingkungan," kata Hamzah.
Partai Nasdem Makassar kerap dikaitkan sebagai kendaraan politik bagi Rudal di Pilwali Makassar. Dalam sebuah video yang sempat viral Ketua NasDem Makassar, Andi Rahmatika Dewi memberi pernyataan mengenai Rudal.
"Rudal sayang Makassar: bersatu, berjuang, menang," kata Rahmatika.
Sekretaris NasDem Makassar, Ari Ashari Ilham membenarkan yel-yel yang ada di dalam video itu memberi isyarat bila NasDem akan mendukung Rudal di Pilwali Makassar 2024. Menurut dia, dukungan kepada Rudal tersebut disampaikan secara terbuka di kantor DPW Partai NasDem Sulsel, Jalan Metro Tanjung Bunga Makassar pada Minggu malam 19 Mei 2024.
Meski berpeluang mengendarai NasDem, namun Rudal tetap dipersilakan menjajaki partai lain. NasDem Makassar hanya punya delapan kursi di parlemen sehingga membutuhkan koalisi partai untuk menggenapkan sepuluh kursi minimal syarat dukungan.
Tak hanya itu, pihak DPD NasDem Sulsel juga masih menunggu arahan dan petunjuk Ketua DPW NasDem Sulsel, Rusdi Masse mengenai langkah ke depan.
"Politik sangat dinamis. Tapi, NasDem memberikan sinyal mendukung Rudal di Pilwali, tujuannya untuk penjajakan," imbuh Ari.
Menurut dia, Rudal merupakan sosok pengusaha yang dianggap sebagai keluarga besar NasDem. Pada Pilwali 2020, kata dia, Rudal ikut membantu pemenangan Fatmawati Rusdi saat berpasangan dengan Danny Pomanto.
"Jadi tidak mustahil bila NasDem mendukung Rudal di 2024. Hanya saja, sekarang masih tahapan penjajakan, melihat keinginan masyarakat seperti apa," imbuh dia.
Bila NasDem berkoalisi dengan salah satu partai untuk mendukung Rudal, maka secara otomatis syarat dukungan mencukupi untuk ikut kontestasi Pemilu 2024.
Adapun beberapa figur yang masuk bursa bakal calon wali kota Makassar yang telah mengambil formulir di partai politik dan menyebar alat peraga sosialisasi yakni Indira Jusuf Ismail, Abdul Rahman Bando, Adi Rasyid Ali, Ahmad Susanto, Amri Arsyid, Azhar Arsyad, Irwan Adnan, Rudianto Lallo, dan Rudy Pieter Goni. (fahrullah-isak pasa'buan/C)