TAKALAR, RAKYATSULSEL - Puluhan massa dan Polisi bentrok di depan kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Takalar, Senin 5 Agustus 2024. Aksi itu dalam rangka Simulasi Pengamanan Kota (Sispamkota) yang dilaksanakan oleh Polres Takalar.
Dalam simulasi itu, dilibatkan 180 anggota Kepolisian dari semua satuan fungsi yang ada di Polres Takalar. Ditambah juga dari Pemadam Kabakaran (Damkar) dan PSC Takalar.
Simulasi itu menjadi gambaran dan latihan dari Polres Takalar dalam menangani unjuk rasa yang mungkin saja terjadi dalam proses Pilkada ke depan.
Kepala Bagian Operasional Polres Takalar, Kompol Idrus menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan simulasi di depan Kantor KPUD Takalar.
"Pada hari ini kami simulasi Sispamkota di depan kantor KPUD bertujuan untuk melatih kesiap-siagaan dan keterampilan kita bilamana dalam proses pelaksanaan Pilkada nanti ada keadaan-keadaan di kantor-kantor penyelenggara Pemilu yang membutuhkan pengamanan kepolisian," kata Idrus.
Idrus menjelaskan dalam penanganan masalah di Pilkada, pihaknya mengacu pada aturan yang berlaku, salah satunya Peraturan Kapolri (Perkap).
"Kita mengacu pada prosedur aturan yang berlaku, terutama kita mengacu pada Perkap nomor 1 tahun 2009, termasuk Perkap-perkap lain yang mengatur pengendalian massa," jelasnya.
"Tentu kami selalu menjunjung tinggi SOP-SOP yang berlaku, demi tercapainya pelaksanaan tugas yang lebih baik, profesional, dan proporsional," tambahnya.
Mantan Kasat Sbhara Polres Takalar itu menguraikan bagaimana mekanisme yang dilakukan Kepolisian dalam penanganan unjuk rasa.
"Setiap ada informasi kita kirimkan anggota Polsek yang terdekat dari situ. Namanya pengamanan terbuka lebih awal. Lebih lanjut kita turunkan tim negosiasi. Dalam negosiasi itu, kita tanya apa tujuannya, apakah cuma orasi saja, apakah mau dipertemukan," katanya.
"Jika tidak ketemu solusi dalam negosiasi, dan situasi semakin meningkat, kita turunkan Dalmas awal. Apabila ekskalasi berlanjut, kita turunkan Dalmas lebih lanjut, yang pakai tameng," lanjutnya.
"Jadi tahap pertama itu hadir polisi. Yang kedua imbau. Ketiga tangan kosong lunak. Keempat tangan keras. Kalau lebih meningkat lagi eskalasinya, kita pakai siraman air. Kemudian gas air mata. Sampai terakhir dalam keadaan terpaksa, menggunakan senjata. Tapi, itu ada tahapannya," pungkasnya. (Adhy)