Oleh: Rusman Madjulekka
DI setiap profesi selalu saja ada sosok uniknya. Bertindak diluar kebiasaan. Tak lazim. Bahkan cenderung anomali. Seperti seorang dokter muda di Makassar, Sulawesi Selatan ini.
Penampilannya simpel dan casual. Kaos oblong warna hitam dan celana jeans kostum kesukaannya. Dibagian bawah, sepatu kets ala anak milienial. Sehari-hari ia gampang ditemui. Tak perlu buat janji. Cukup datang ke warung kopi (warkop) atau café.
Di sana tak sekedar seruput kopi, ia sering wara-wiri sembari ngobrol berbagi edukasi maupun layanan konsultasi kesehatan. Bahkan tak jarang mendadak praktek medis ringan bila ada pengunjung warkop yang membutuhkan. Semuanya gratis.
Pernah suatu pagi, cerita seorang kawan yang sedang asyik seruput kopi sembari ngobrol dan bercengkrama bersama teman-temannya di sebuah warkop. Tiba-tiba datang menyeruak seorang pria berkaos oblong warna hitam dengan celana jeans ikut nimbrung. Duduk dan memesan kopi hitam.
“Ada dok?” tanya kawan itu.
“Tunggu sebentar saya ambil dimobil,” jawabnya berlalu keluar ke arah parkiran.
Para pengunjung warkop lainnya terdiam. Mereka saling tatap satu sama lainnya. Mengangkat bahunya. Seolah tak percaya. Pria berkaos oblong barusan - yang dimata mereka dianggap hanya pengunjung biasa- rupanya seorang dokter.
Tak lama berselang, pria itu muncul kembali menghampiri kawan tadi dengan membawa tas kecil. Ia meminta menaikkan lengan bajunya. Lalu jarum suntik menghujam kulitnya. Sat set.
“Biasa habis disuntik vitamin c dari dokter koboi,” katanya. Ha?! Saya terkejut dan menyimpan rasa penasaran dengan sebutan terhadap dokter muda tersebut. Nama sebenarnya yang asli: dr.Wahyudi Muchsin SH, M.Kes.
Saya baru mendengar ada sapaan “dokter koboi”. Koboi dimaksud dugaan saya terkait style yang rada “ugal-ugalan”. Tapi sepintas penampilannya justru jauh dari kesan atau image seperti itu. Malah cenderung kalem dan bicaranya juga pelan. Tidak seperti aksi para koboi dalam film-film Hollywood.
Untuk menjawab rasa penasaran, saya menghubungi dokter Wahyudi melalui pesan chat whatsapp.
“Sejak kapan sebutan dokter koboi itu disematkan pada diri anda?” tanya saya.
“Saya juga tidak tahu. Yang pasti itu bukan dari saya,” jawabnya.
Karena tak puas jawabannya, saya mencoba mencari “second opinion”. Melalui orang dekatnya. Dengan pertanyaan yang sama.
“Karena dia selalu ada di mana-mana dan kerap jadi penolong untuk apa saja. Seperti laiknya seorang koboi. Dia bisa apa saja. tanda pengenal lainnya, nyaris ke mana-mana dan aktif kegiatan apa saja dengan selalu pakai kaos oblong warna hitam,” jelas Faisal Syam, wartawan senior di koran lokal ternama di kota Makassar.
Selama ini, lanjut Faisal, Yudi- begitu ia akrab disapa- bukan sekedar dokter biasa. Ia dikenal dokter muda yang konsen dan punya seabrek aktifitas sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan. Pun aktif terjun di daerah bencana alam atau masyarakat untuk pemeriksaan kesehatan maupun pengobatan gratis. Pernah juga ia menginisiasi event “Bergaya” (Berbagi dengan seribu anak panti asuhan) yang menghimpun 1.000 anak-anak panti asuhan dari berbagai tempat di Makassar.
Ketertarikan Yudi di dunia kedokteran, diawali sejak kecil. Melihat ibunya, Radiana Makmur Muchsin. Saat melakukan pekerjaan sebagai seorang dokter tanpa pamrih dan bersikap profesonal dalam bekerja, membuat dirinya terinspirasi dan bertekad yang sama. “Ibu saya yang palling menginspirasi saya menjadi seperti saat ini,” kenangnya.