MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden RI, Prabiwo Subianto telah berjalan selama lima hari di Kota Makassar, sejak diluncurkan pada tanggal 6 Januari 2025 lalu.
Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto, mengatakan evaluasi program tersebut baru akan dilakukan setelah berjalan selama satu minggu.
"Kami tunggu seminggu untuk evaluasi," kata Danny Pomanto, sapaan akrabnya, saat ditemui di Kantor BPK RI Provinsi Sulsel, Kamis (9/1).
Danny mengatakan akan megevaluasi persoalan-persoalan yang muncul pada program MBG di Kota Makassar. Salah satunya, seperti makanan yang tak dihabiskan oleh pelajar.
"Itulah yang nanti akan kami evaluasi. Nanti dicarikan solusinya," ujarnya.
Selain soal sisa makanan, Danny juga akan mengevaluasi terkait pengelolaan sampah dan penyediaan minuman dalam program MBG. Menurutnya, standar makanan yang diterapkan pada program MBG juga harus diimbangi dengan standar minuman yang diberikan kepada siswa.
Ia berencana akan melakukan pengadaan tempat air minum tumbler ramah lingkungan.
"Pengelolaan sampahnya juga akan dievaluasi, termasuk soal minumnya. Tradisi apa yang akan kita bangun, seperti penggunaan tumbler yang ramah lingkungan," jelas Danny.
Saat ini, program MBG hanya menyediakan makanan tanpa minuman. Hal ini menjadi salah satu fokus evaluasi untuk memastikan program berjalan lebih optimal dan memenuhi kebutuhan siswa.
"Iya, karena makanan distandarisasi, maka minuman juga harus distandarisasi," tutup Danny.
Diketahui, pada tahap awal, program MBG ini baru menyasar 10 sekolah, mulai dari tingkat TK, SD, SMP, hingga SMA di Kota Makassar.
Mitra SPPG BGN Panakkukang 1, Geralz Geerhan, mengungkapkan pihaknya menemukan banyaknya sisa makanan dari para siswa. Temuan tersebut berdasarkan hasil pemantauan dari sisa makanan dari sekolah-sekolah saat mencuci alat makanan para siswa. Sisa makanan terbanyak dari sekolah TK dan SD.
"Saat kami melakukan pencucian ompren, kami melakukan pendataan tentang sisa-sisa makanan dari sekolah, kami dapati banyak sekali sisa makanan. Terutama dari anak SD dan TK," terang Geralz. (Shasa/B)