MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Kekerasan terhadap anak dan perempuan masih menjadi isu serius di Kota Makassar.
Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Makassar mencatat sepanjang tahun 2024, sebanyak 510 kasus kekerasan ditangani. Jumlah tersebut, menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 634 kasus.
Kepala DPPPA Kota Makassar, Achi Soeleman, mengatakan penurunan ini tidak lepas dari peran media yang gencar mengkampanyekan isu anti kekerasan serta kontribusi program Jagai Anakta.
Program ini, lanjut Achi, dinilai efektif dalam memberikan perlindungan dan memenuhi hak anak.
"Kesadaran masyarakat meningkat. Mereka kini lebih berani melaporkan kasus kekerasan ke UPTD PPA," kata Achi, Rabu (22/1/2025).
Di mana, kasus kekerasan didominasi oleh perempuan sebanyak 341 kasus. Sementara kekerasan terhadap laki-laki tercatat sebanyak 169 kasus.
Sedangkan, berdasarkan kategori usia, anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan dengan 381 kasus, sedangkan orang dewasa sebanyak 129 kasus.
Menurut Achi, masyarakat semakin percaya dengan layanan pendampingan yang disediakan. DPPPA juga, kata dia, memperluas akses dengan menambah 90 shelter warga di berbagai kelurahan.
"Layanan ini kami sediakan untuk mendukung korban agar mendapatkan pendampingan secara optimal," ujar Achi.
Meski terjadi penurunan, Achi menilai penguatan regulasi masih menjadi pekerjaan rumah.
Ia menekankan perlunya aturan yang lebih tegas dalam memberikan perlindungan hukum, khususnya terkait kekerasan seksual.
Ia pun berharap, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dapat terus diperkuat untuk memastikan perlindungan terhadap anak dan perempuan di Makassar semakin optimal.
"Masyarakat terus kami dorong untuk berani melapor atau speak up, karena ini yang akan membantu menurunkan angka kekerasan pada anak dan perempuan," ucap Achi," tutup Achi. (Shasa/B)
