RAKYATSULSEL - Microsoft dan Meta, dua raksasa teknologi global, tetap mengalokasikan anggaran besar untuk pengembangan kecerdasan buatan (AI), meskipun munculnya pesaing baru dari China, DeepSeek, yang mampu membangun AI dengan biaya jauh lebih murah. Para eksekutif di Microsoft mengungkapkan bahwa meskipun biaya AI mereka tinggi, investasi tersebut telah terbukti menguntungkan dan merupakan langkah strategis untuk menjaga daya saing perusahaan dalam jangka panjang.
Pendapatan AI Microsoft Meningkat Pesat
Satya Nadella, CEO Microsoft, mengungkapkan dalam laporan keuangan terbaru bahwa pendapatan perusahaan dari bisnis AI meningkat pesat, mencatatkan kenaikan sebesar 175% dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan tahunan dari sektor AI Microsoft kini mencapai 13 miliar dollar AS. Meskipun total pendapatan perusahaan secara keseluruhan hanya tumbuh 12%, Microsoft tetap menganggap investasi besar pada AI sebagai prioritas. Nadella memprediksi bahwa seiring dengan meningkatnya efisiensi dan kemudahan akses terhadap teknologi AI, permintaan terhadap solusi AI akan terus berkembang secara eksponensial.
Meta Juga Menetapkan Anggaran Besar untuk AI
Sementara itu, Meta, perusahaan induk dari Facebook, WhatsApp, dan Instagram, tidak mau ketinggalan dalam hal investasi AI. Mark Zuckerberg, CEO Meta, mengonfirmasi bahwa perusahaan akan tetap menganggarkan dana besar, yakni sekitar 65 miliar dollar AS, untuk mengembangkan infrastruktur AI pada tahun ini. Zuckerberg percaya bahwa investasi besar dalam AI akan membawa keuntungan strategis bagi perusahaan dalam jangka panjang, dengan meningkatkan kualitas layanan dan kemampuan untuk melayani skala global yang lebih besar.
Perkembangan AI yang Efisien dengan Biaya Murah dari China
Di sisi lain, DeepSeek, perusahaan asal China, berhasil membangun teknologi AI dengan biaya yang jauh lebih hemat. Meskipun biaya pengembangan AI mereka hanya sekitar 6 juta dollar AS (sekitar Rp 97 miliar), yang sepuluh kali lebih murah dibandingkan dengan pengembangan ChatGPT oleh OpenAI, DeepSeek mampu menciptakan model AI yang tetap efektif. Ini menyoroti keunggulan kompetitif China dalam mengembangkan AI dengan biaya rendah, berkat pembatasan ekspor chip canggih oleh Amerika Serikat, seperti Nvidia H100. Alih-alih menggunakan chip tersebut, DeepSeek memanfaatkan chip Nvidia H800 dengan performa lebih rendah, namun lebih hemat biaya.
Untuk mengatasi keterbatasan ini, DeepSeek mengadopsi teknik "distillation" dalam melatih model AI mereka. Teknik ini memungkinkan model untuk lebih fokus pada tugas-tugas spesifik, sehingga meningkatkan efisiensi dan mengurangi kebutuhan sumber daya yang besar. Chetan Puttagunta, peneliti dari Benchmark General Partner, menjelaskan bahwa distillation memungkinkan model AI untuk menjadi lebih terarah dalam menyelesaikan tugas tertentu, meningkatkan efisiensi secara keseluruhan.
Persaingan AI Global Semakin Ketat
Satya Nadella, CEO Microsoft, juga mengungkapkan kekagumannya terhadap kemampuan perusahaan-perusahaan China dalam menciptakan model AI yang efisien dan berperforma tinggi meskipun dengan anggaran terbatas. Ia menyatakan, "Saya takjub melihat kemampuan mereka dalam membuat model AI open source yang dapat berjalan dengan efisien namun tetap memiliki performa yang baik." Nadella menekankan bahwa perusahaan-perusahaan global perlu waspada terhadap perkembangan pesat AI di China, yang dapat menjadi tantangan besar di masa depan.
Kesimpulan
Meskipun biaya pengembangan AI di perusahaan-perusahaan besar seperti Microsoft dan Meta sangat besar, kedua raksasa teknologi ini tetap berkomitmen untuk berinvestasi dalam kecerdasan buatan, dengan keyakinan bahwa teknologi ini akan membawa keuntungan jangka panjang dan menjadi kunci daya saing mereka. Di sisi lain, DeepSeek dari China menunjukkan bahwa AI dapat dibangun dengan biaya yang jauh lebih rendah tanpa mengorbankan performa, membuka kemungkinan baru dalam lanskap persaingan AI global yang semakin ketat.