MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Bursa bakal calon ketua Partai Golkar Sulawesi Selatan mulai diramaikan oleh sejumlah nama potensial. Meski pelaksanaan musyawarah daerah masih terbilang lama, namun figur yang punya kans ikut bertarung mulai melancarkan manuver. Munafri Arifuddin, salah satu dari beberapa nama yang diperkirakan akan mengincar kursi panas Beringin di daerah ini.
Terpilih sebagai Wali Kota Makassar, Munafri alias Appi punya kepercayaan diri bisa ikut memperebutkan kursi ketua Golkar Sulsel. Sebagai kepala daerah yang strategis, bukan tidak mungkin Appi menjadi kuda hitam dalam musda yang diagendakan digelar pada Agustus mendatang.
Appi tidak datang dengan "tangan kosong". Pengalamannya memimpin Golkar Makassar dibuktikan dengan perolehan kursi signifikan pada pemilihan legislatif tingkat kota pada Februari 2024. Golkar Makassar menjadi peraih kursi terbanyak kedua di parlemen setelah Partai NasDem.
Kepercayaan diri Appi pun dilontarkan dengan berbagai prasyarat yang diyakini telah dipenuhi. Walau tak terang-terangan menyatakan telah mempersiapkan diri, namun Appi memastikan tak punya halangan untuk masuk dalam daftar calon ketua.
"Menjadi sesuatu yang naif, barangkali, kalau nama saya tidak masuk (kandidat Ketua Golkar Sulsel), karena saya memang bersyarat menjadi ketua," beber Appi, Senin (10/2/2025).
Appi mengatakan, kepastian untuk maju di musda nantinya juga bergantung arahan dari Dewan Pimpinan Pusat Golkar.
"Kami tunggu arahan DPP. Saya ini, sami'na wa atho'na (kami dengar dan patuh). Kalau ada perintah, kami jalankan," beber dia.
Appi berharap dalam proses pemilihan ketua Golkar Sulsel diharapkan dapat berjalan lancar sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
"Namanya persaingan di dalam kontestasi pemilihan, ada kompetisi yang kita jalani. Tapi bagaimana di dalam proses hukum ini tidak menciderai satu dengan yang lainnya," imbuh dia.
Ia juga menyampaikan harapan besar untuk masa depan Kota Makassar. Appi mengajak seluruh stakeholder untuk bergandengan tangan demi suksesnya pemerintahan Makassar pada periode 2025-2030.
Olehnya, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, media, dan semua elemen lainnya akan menjadi kunci keberhasilan Pemkot Makassar.
"Tantangan ke depan tidak mudah dan sangat berat. Oleh karena itu, diperlukan pondasi yang kuat, serta dukungan yang solid dari seluruh stakeholder yang ada," tutur bekas CEO PSM Makassar itu.
Sementara itu, Wakil Ketua Golkar Sulsel, Nasran Mone merespons sejumlah figur yang akan maju di Musda Golkar Sulsel. Bekas legislator Kota Makassar itu melihat banyak kader potensial dimiliki Golkar Golkar sehingga tidak kesulitan mencari suksesor Taufan Pawe.
"Di internal Golkar ini banyak kader, banyak figur. Tidak sulit mencari sosok ketua," kata Nasran.
Dia mengatakan, dri deretan figur itu, ada tiga nama kader Golkar Sulsel yang punya kans besar untuk bertarung.
Selain Appi, ada juga mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin dan Wakil Ketua DPRD Sulsel, Rahman Pina.
"Mereka punya pengalaman, juga basis. Kalau tidak memihak satu orang, maka bisa berembuk siapa yang didorong," ujar Nasran.
Nasran mengatakan, kader yang hendak maju di musda harus mengikuti prosedur yang diatur dalam aturan partai. Dia memastikan, internal partai akan berjalan dengan baik jika kader tetap solid.
"Biarkan figur-figur itu berdiskusi, jangan saling menciderai satu sama lain," imbuh dia.
Adapun, Wakil Ketua Golkar Sulsel, Armin Mustamin Toputiri tak mempersoalkan bila banyak kader berambisi maju mencalonkan diri jadi ketua Golkar Sulsel. Mantan anggota DPRD Sulsel itu menegaskan, setiap kader yang ingin mencalonkan diri harus memenuhi persyaratan partai, termasuk loyalitas dan rekam jejak politik.
"Kalau saya sebagai kader, siapa saja berhak maju mencalonkan diri jadi Ketua Golkar Sulsel. Soal rencana Pak Ilham Arief Sirajuddin, silakan maju kalau mau, tapi ada mekanisme yang harus dilalui, termasuk punya prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela)," ujar Armin.
Armin mengatakan, IAS yang sempat menjadi Ketua Demokrat Sulsel periode 2010-2015 tentu menjadi bahan diskusi di forum Musda Golkar Sulsel. Menurut dia, proses pencalonan tetap harus melalui tahapan verifikasi yang ketat, termasuk faktor pengalaman dan loyalitas terhadap partai.
"Bisa saja nanti ada perubahan syarat dalam forum musda sesuai perkembangan yang ada. Misalnya soal Pak IAS yang pernah pindah partai dan pernah memimpin Demokrat, apakah itu menjadi persoalan atau tidak, kami belum tahu. Itu akan dibahas dalam musda nanti," tutur Armin.
Pengamat politik dari Post Politica Indonesia, Anis Kurniawan, menilai adanya intrik di internal Golkar Sulsel yang dijabat Taufan Pawe membuat sejumlah tokoh-tokoh muda partai berlambang beringin tersebut semakin kokoh untuk maju mengambil alih kepemimpinannya.
"Sebagai wakil kota terpilih di Makassar saya pikir kans (peluang) Appi untuk maju sangat besar. Bukan karena dia sebentar lagi menjabat sebagai wali kota saja, akan tetapi kondisi kepemimpinan di Golkar Sulsel sebelumnya yang banyak menuai kritik, terutama dari kepengurusan DPD I dan DPD II," kata Anis.
"Dengan demikian, maka ada ekspektasi untuk menghadirkan ketua baru yang dianggap lebih mumpuni dan tentu saja bisa berbuat banyak dalam hal membangun konsolidasi Partai Golkar di Sulsel, biar lebih kuat dan lebih memberikan impact terhadap kekuatan Golkar ke depannya. Itu yang saya lihat, hadirnya Appi sebagai salah satu kandidat," sambung dia.
Sisi lain, kekuatan Appi untuk mengambil alih kepemimpinan Golkar Sulsel juga disebut patut untuk diperhitungkan. Meskipun di Golkar terdapat sejumlah klan besar seperti Taufan Pawe, Nurdin Halid, maupun gerbong IAS. Posisi ipar Appi di Golkar, yakni Erwin Aksa sebagai Wakil Ketua Umum Partai Golkar juga dipastikan akan memberikan dampak besar dalam pencalonannya.
"Tentu saja variabel itu bisa menjadi bagian yang mendukung beliau kalau serius untuk maju ketua di DPD I . Tapi variabel lain saya kira memang Sulsel membutuhkan pemimpin yang lebih mumpuni untuk memimpin Golkar periode selanjutnya," tutur Anis.
Meskipun, menurut Anis, faktor tersebut hanya sebagian saja. Dikarenakan karier politik Appi, terutama kontribusinya selama memimpin Golkar Makassar sangar banyak.
"Dan saya kira posisi Appi sebagai ketua Golkar Makassar dan kemudian terpilih sebagai caleg provinsi sebelum maju sebagai calon wali kota, saya kira itu juga salah satu modal penting untuk membuktikan bahwa dia sangat layak menduduki posisi ketua di DPD I," ujar dia.
Anis berpendapat, di Partai Golkar, dalam pencalonan ketua memiliki tradisi untuk memberikan peluang bagi kader-kader muda untuk memimpin. Sehingga peluang tersebut dinilai bisa dimanfaatkan Appi untuk menguji kemampuannya pada level selanjutnya di partai.
"Tradisi terlibatnya aktor-aktor kuat di setiap kontestasi DPD Golkar provinsi itu memang selalu terjadi. Tapi itu sebenarnya memberikan pesan kuat bahwa partai itu masih dihuni oleh orang-orang yang punya pengaruh di Sulsel. Tapi jangan lupa, Golkar itu selalu punya tradisi untuk memberikan peluang bagi orang-orang (kader) yang potensial," kata Anis.
Pengurus Golkar Sulsel juga disebut tentu akan memperhitungkan nasib dan arah partainya lima sampai 10 tahun ke depan. Untuk itu, kader muda akan lebih berpeluang untuk didorong mengambil alih kursi kepemimpinan guna kemajuan partai.
"Dalam konteks itu kalau dibandingkan dengan aktor lain seperti pak Nurdin Halid, kemudian IAS atau pak Taufan Pawe, saya kira lagi-lagi Appi punya bargaining yang lebih kuat jika dibandingkan dengan mereka. Utamanya dari aspek bagaimana dia bisa berakselerasi lima sampai sepuluh tahun yang akan datang. Dan, itu saya kira yang dimiliki Appi sebagai tokoh muda di Golkar dan juga sebagai pemimpin baru di Makassar," imbuh dia. (suryadi-isak pasa'buan/C)