Hamka B Kady Nilai Proyek Kereta Api Sulawesi Tak Bisa Hanya Andalkan APBN

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Anggota Komisi V DPR RI, Hamka B Kady, mengungkapkan bahwa proyek kereta api Trans Sulawesi akan terus berjalan secara bertahap dengan mengandalkan investasi swasta. Hal ini disampaikan dalam kunjungan silaturahmi nasional Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO) di Hotel Claro, Makassar, pada Kamis (15/5/2025).

Hamka menjelaskan bahwa master plan proyek ini adalah membangun jalur kereta api lintas Sulawesi secara keseluruhan, menghubungkan Makassar hingga Mamuju, serta Manado hingga Bitung. Namun, ia mengakui bahwa besarnya anggaran yang dibutuhkan membuat proyek ini tidak dapat diselesaikan secara serentak dan memerlukan pembangunan bertahap.

“Kereta api itu master plan-nya itu adalah kereta api lintas Sulawesi. Itu jangka panjangnya. Jadi mulai start dari Makassar sampai Mamuju, start nanti lagi dari Manado ke Bitung. Jadi sebenarnya master plan-nya itu adalah kereta api Trans Sulawesi,” ujarnya.

Lebih lanjut, Hamka menyoroti keterbatasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk membiayai proyek ambisius ini secara keseluruhan.

“Kalau mengharapkan APBN itu sangat tidak mungkin, karena jumlahnya dan anggarannya cukup besar, hanya kemampuannya sedikit demi sedikit, seperti kejadiannya sekarang,” tegasnya.

Meskipun demikian, pemerintah tidak tinggal diam dan berupaya mencari solusi agar proyek ini tidak mangkrak. Hamka mengungkapkan bahwa dana yang telah dikeluarkan untuk proyek ini mencapai kurang lebih Rp10 triliun.

“Pemerintah tidak tinggal diam, kalau dibiarkan begitu tentu lebih mangkrak, sudah banyak uang yang keluar di situ, kurang lebih Rp10 triliun. Jadi bukan uang kecil.” Lanjutnya

Hamka juga mencontohkan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, berharap agar investor dapat melanjutkan pembangunan hingga Surabaya. Menurutnya, jika jalur kereta cepat tersebut tersambung hingga Surabaya, proyek tersebut akan menjadi lebih visible atau menguntungkan secara ekonomi.

“Sekarang ini kan kalau hanya Bandung kurang lebih 80 tahun, lama. Sekarang pertanyaannya bagaimana kita mempercepat itu, yaitu kita sambung sampai Surabaya, tapi itu membutuhkan investasi. Bagaimana return-nya bisa memperpendek jangka waktu pengembalian,” tutupnya. (Nabilah/B)

  • Bagikan