TORAJA UTARA, RAKYATSULSEL - Pada puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) ke-18 pada akhir pekan lalu ( 23/4) di Tongkonan Sangunlele Rantepao kabupaten Toraja Utara (Torut) , yang tidak hadiri bupati dan wakil bupati Torut sebagai tuan rumah dan hanya mengutus Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah (Sekda) sebagai perwakilan.
Hal ini menuai sorotan dari masyarakat Toraja salah satunya diaspora Toraja, Djuli Mambaya atau yang akrab disapa DJM yang secara terang-terangan grub WA menyampaikan sorotan dengan mengatakan bahwa bupati dan wabup tidak menghargai tamu udangan bahkan tidak memahami adat Toraja.
"Bupati, Wabup dan Sekda Mamasa datang lengkap, Kedatuan Luwu, tetapi tuan rumah malah hanya mengutus Plt Setda, ini sebuah penghinaan. Mereka tidak menghargai adat, Padahal PMTI membawa program dalam HUT bahkan mengabiskan anggaran Milyar tetapi tuan rumah malah tidak pernah hadir " ketus DJM.
Dirinya pertanyakan apa niat sesungguhnya bupati dan wakil apakah masih ada niat untuk membangun Torut. Dengan ketidak hadiran mereka itu bukanlah tindakan yang mau membangun Torut malah sibuk dengan urusan politik. Pada pembukaan di Tana Toraja, itu disambut baik, tapi Torut sebagai tuan rumah malah dibiarkan.
Menanggapai itu Wabup Torut, Frederik Victor Palimbong, saat dikonfirmasi RAKYATSULSEL via selulernya, Selasa (25/4), membantah jika selama pelaksanaan HUT PMTI tidak pernah dihadiri.
Dirinya mengaku selama kegiatan dirinya beberapa kali hadiri, seperti penanaman pohon, dan sebelumnya dirinya telah pamit kepada Ketua Umum PMTI karena tidak bisa menghadiri puncak perayaan HUT PMTI.
"Acara HUT PMTI yang dilakukan beberapa hari, saya sebagai wabup hadir dalam beberapa kegiatan. Untuk acara hari Sabtu lalu saya sudah pamit ke Ketum PMTI karena harus hadir menerima SK ketua DPC Partai Gerindra Toraja Utara di Makassar," jelas Frederik Victor atau yang akrab disapa Dedy ini. (Ely)