DPRD Parepare Turun Tangan Atasi Keluhan Orang Tua Murid Soal Beli Buku

  • Bagikan

PAREPARE, RAKSUL - SDN 3 Parepare membebankan orang tua siswa membeli buku sendiri. Hal itu membuat DPRD Parepare turun tangan. Dewan turun inspeksi di SDN 3 Parepare.

Dari hasil inspeksi, Komisi II DPRD menemukan adanya kesalahan manajamen keuangan dana BOS. Anggaran tahun 2022 dibelanjakan di tahun 2021.

Alhasil, di pertengahan tahun 2022 tidak ada alokasi anggaran untuk buku kurikulum merdeka. Sekolah memberi pilihan untuk beli buku sendiri.

“Kita ke SD 3, ternyata memang benar dada pembebanan terhadap orangtua terkait buku kurikulum merdeka. Ini semestinya dianggarkan dengan Dana BOS tetapi itu dibebankan ke orang tua,” ungkap Wakil Ketua Komisi II DPRD Yusuf Lapanna saat inspeksi, Senin (8/8/2022).

Ketua Komisi II DPRD Kaharuddin Kadir juga menyayangkan orang tua siswa dibebankan beli buku. Menurutnya, pengadaan buku adalah prioritas dianggarkan di dana BOS.

“Buku itu kebutuhan prioritas. Artinya nanti kebutuhan buku terpenuhi baru penganggaran yang lain. Sehingga tidak ada alasan bagi sekolah untuk mengesahkan namanya jual beli buku,” tegasnya.

Legislator Golkar itu menyebut jual beli buku di sekolah adalah pelanggaran. Kata dia, DPRD berkewajiban mengontrol ini. Karena ini sudah terjadi, Pemkot Parepare harus mengambil tindakan tegas.

“Kita malu informasi ini sudah beredar. Ada sekolah di Parepare jual beli buku. Ini bisa saja kita dianggap ada kejahatan pendidikan. Kami akan undang RDP pihak sekolah, ketua komite dan paguyubannya. Kami juga undang dinas pendidikan dan inspektorat untuk melihat ini,” ujar dia.

Kabid Pendidikan Dasar Disdikbud, Widin Wijaya mengatakan kejadian orang tua membeli buku itu tak dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan. Widin heran dana BOS SDN 3 Parepare sudah habis, padahal masih awal tahun pelajaran.

“Makanya kita akan mengaudit RKAS Tahun 2021 dan 2022 SDN 3. Kenapa sampai bisa habis anggaranya?. Padahal ini masih awal tahun pelajaran. Sekaligus nanti kita menyurat ke inspektorat untuk audit SD 3. Kita juga sudah mengimbau agar pembelian buku itu dihentikan,” jelasnya.

Terpisah, Kepala SDN 3 Parepare Amrihim berdalih pengadaan buku kurikulum merdeka itu pada pertengahan tahun. Sementara, kata dia, penganggaran dana BOS direncanakan awal tahun anggaran.

“Sehingga praktis untuk satu tahun ke depan tdak ada alokasinya untuk pengadaan buku. Bulan November saya mau pensiun. Saya takut sekolah yang saya tinggalkan nanti ada berutang,” dalihnya.

Olehnya itu, Amrihim mengajak paguyuban orang tua siswa untuk mencari solusi pengadaan buku. Hasil pertemuannya, paguyuban sepakat membeli buku sendiri.

“Sehingga ada inisiatif orang tua siswa mau membeli yang tidak tersedia di sekolah. Jadi saya sampaikan ke teman, kalau mau beli silakan di luar. Karena di sekolah tidak ada penjualan buku,” pungkas dia.

Sekadar diketahui, ada lima buku yang harus dibeli orang tua siswa. Sekolah hanya sanggup mengadakan tiga buku yakni Bahasa Daerah, PJOK dan Bahasa Inggris.

Dewan membandingkan di SDN 35 Parepare, hasilnya di sekolah itu bisa mengadakan buku tanpa membebani orang tua siswa.(*)

  • Bagikan