MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 masalah keamanan menjadi perhatian dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
Kepala Badan Kesatuan, bangsa, dan Politik (Kesbangpol) Sulsel, Asriady Sulaiman mengaku terlepas dari moment jelang Nataru, Pemprov Sulsel selalu waspada terhadap hal-hal yang dapat menganggu keserasian, kerukunan ummat beragam dan lainnya. Yang disebabkan oleh tindak kejahatan yang berbau Suku, Agama dan Ras (SARA) di Sulsel.
Asriady menyatakan untuk mengantisipasi masalah keamanan jelang Nataru, belajar dari kejadian sebelumnya termasuk kasus yang terjadi di Polsek Astana Anyar di Kabupaten Bandung semua harus mewaspadai termasuk di Sulsel.
"Kami belajar dari gangguan keamanan, baik yang berbau sara maupun normal yah, itu kami siapkan," uajrnya.
Pasalnya, kata dia, di Sulsel sendiri banyak yang menjalani status sebagai napi mantan teroris. Meski begitu, Asriady menyebut tidak dilakukan pengawasan secara khusus karena telah menjadi bagian rutin dari pihak kepolisian.
"Secara khusus tidak, tetapi mungkin sudah menjadi bagian rutin karena tugas secara langsung itu ada di aparat kepolisian untuk mengmonitor orang orang yang telah menjalani itu, fungsi intelejen negara," terangnya.
Lebih jauh, Asriady mengatakan pengawasan dilakukan dibeberapa daerah yang memiliki keberagaman lebih. Agar moment Nataru 2022 ini tidak dinodai dengan aksi yang menganggu ketentrama dan ketertiban sesama ummat.
"Mungkin daerah daerah yang punya kemajemukan lebih, itu perlu kecermatan contoh Luwu Timur, Palopo, Pare Paare yang masyarakatnya beragam, heterogen," tuturnya.
"Karena di akhir tahun itu bukan hanya persoalan perayaan natal buat sodara kita yang beragam kristiani, namun dampak dari libur akhir tahun itu juga perlu, terkait dengan ketentraman, ketertiban masyarakat," pungkasnya. (Shasa/B)