MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Fenomena pasar tumpah bermunculan di Kota Makassar memasuki bulan Ramadan. Pasar tumpah sendiri adalah pasar yang menempati bahu jalan untuk para pedagang berjualan yang biasanya berada disekitar kawasan pasar tradisional.
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto atau yang akrab disapa Danny Pomanto mengaku telah menegur para camat yang ada di Kota Makassar untuk segera melakukan penataan untuk menghindari makin meluasnya pasar tumpah.
Maka dari itu, Danny meminta para camat dan lurah untuk mengerahkan Laskar Pelangi untuk membantu melakukan penataan pasar tumpah tersebut.
"Buktinya kemarin penjual kopiah sudah menonjol-menonjol semua, saya suruh kasih keluar. Semua penjual kelapa yang di Alauddin saya suruh kasih masuk," ucap Danny, Minggu (2/4/2023).
Danny menyebut dirinya tidak melarang para pedagang untuk berjualan apalagi saat ini bulan ramadan tetapi mereka juga harus tertib. Pasalnya, para pedagang berjualan memakai bahu jalan dapat yang mengakibatkan kemacetan.
Ia menilai fenomena pasar tumpah merupakan salah satu resiko yang di hadapi Kota Makassar sebagai kota yang memiliki ekonomi berkembang.
"Ini resikonya kota, kita ekonomi berkembang, seperti semut, tapi dikasih tertib, kita tidak larang orang berjualan. Ini diluar sempit jalanan, dimana hukum kota ini kalau tidak ditenggakkan sama penguasa wilayah dalam hal ini camat dan lurah," tutur Danny.
Maka dari itu, Danny menegaskan kepada para camat dan lurah yang ada di Kota Makassar untuk memaksimalkan penataan pasar tumpah ini. "Sudah saya tegur (camat), terakhir saya tegur, kecuali bosan (ditegur) bilang saja nanti saya carikan orang lain," ungkap Danny.
Adapun nantinya akan diterapkan blocking space untuk parkiran oleh Perumda Parkir Makassar dengan memberikan denda sejumlah uang Rp50 ribu bagi pelaku usaha atau pedagang yang memakai badan jalan untuk berjualan.
Danny merespon bahwa itu memang konsep dari Blocking Space tersebut, apalagi pajak termahal adalah bahu jalan. "Begitu konsepnya, kan bahu jalan itu adalah pajak termahal yang ada dikota-kota, seperti Tokyo dan London, progresif lagi. Contohnya jam pertama seribu, jam kedua Rp2 ribu, jam ketiga Rp3 ribu naik terus," tutup Danny. (sasa/B)