Panggung Pendatang Baru

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Kejutan dalam kontestasi politik sudah menjadi hal yang lumrah. Pun, dengan pemilihan calon anggota legislatif di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI asal Sulawesi Selatan.

Sejumlah petahana diperkirakan akan 'jeda sejenak' dalam lima tahun ke depan. Perolehan suara mereka untuk sementara tak mampu mengantar kembali ke pintu gerbang Senayan. Pemilih Sulawesi Selatan siap-siap akan diwakili oleh para pendatang baru.

Pada potret yang terekam dalam penghitungan riil Komisi Pemilihan Umum menunjukkan, sejumlah petahana DPR RI, khususnya di Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan gagal menduduki kursinya kembali. Perolehan suara mereka, meski terbilang banyak, namun kalah jumlah dari para pendatang baru.

Dapil Sulsel Dua meliputi Kabupaten Bulukumba, Sinjai, Bone, Maros, Pangkep, Barru, Soppeng, Wajo, dan Kota Parepare. Di dapil ini, memperebutkan sembilan kursi DPR RI.

Hasil real count sementara KPU menunjukkan sejumlah pendatang baru unggul suara di partainya masing-masing. Sebut saja Andi Amar Sulaiman (Partai Gerindra) merupakan pendatang baru justru memimpin perolehan suara. Amar jauh meninggalkan suara koleganya yang sekaligus Ketua Gerindra Sulsel Andi Iwan Aras. Meski begitu, di dapil ini, Partai Gerindra berpeluang meraih dua kursi.

Di Partai Golkar juga menghadirkan kejutan. Ketua Golkar Sulsel, Taufan Pawe sementara unggul dari dua incumbent yakni Supriansa dan Andi Rio Padjalangi. Golkar juga diprediksi akan mampu meloloskan dua kader ke Jakarta. Andi Rio Padjalangi yang sudah dua periode di DPR RI butuh dewi fortuna untuk mendapatkan satu dari dua kursi Golkar.

Caleg Partai Demokrat Andi Muzakkir Aqil juga memberikan kejutan dan berpeluang besar mengamankan satu kursi. Di Partai Nasdem, putra Bupati Barru, Teguh Iswara dan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ismail Bachtiar juga sedikit lagi bisa mengunci masing-masing satu kursi. Perolehan suara Andi Akmal Pasluddin dari PKS, kalah jumlah dari Ismail.

Adapun, caleg petahana seperti Muhammad Aras (PPP) dan Andi Yuliani Paris (PAN) masih terlalu tangguh untuk dikalahkan. Keduanya memimpin suara di partai masing-masing. Sementara, Partai Kebangkitan Bangsa, dan PDIP yang pada Pemilu 2019 meloloskan masing-masing satu kader, siap-siap gantung kursi lima tahun mendatang. Perolehan suara Samsu Niang dan Andi Muawiyah Ramly jauh dari ambang batas aman.

Manager Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy Syam mengatakan, meskipun semua pihak masih menunggu keputusan resmi hasil perhitungan dari KPU, namun sudah sangat tergambar caleg yang akan mendapatkan kursi di Senayan.

Nursady mengatakan, kejutan bagi petahana terjadi di semua dapil di Sulsel. Di Dapil Sulsel Satu, figur baru seperti Fatmawati Rusdi dan Rudianto Lallo dari Nasdem, Meity Rahmatia dari PKS, dan Syamsu Rizal dari PKB, akan bersiap mengenyam empuknya kursi di Senayan.

Sementara petahana di dapil ini terancam betumbangan. Ada Haruna dari PKB, Aliyah Mustika Ilham dari Demokrat, dan Amir Uskara PPP, apabila partai ini tak lolos ambang batas nasional.

"Kondisi serupa juga sangat memungkinkan terjadi di Dapil Sulsel II. Wajah-wajah baru berpotensi terpilih," ujar Nursandy.

"Ketatnya pertarungan dengan berbagai macam model pergerakan pada hari-hari terakhir membuat pergeseran dukungan tak bisa dihindari oleh para caleg yang bertarung," sambung dia.

Direktur Public Policy Network (Polinet), Rizal Fauzi mengatakan, pendatang baru yang berpotensi meraih kursi di DPR RI ini memang telah menyiapkan diri sebelumnya. Selain memiliki dukungan finansial yang kuat, pendatang baru ini umumnya bukan politisi atau keluarga politisi baru.

Sebut saja Rudianto Lallo yang merupakan ketua DPRD Kota Makassar, Meity Rahmatia, dan Ismail Bachtiar yang merupakan anggota DPRD Sulsel.

"Sementara Andi Amar adalah anak dari Menteri Pertanian dan Teguh Iswara merupakan anak Bupati Barru. Hanya Andi Muzakkir yang merupakan pengusaha dan pengacara senior," imbuh Rizal.

Menurut dia, masing-masing yang terpilih ini mampu mengorganisir jaringan dan mengkapitalisasi potensi yang dimilikinya sekaligus kemampuan untuk menawarkan spirit baru karena terbatasnya program petahana akibat efek Covid-19 beberapa tahun terakhir.

Sementara itu, petahana yang minim program akibat refocusing saat pandemi membutuhkan kerja keras. Ditambah lagi, kata Rizal, krisis yang dihadapi masyarakat akibat pemulihan pasca Covid-19 membuat mereka cenderung lebih praktis dalam merespons kampanye kandidat.

"Bahkan banyak yang lebih memilih souvenir yang diberikan saat ini ketimbang berbagai program di tahun-tahun sebelumnya. Untungnya, beberapa petahana mampu mempertahankan jaringan yang sudah terbentuk," imbuh Rizal.

Menurut dia, efek pilpres dengan kampanye yang masif serta perdebatan yang intens membuat masyarakat kurang fokus menyeleksi caleg yang akan dipilih.

"Hal ini membuat mereka cenderung memilih yang memiliki sumber daya yang jelas, tim yang menyasar sampai pelosok dan sedikit ada pengarahan dari oknum birokrasi," ujar dia.

PDIP-Demokrat 'Kritis'

Sementara itu, Partai Demokrat dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Makassar berpeluang ‘tersingkir’ kursi pimpinan DPRD Kota Makassar. Berdasar real count sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Makassar, beberapa partai politik dan caleg mengalami peningkatan suara. Bahkan beberapa partai sudah hampir dipastikan mengunci hingga dua kursi.

Partai yang sudah hampir mengunci kursi pimpinan DPRD dari 5 Daerah Pemilihan (Dapil) yakni NasDem (7 kursi), selanjutnya Gerindra, Golkar dan PKS. Tiga Partai ini sudah hampir dipastikan mengunci 6 kursi dan akan memperebutkan kursi wakil ketua DPRD. Sementara Demokrat dan PDIP harus pasrah kehilangan kursi pimpinan DPRD.

Demokrat sudah hampir dipastikan kehilangan kursi di Makassar 4 (Manggala-Panakkukang) dan Dapil Makassar 5 (Mariso, Mamajang dan Tamalate). Apalagi di Dapil Makassar 5 satu kader terbaik Demokrat Fatmawati naik kelas ke DPRD Sulsel.

Adapun PDIP pada Pemilu 2019 lalu memperoleh 2 kursi di Dapil Makassar 3 (Tamalanrea-Biringkanaya) dan hanya berpotensi mempertahankan satu kursi. Saat ini, PDIP hanya berpotensi mempertahankan lima kursi dari masing-masing dapil ada.

Ketua Bappilu DPC PDIP Makassar, Raisul Jaiz mengakui penurunan perolehan kursi tersebut. Namun pihaknya menunggu hasil perhitungan resmi dari KPU Makassar.

“Kemungkinan mengalami penurunan kursi, tapi ini belum hasil akhir. Kami masih yakin bisa meraih enam kursi sehingga masuk unsur pimpinan dewan," kata Rais.

Rais mengatakan, penyebab perolehan suara PDIP Kota Makassar turun diduga karena banyak pemilih mereka tidak masuk ke TPS pada 14 Februari 2024 akibat lambatnya TPS dibuka dan cepat ditutup. “Banyak keganjilan yang dialami dan saya alami sendiri,” imbuh dia.

Adapun, Ketua OKK Demokrat Makassar, Zulkifli Thahir masih optimistis Demokrat mempertahankan kursi pimpinan DPRD Makassar. Hasil rekapitulasi masih bisa berubah-ubah khususnya di real count web KPU.

“Hasil rekap masih berubah-ubah dan belum bisa dijadikan patokan,” imbuh dia.

Dia menyebutkan Demokrat saat ini sudah mengunci 2 kursi di Dapil Makassar 3 (Biringkanaya-Tamalanrea) dan berharap tetap mempertahankan kursi pimpinan DPRD. “Dapil 5 kembali 1 (kursi), Dapil 1 (1 kursi), Dapil 4 pak ketua tetap aman. Jadi untuk sementara kami yakin sementara aman 5 kursi,” sambung Zulkifli.

Menurut dia, saat ini berupaya bagaimana bisa meraih hingga 7 kursi. Apalagi Pemilu 2019, Demokrat mampu mengunci 2 kursi di Dapil Makassar 2.

Ketua Partai Naik Kelas

Perebutan kursi DPRD Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Pileg 2024 turut diramaikan ketua-ketua partai politik (parpol) di Makassar. Tercatat ada empat ketua parpol yang bertarung ke DPRD Sulsel dan mendapatkan nomor urut 01.

Keempat ketua parpol itu ialah Ketua DPD NasDem Kota Makassar Andi Rachmatika Dewi, Ketua DPC PKB Kota Makassar Fauzi Andi Wawo, Ketua Partai DPC Golkar Makassar Munafri Arifuddin, dan Ketua Partai DPD PAN Kota Makassar Hamzah Hamid.

Keempat Ketua partai tersebut berhasil, dua di antaranya pendatang menorehkan sejarah, sedangkan dua diantaranya "oppo". Sesuai catatan C1 plano hasilnya memperlihatkan sudah posisi aman untuk mendapat kursi di dapil masing-masing.

"Dari hasil penginputan data hasil pemilu untuk DPRD Provinsi Sulsel dapil Sulsel 1 (Makassar A), sudah dapat dipastikan PKB mendapat 1 kursi," kata Fauzi.

Hasil real count sementara Fauzi meraih 6.093 suara. Meskipun hasil C1 dari timnya mencapai diatas 10 ribuan. Fauzi mengucapkan rasa syukur dan terima kasih atas dukungan masyarakat yang telah membantu dirinya pada pemilu lalu.

"Insyaallah ke depan akan bersama terus dalam menatap masa depan yang lebih baik," ujar Fauzi.

Dapil Sulsel 1 (Makassar A) memperebutkan 9 kursi yang meliputi 11 kecamatan di Makassar, yakni Mariso, Mamajang, Makassar, Ujung Pandang, Wajo, Kecamatan Bontoala, Tallo, Ujung Tanah, Kecamatan Tamalate, Kecamatan Rappocini, Kepulauan Sangkarrang.

Didapil ini, selain Fauzi, juga ketua parpol lain seperti Munafri Arifuddin dari Golkar dan Andi Rahmatika Dewi Ketua NasDem.

Munafri kini meraih suara terbanyak di antara kompetitor internal Golkar pada dapil tersebut. Dari real count, Appi meraih 9.009 suara.

Namun, data final dari timnya, berdasarkan hasil internal, jumlah suara Appi telah mencapai 20.162 lebih. Artinya sudah melampaui target.

"Saya sampaikan terima kasih kepada tim dan relawan serta masyarakat membantu untuk perolehan suara sehingga saya dapat kesempatan capai suara kursi DPRD Sulsel," ujar Appi.

Sedangkan, Ketua DPD NasDem Makassar, Andi Rahmatika Dewi mendapat perolehan suara signifikan untuk tiket melenggang ke DPRD Provinsi. Sesuai real count, Cicu memperoleh 14.186 suara disusul Andre Prasetyo Tanta mengumpulkan 7.857 suara.

Ketua PAN Makassar, Hamzah Hamid pernah tiga periode di DPRD Kota Makassar. Hamzah sebentar lagi akan naik ke DPRD Sulsel. Data real count, politisi PAN itu meraih 7.675 suara.

"Saya naik satu tingkat karena saya mau menambah wilayah pengabdian saya di masyarakat. Kalau selama ini, saya mengabdi di Manggala dan Panakkukang. Maka saya mau mengabdi di Makassar dan Sulawesi Selatan," ujar Hamzah.

Direktur Parameter Publik Indonesia, Ras MD, menyampaikan hasil hitung sementara dapat memberikan gambaran hasil akhir, meski tentunya masih harus menunggu perhitungan akhir KPU. Para caleg sejatinya pun sudah bisa memprediksi hasil akhir karena mempunyai saksi di TPS.

"Kalau melihat hasil perhitungan sementara, baik dari internal maupun real count KPU, bisa dipastikan para ketua partai mengunci kursi di DPRD Sulsel dari dapil masing-masing. Suaranya paling tinggi, sangat dominan," ujar Ras MD.

Saat ini, para caleg tentunya harus mengawal suara masing-masing untuk memastikan tidak ada kecurangan, sehingga hasil Pileg 2024 memang benar-benar berkeadilan.

"Di samping itu, selain menunggu hasil perolehan suara setiap caleg, yang menarik untuk dinantikan mengenai hasil perhitungan suara partai. Pasalnya, hal tersebut bakal menentukan komposisi unsur pimpinan di Dewan," imbuh dia. (suryadi-fahrullah/C)

  • Bagikan