MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai Demokrat tidak merestui paket Anies Rasyid Baswedan - Muhaimin Iskadar. Partai berlambang mersy ini berpotensi meninggalkan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut dan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, Andi Luhur Prianto mengatakan saat ini publik menunggu sikap resmi Demokrat. Walau Sejak awal, dengan mendorong AHY sebagai Cawapres maka bargaining Demokrat sebenarnya lemah di KPP. "Bukan soal survey, tapi captive market dukungan yang dianggap tidak cukup melengkapi kekurangan Anies," katanya.
Luhur pu menyebutkan jika Demokrat ingin keluar dari KKP harus dia pikirkan dengan matang. "Respon reaktif seperti dengan keluar dari KPP, mesti di kalkulasi ulang. Menghitung cermat dampak efek ekor jas dukungan di Pileg ketika membentuk poros baru, apalagi jika hanya bersama PPP," ujarnya .
"Kalau tidak cukup prospektif, belum tentu juga ada partai yang mau ikut dalam poros baru itu," lanjutnya.
Luhur pun menyebutkan Pilpres ini merupakan ujian kematangan kepemimpinan bagi AHY dalam menentukan keputusan di momentum krusial seperti ini.
"Kalaupun ikut bergabung di koalisi Ganjar atau Prabowo, posisi Demokrat tetaplah inferior di lintasan koalisi. Hadir dan tidaknya tidak akan mencukupkan atau mengurangi syarat pencalonan" bebernya.x
Selain itu Luhur juga menyebutkan selama ini dipersepsikan bahwa akseptabilitas Anies lemah di basis pemilih Islam tradisional atau Nahdiiyyin. Meskipun sikap politik PKB tidak selalu sama dengan NU struktural. "Tetapi Cak Imin cukup representative mewakili kalangan Islam tradisional," tutupnya. (Fahrullah/B)