"Anak-anak kita adalah masa depan bangsa. Masa depan membutuhkan generasi-generasi penerus yang unggul, yang harus bisa bersaing dengan negara-negara lain. Bila ingin Indonesia maju, maka kita harus mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul karena SDM adalah penggerak utama pembangunan," jelasnya.
Menurut Sofha Marwah, permasalahan gizi merupakan permasalahan yang kompleks sehingga memerlukan intervensi dengan pendekatan multisektor. Baik yang berhubungan langsung dengan asupan gizi dan kesehatan (intervensi spesifik) maupun yang terkait dengan perilaku, sosial ekonomi, ketahanan pangan, infrastruktur dan lain sebagainya (intervensi spesifik).
Intervensi gizi spesifik, sambungnya, hanya memberikan kontribusi 30% dalam penanganan stunting dan gizi buruk. Intervensi gizi sensitif dan dilakukan Lintas Sektor ternyata berkontribusi sebesar 70%.
"Membangun SDM adalah investasi yang besar, karena hasilnya tidak bisa kita rasakan langsung tapi 15-20 tahun yang akan datang (jika berhasil)," imbuhnya.
Dalam rangka upaya penanggulangan stunting dan gizi buruk, upaya memperkuat perbaikan gizi harus dimulai dengan intervensi 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dari masa kehamilan hingga usia 2 tahun. TP PKK telah memiliki dan menjalankan program Rumah Gizi PKK di 24 Kabupaten dan Kota. Dengan Rumah Gizi PKK, kita dapat memberikan intervensi langsung kepada anak- anak kita yang mengalami wasting dan stunting serta ibu hamil dengan kurang energi kronis, berupa makanan bergizi setiap hari yang sesuai dengan kebutuhan gizinya.
"Pemerintah juga telah menggalakkan Kampanye komunikasi perubahan prilaku, dan menjadikan Posyandu sebagai garda terdepan dalam pencegahan stunting dan gizi buruk," ujarnya.