MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Tim PKM RE Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin (Unhas), delegasi kampus merah 'ayam jantan dari Timur,' berhasil mengembangkan inovasi baru dalam pengobatan kusta.
Tim ASC dalam program kreativitas mahasiswa, yang terdiri dari Brigita Chandra Tika, Annisa Nur Mutmainnah, Febriansyah Ananda Pratama, Ariel Apriansyah, dan Nurul Ikrimah, dengan pendamping Afdil Viqar Viqhi S.SI., M.SI., apt., mempersembahkan "Optimasi Potensi Daun Pegagan (centella asiatica) sebagai Agen Antileprotik dalam Sediaan pH-Sensitif Hidrogel."
Hansen’s disease atau kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae yang menular melalui udara atau kontak langsung dan dapat menyebabkan lesi kulit, kerusakan saraf tepi, bahkan kecacatan fisik.
Menurut data WHO 2022, terdapat 174.087 penderita Hansen’s disease di seluruh dunia, dan Indonesia berada di peringkat ketiga tertinggi dengan 12.288 kasus. Saat ini, pengobatan kusta dilakukan dengan mengonsumsi multidrug-therapy yang terdiri atas Dapson, Rifampisin, dan Klofazimin.
Namun, penggunaannya menyebabkan banyak efek samping, seperti anemia hemolitik, dermatitis eksfoliatif, sifat hepatotoksik, hingga resistensi obat.
Penelitian tim ASC berfokus pada penggunaan bahan alam, yaitu ekstrak daun pegagan (Centella asiatica), yang dikenal memiliki senyawa asiaticoside (ASC) dengan efek antileprotik serta toksisitas yang rendah.
“Kami memformulasikan ekstrak Centella asiatica dalam bentuk hidrogel pH-sensitif yang akan mengalami gelasi saat berkontak dengan kulit luka pada basa,” kata salah satu anggota tim.
Hidrogel ini menggunakan dua polimer utama, carbopol dan HPMC (Hydroxypropyl Methylcellulose) untuk membentuk hidrogel serta memastikan efektivitas dan keamanannya.
Formula PSH telah melalui berbagai pengujian dan memiliki potensi dalam pengobatan karena pelepasan senyawa yang terkontrol dan permeabilitas yang lebih baik.
Tim ASC juga melaporkan bahwa hasil penelitian mereka berpotensi tinggi mendapatkan hak atas kekayaan intelektual dan memberikan kontribusi signifikan dalam bidang kesehatan. Publikasi di media sosial telah menjangkau ribuan penonton.
Tim ASC berharap penelitian ini akan memberikan dampak besar bagi masyarakat dan membantu penurunan kasus kusta di Indonesia. (*)