MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Figur potensial bakal calon wali kota dan wakil wali kota Makassar saling intip untuk berpaket pada Pilkada Serentak, November mendatang.
Meski belum ada yang mengantongi rekomendasi yang cukup dari partai politik, namun figur-figur tersebut telah membuat 'simulasi' pasangan untuk mendaftar di Komisi Pemilihan Umum. Pendatang baru dan kontestan yang lama silih berganti mengincar posisi calon wali kota dan wakil wali kota.
Secara mengejutkan, malam tadi, Rusdin Abdullah yang sejak awal gencar sosialisasi untuk maju sebagai calon wali kota, disebut mundur dari arena pertarungan.
Bakal calon Wali Kota Makassar dari Partai Golkar, Munafri 'Appi' Arifuddin santer diwacanakan akan berpasangan dengan Aliyah Mustika Ilham. Nama Aliyah terbilang belakangan ini mulai mengemuka. Istri mantan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin itu melakukan pertemuan dengan Appi, akhir pekan lalu.
Flayer Appi-Aliyah juga dengan cepat beredar di media sosial dengan tagline 'Makassar Mulia'. 'Mulia' merupakan akronim dari gabungan Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham.
Appi menyatakan, pertemuan dengan Aliyah tak lepas dari komunikasi yang dibangun bersama dengan Ilham Arief Sirajuddin. Dalam pertemuan itu, keduanya membahas berbagai isu termasuk konstelasi di Pilwali Makassar.
"Kami berbincang mengenai Makassar ke depan, mudah-mudahan punya satu visi yang sama. Selain itu, kami butuh dukungan dari berbagai partai," ujar Appi.
Appi hampir pasti akan mengendarai Partai Golkar yang punya enam kursi di DPRD Makassar. Sementara Aliyah masih menunggu keputusan dari Partai Demokrat yang hanya punya tiga kursi.
"Kalau saya sudah hampir fiks (rekomendasi partai) sisa menunggu DPP. Adapun Demokrat, itu urusan internal partai mereka," ujar dia.
Appi menyatakan terbuka untuk simulasi pasangan dengan Aliyah. Hanya saja, Partai Demokrat memiliki kader lain yang ingin maju di Pilwali Makassar yakni Adi Rasyid Ali dan Abdul Rahman Bando.
Simulasi pasangan lainnya adalah Andi Seto Gadhista Asapa-Rezky Mulfiati Lutfi. Pasangan ini merupakan gabungan dari Partai Gerindra dan Partai NasDem.
Ketua Gerindra Makassar, Eric Horas mengatakan simulasi pasangan Andi Seto dengan beberapa nama sangat memungkinkan terjadi.
"Semua calon sangat terbuka di sisa waktu yang kurang lebih satu bulan ke depan," ujar dia.
Menurut Horas, Gerindra Makassar terus memantau figur yang bisa dipasangkan dengan Andi Seto. Menurut dia, bila simulasi pasangan yang didukung punya potensi untuk saling mengangkat elektabilitas dan popularitas, maka bukan tidak mungkin itu yang akan diusung.
"Seto berkomunikasi dengan banyak nama. Beberapa yang sempat terekspos adalah Irwan Adnan, Rahman Bando, Adi Rasyid Ali," beber doa.
Hadirnya Rezky Mulfiati Lutfi juga salah satu opsi yang kemungkinan bersama Seto. "Kami menimbang peluang. Gerindra mengusung kader bukan untuk turut meramaikan tapi harus menang. Rezky itu masuk juga radar pasangan untuk Seto," ujar Horas.
Rusdin Abdullah dan Rahman Bando masuk juga simulasi pasangan. Namun, menurut Rusdin, saat ini dirinya konsentrasi pada kebutuhan masyarakat melalui program sosial kemanusiaan.
"Saat ini bagaimana fokus pada kegiatan sosial untuk kebutuhan masyarakat, lebih sosialisasi-lah," ujar Rusdin.
Menurut dia, persoalan simulasi pilihan pendamping akan tergantung pada partai politik, sehingga dirinya menilai bahwa belum saatnya menentukan atau mengumumkan pilihan calon wakil.
"Kita serahkan saja pada partai politik. Bagaimana strategi dan simulasinya," imbuh Rusdin.
Rusdin mengatakan, terus berupaya menaikkan elektabilitas dengan rutin turun ke masyarakat. Dia percaya diri akan didukung total oleh NasDem yang punya delapan kursi di DPRD Makassar.
"Kami masih butuh tambahan dua kursi lagi. Tapi itu tidak sulit. Yang saya usahakan sekarang adalah menaikkan elektoral," beber dia.
Sedangkan, Rahman Bando mengatakan berpatokan pada hasil kajian survei beserta kecocokan gagasan dengan kandidat manapun.
"Bagi saya survei penting dalam mencari pasangan karena sebagai bakal calon wali kota Makassar, pasti ingin kandidat yang berpasangan dengannya memiliki peluang menang," ujar Rahman.
Rahman menyatakan patokannya pada survei karena berdasarkan pengalaman di Pilwali Makassar 2020. Itu sebabnya, Rahman akan mengeluarkan survei-survei pembanding yang dijalankan secara profesional.
"Pengalaman lalu, survei kami menyatakan menang, nyatanya kalah. Ini berarti tidak semua survei bisa diterima mentah-mentah. Sekarang terus bekerja upayanya menaikkan popularitas dan elektabilitas," ujar eks Kepala Dinas Pendidikan Makassar itu.
Selain itu, Rahman Bando menginginkan pasangan yang cocok secara gagasan dengan dia. Olehnya itu, sebelum memilih pasangan terlebih dahulu berdiskusi mengenai permasalahan masyarakat di Makassar.
"Pilwalkot Makassar bukan hanya sekadar mencari pasangan yang disukai. Tapi menemukan pasangan yang rakyat suka," ujar dia.
Sementara itu, Indira Yusuf Ismail kini masih melakukan pencermatan terhadap figur yang akan digandeng. Meskipun kabarnya didekati Rahman Pina serta Rahman Bando. Namun, belum memberikan jawaban.
Tak hanya itu, sosok Indira juga mencari incaran kader PPP. Alasannya, rekomendasi PPP akan diberikan kepada Danny Pomanto untuk calon gubernur dan untuk Indira sebagai calon wali kota.
Danny mengatakan, akan tetap menjaga netralitas di Pilwali Makassar, bila Indira turut bertarung.
"Di acara Senam Ininnawa, saya tidak hadir karena mau menjaga kenetralan. Saya perlu tegaskan bahwa acara itu murni tim dari Ibu (Indira)," beber Danny.
Menurut Danny, calon wakil untuk Indira sedang dipermantap sekaligus menjajaki partai untuk berkoalisi. "Nanti Ibu Indira sisa dicarikan pasangannya, yang jelas ada partainya," ucap Danny.
Wali kota dua periode itu optimistis, istrinya akan mengantongi dua hingga tiga partai di Pilwali Makassar. Menurutnya, partai tersebut juga sedang penjajakan dan hampir final akan mengusung Indira.
Adapun partai yang sudah pasti mengusung Indira ialah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), artinya sudah modal lima kursi untuk melaju ke tahapan pendaftaran. Sedangkan dua partai lainya sementara finalisasi.
"Kan sudah ada PPP, ada lagi dua partai. Mudah-mudahan (cukup) ibu juga baru satu (partai) walaupun satunya proses, insyaallah wakilnya bawa juga, jadi potensi tiga partai," kata dia.
"Kalau ibu (Indira) nanti Insyaallah tiba saatnya ada kejutan pasangan yang menarik, pokoknya menarik," tambah dia.
Menakar kekuatan sejumlah pasangan, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Ibnu Hajar Yusuf menilai simulasi tersebut memiliki kelebihan masing-masing. "Masing-masing ada kelebihan sebagai figur dan calon," kata Ibnu Hajar.
Menurut dia, pasangan Appi-Aliyah keduanya memiliki kelebihan mengingat tidak lagi asing bagi warga Kota Makassar. Terlebih menantu pengusaha besar Makassar, Aksa Mahmud itu pernah maju dua kali dalam Pilwalkot Makassar.
Meski dalam dua kali pertarungan itu kalah, nama Appi disebut telah dikenal masyarakat Makassar. Ketua DPD II Golkar Makassar itu dinilai dari sisi kepopuleran tidak diragukan lagi.
Begitu juga dengan Aliyah, selain dikenal masyarakat sebagai mantan anggota DPR RI. Nama suaminya yakni Ilham Arief Sirajuddin disebut masih sangat mentereng bagi masyarakat Kota Makassar, terlebih pernah menjabat dua periode sebagai Wali Kota Makassar.
"Kalau Pak Appi memang sudah dikenal karena sudah dua kali tarung, tapi tidak signifikan karena belum teruji. Ibu Aliyah juga memang agak besar pengaruhnya, cuman jadi pertanyaan apakah beliau siap atau tidak tentang simulasi ini. Kalau beliau memang cukup dikenal karena dia juga mantan anggota DPR RI," sebutnya.
Adapun untuk simulasi pasangan Andi Seto Asapa - Rezky Mulfiati Lutfi, menurut Ibnu Hajar, secara kemampuan dalam perpolitikan memang sudah teruji. Meskipun nama keduanya belum begitu populer bagi masyarakat Kota Makassar.
Andi Seto Asapa merupakan mantan Bupati Sinjai, sekaligus menantu dari petinggi Partai Golkar, Nurdin Halid. Sama dengan Rezky Mulfiati Lutfi, secara nama anggota DPRD provinsi Sulsel itu belum begitu familiar di Kota Makassar.
"Andi Seto ini mantan Bupati Sinjai dan memberanikan diri bertarung di Makassar. Tentu ini suatu keberanian yang luar biasa mengingat arena tarung politik di Kota Makassar penuh dengan intrik dan medan yang begi terjal dan tajam," kata Ibnu Hajar.
"Artinya Andi Seto kalau mau maju butuh waktu untuk bagaimana mengarungi arena pertarungan ini. Karena agak susah membuka ruang sosialisasi atau ruang aktualisasi bagi pak Andi Seto karena masih kurang populer, masih kurang dikenal. Makanya masih butuh ruang yang agak besar dan waktu panjang untuk mensosialisasikan atau mengaktualisasikan diri sebagai calon," sambung dia.
Sedangkan untuk simulasi pasangan ketiga, yakni Rusdin Abdullah-Rahman Bando juga dinilai sama memiliki peluang. Terlebih keduanya sama-sama sudah memiliki nama dikarenakan pernah ikut bertarung dalam Pilwalkot Makassar meskipun kalah.
Rusdin Abdullah atau yang akrab disapa Rudal merupakan pengusaha konstruksi dan pernah meramaikan bursa Pilwalkot Makassar tahun 2013 lalu. Begitupun dengan Rahman Bando, selain dikenal sebagai seorang birokrat di Makassar dia juga pernah ikut bertarung di Pilwalkot Makassar berpasangan dengan Appi namun kalah.
"Pak Rudal Pak Rahman Bando agak dikenal memang karena pernah ikut bertarung juga, walaupun tidak menang dan tidak terlalu signifikan suaranya. Artinya masih normal-normal saja dan belum ada sesuatu yang kita anggap kefiguran dan ketokohannya. Artinya masih butuh ruang juga bagaimana mengaktualisasikan dirinya di ruang publik," kata dia.
Untuk itu, menurut Ibnu Hajar, simulasi ini masih terkesan biasa-biasa saja mengingat ketiga pasangan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
"Ini masih normatif dalam hal paket-paket, simulasi, maupun spekulasi. Apakah tes-tes ombak atau bagaimana. Namun figur-figur ini tentu tetap menjadi sebuah perbincangan. Tapi yang jadi pertanyaan karena belum ada yang ril secara nyata yang kita lihat betul-betul paket dan mendapat rekomendasi dukungan partai politik. Jadi menurut saya sah-sah saja simulasi ini terlepas siapa kuat dan bagaimana pergerakan politiknya," ujar Ibnu.
Pengamat politik di Makassar, Andi Sri Wulandari mengatakan bila pasangan Seto-Resky terjadi, maka koalisi Gerindra-Nasdem pada Pilwali 2020 akan kembali terjadi.
"Soal potensi paketnya Andi Seto-Rezky Mulfiati Lutfi, ini menandakan Gerindra-Nasdem akan kembali mempertahankan koalisinya sebagaimana di Pilkada 2020 lalu," kata Wulandari.
Menurut dia, Seto dan Rezky memiliki pengaruh dan elektoral baik dengan latar belakang figur yang berpengalaman sebagai bupati Sinjai dan anggota DPRD Sulsel.
"Potensi kedua figur tersebut secara elektoral cukup strategis mengingat Andi Seto memiliki pengalaman sebagai kepala daerah dan Rezky Mulfiati Lutfi adalah anggota DPRD Sulsel di Dapil Makassar B yang kecamatannya meliputi Biringkanaya-Tamalanrea," imbuh dia. (suryadi-isak pasa'buan/C)