JAKARTA, RAKYATSULSEL - Tokoh muda Nasional asal Sulsel Dr. A Muh Yuslim Patawari yang akrab di sapa AYP memberikan pesan sejuk di momentum HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 tahun di tengah gonjang-ganjing politik jelang Pilkada serentak 2024.
"Kita bersyukur merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia semoga persatuan dan kesatuan itu masih menjadi Patrol untuk menjaga keutuhan NKRI walaupun dinamika politik hari ini perbedaan begitu kencang dengan para pimpinan partai yang di mana fakta lapangan ada satu desain di dalam hal Pilkada yang menciptakan tarikan dan ada indikasi melakukan intervensi sehingga ujian demokrasi hari ini nampak di depan mata," kata Andi Yuslim, Sabtu (17/8/2024).
Menurut Andi Yuslim, karena intervensi kekuasaan partai bisa dibarter, sehingga harapan masyarakat untuk memunculkan kandidat yang sesuai dengan harapan kemungkinan kecil bisa terjadi.
"Yang saya khawatirkan jangan sampai ini terjadi konflik horizontal di masyarakat yang bisa menimbulkan gesekan, gangguan keamanan. Harusnya itu bisa dicegah dan bisa diantisipasi, apalagi kalau keputusan itu yang nggak menabrak norma aturan dalam tanda kutip memaksakan kehendak," ujar Tokoh muda yang meraih gelar doktor di Universitas Padjajaran (Unpad) ini.
Andi Yuslim mengatakan jangan sampai hal itu menimbulkan konflik di daerah yang tidak bisa dikendalikan dan ujung-ujungnya mengganggu stabilitas nasional. Presiden Jokowi sudah memberikan contoh demokrasi selama pemerintahannya. Sangat disayang jika di akhir pemerintahannya itu malah terjadi konflik by desain yang susah dikendalikan dan potensinya itu bisa muncul.
Maka ujiannya kata Andi Yuslim, adalah para pimpinan partai politik yang ada di Indonesia, apakah mereka konsisten sebagai event organizer calon-calon kepala daerah yang akan memunculkan tokoh kandidat yang menarik untuk ditonton dan menarik diikuti atau partai politik itu hanya menjadi sutradara yang membuat sandiwara dan hanya memuaskan produsernya tapi tidak memuaskan penonton.
"Kalau melihat itu adalah dinamika politik karena memang sejatinya politik itu adalah kekuasaan, tapi jangan sampai itu dipaksakan dan bisa menimbulkan konflik, jangan sampai ada konflik horizontal yang susah dikendalikan akhirnya mengganggu suasana kondusifitas keamanan bangsa, dan fenomena ini riaknya terlihat di beberapa daerah yang notabenenya itu daerah-daerah strategis dalam artian menjadi ikon perpolitikan regional yang infacnya bisa mengganggu kenyamanan investasi yang ujungnya itu bisa merugikan pemerintahan Prabowo - Gibran di masa mendatang," jelas Mantan ketua DPP KNPI Pusat ini.
Menurutnya ada beberapa daerah yang figurnya muncul, punya popularitas dan elektabilitasnya itu terpotret di survei, tapi karena adanya intervensi politik dan bersebrangan dengan penguasa (elite parpol) tertentu sehingga dicegah untuk maju. Cara mencegahnya banyak hal, tidak mendapatkan partai, mainan elite saling mengunci dan disitu ada ancaman dalam tanda kutip intervensi dari penegak hukum.
"Nah menurut saya segala sesuatu yang dipaksakan di luar dari koridor atau di luar dari norma itu harus ada mitigasinya. Kalau mitigasinya berhasil oke-oke saja, kalau tidak berhasil jangan sampai menjadi boomerang, menciptakan konflik itu hal yang biasa tapi jangan sampai konflik itu berimbas pada gangguan keamanan," kata Wakil Ketua KADIN Provinsi Sulawesi Selatan ini.
AYP menyarankan agar pertarungan di Pilkada dibiarkan saja mengalir untuk semua figur, kalau mereka mendapatkan partai biarkan mereka bertarung masuk gelanggang pilkada jangan dipotong atau jangan menciptakan kondisi yang memaksa sehingga apapun hasilnya nanti di pilkada itu legitimate dan elegan. "Ini persoalan trust. Jangan sampai masyarakat tidak percaya lagi kepada pemerintah dan penyelenggara. Situasi ekonomi nasional ini tidak menentu dan ini bisa memicu konflik," bebernya.
"Jadi kolaborasi penguasa dan pengusaha. Penguasa itu bisa pimpinan partai politik dan pengusaha ya bandarnya. Contoh beberapa daerah kita lihat di Sulsel yang saya amati ada Ketua Gerindra Sulsel (Andi Iwan Darmawan Aras) itu layak jadi calon gubernur Sulsel, faktanya dimana surveinya bagus alat peraganya menyebar dimana-mana, itu menandakan ada keinginan untuk bertarung tapi sampai hari ini kita belum tahu apakah Gerindra akan mengeluarkan rekomendasi untuk kadernya yang notabenenya ketua partai untuk maju bertarung di Pilgub Sulsel," kata AYP lagi.
"Pertanyaannya kalau itu tidak terjadi ada apa dan saat ini kemungkinan ada indikasi mengarah ke kotak kosong, harapan kita semoga tidak terjadi karena kotak kosong itu ada kecemasan saya lihat, jangan sampai menjadi lawan bersama itu kotak kosong, bagusnya sih fair saja, biarkan saja bertarung di gelanggang Pilkada sehingga yang terpilih itu elegan dan berwibawa, kalau dipaksakan jangan sampai menjadi dendam yang berkepanjangan dan menimbulkan konflik yang susah dikelola," tegasnya. (*)