MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Beberapa Partai Politik (Parpol) tak mengusung kadernya pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) November nanti dan kini kader mereka memilih partai lain sebagai kendaraan untuk mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) beberapa hari lalu. Namun pengurus di tingkat provinsi memilih cuci tangan.
Seperti yang terjadi pada pilkada Bone, Partai Amanat Nasional (PAN) mengusung pasangan Andi Asman Sulaiman dan Andi Akmal Pasluddin (Beramal).
Padahal partai berlambang matahari terbit ini kader potensial yakni Andi Irwandi Natsir juga ikut bertarung di daerah tersebut. Irwandi maju mendampingi mabtan Pj Bupati Bone Andi Islamuddin dengan usungan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Selain PAN ada juga kader PKB yang kini ikut bertarung di Pilkada Bulukumba, Tomy Satria Yulianto. Mantan wakil bupati Kabupaten Bulukumba ini juga maju mendampingi Jamaluddin M Syamsir dengan usungan Partai Golkar, NasDem, Hanura, PBB dan PSI.
Sementara PKB mengusung Andi Muchtar Ali Yusuf (Andi Utta) - Andi Edy Manaf.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Sulsel Muhammad Irfan Ab mengaku jika partainya mengusung Beramal adalah keputusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP).
"Keputusan DPP," singkat Irfan saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Rabu (4/9).
Terpisah, Sekertaris DPW PKB Sulsel Muhammad Haekal mengatakan, keputusan mengusung pasangan Andi Muchtar Ali Yusuf (Andi Utta) - Andi Edy Manaf adalah keputusan DPP PKB.
"Ini DPP yang putuskan, tapi kemungkinan peluang menang nya," katanya.
Meski demikian, partainya tetap menghormati keputusan Tommy yang juga mengambil keputusan ikut bertarung di Pilkada Bulukumba.
"Itu Pilihan politik pribadi setiap orang untuk maju di kontenstasi politik," tutupnya.
Direktur Nurani Strategic, Nurmal Idrus menilai hal tersebut terkait dengan kondisi yang berbeda beda di masing-masing daerah.
"Namun, faktor yang paling besar dari partai untuk mengusung kandidat adalah kepentingan Jakarta atau DPP Parpol itu," kata Nurmal saat dikonfirmasi, Rabu (4/9).
Kata dia, kepentingan itu terkait dengan kebijakan koalisi Nasional dan juga kemampuan memenuhi mahar politik dari masing-masing kandidat.
"Kemungkinan, kader yang gagal diusung parpolnya sendiri oleh karena kemampuan mereka memenuhi syarat DPP seperti ketersediaan finansial membiayai kampanye yang sulit terpenuhi," ucapnya.
"Bisa juga karena elektabilitas mereka sudah diukur oleh DPP sulit untuk bersaing dengan kader di luar parpol," tutupnya.(Fahrul/B)