MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Peta pertarungan kandidat di pemilihan kepala daerah diprediksi berubah setelah Prabowo Subianto resmi menjabat sebagai presiden. Banyak calon kepala daerah yang berharap mendapat efek turunan dari kepemimpinan Prabowo.
Sebagai ketua umum Partai Gerindra, nama Prabowo sangat mungkin dimanfaatkan oleh calon-calon yang diusungnya pada pemilihan kepala daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Bukan hanya itu saja, beberapa pihak juga berspekulasi bahwa "intervensi Istana" bisa terjadi secara halus melalui jaringan kekuasaan dalam mendulang elektorat.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Ali Armunanto mengatakan resminya Prabowo sebagai kepala negara bisa menjadi modal besar untuk para calon yang diusung oleh Partai Gerindra, meskipun ada aturan yang melarang pejabat untuk melakukan intervensi politik praktis.
"Tentu ada, karena sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan tentu Prabowo punya kendali terhadap semua aset-aset pemerintahan. Termasuk di dalamnya sumber daya manusia yang bisa dikendalikan. Memang ada aturan yang melarang pejabat negara melakukan intervensi tapi kemudian tanpa bergerak pun Prabowo bisa punya pengaruh," ujar Ali kepada Harian Rakyat Sulsel, Minggu (20/10/2024).
Andi Ali menjelaskan, pengaruh tersebut lebih bersifat politis daripada administratif. Menurut dia, kandidat-kandidat atau calon yang memiliki kedekatan dengan Prabowo atau Gerindra kemungkinan akan mencoba memanfaatkan kekuatan tersebut untuk mendapatkan keuntungan elektorat.
"Artinya tentu akan ada (kandidat) yang menggunakan nama Prabowo, ataupun gerakan-gerakan di belakang layar yang memanfaatkan kekuasaan Prabowo untuk mendapatkan keuntungan," imbuh dia.
Menurut dia, citra Prabowo sebagai presiden baru dan kemenangan besar dalam Pilpres akan menular ke kandidat-kandidat yang diusung oleh Partai Gerindra.
“Populisme Prabowo akan membawa dampak positif bagi para kandidat di Pilkada. Kedekatan mereka dengan Prabowo bisa membuat masyarakat melihat mereka sebagai bagian dari kekuatan yang dekat dengan kekuasaan,” kata Andi Ali.
Bukan hanya itu saja, kemenangan besar Prabowo pada Pilpres 2024 juga dinilai akan semakin memperkuat posisi dan Gerindra sebagai salah satu partai dominan di Indonesia. Dengan Prabowo sebagai pucuk kepemimpinan nasional, para calon kepala daerah yang diusung oleh Gerindra bisa mendapatkan keuntungan dari pencitraan tersebut.
“Image Prabowo ini sangat kuat. Bisa dilihat sambutan publik saat pelantikannya. Itu akan menular ke calon-calon kepala daerah, terutama mereka yang didukung oleh Gerindra,” tutur Ali.
Lebih lanjut, Ali menyampaikan, dalam konteks Pilkada ini, memanfaatkan nama besar Prabowo akan menjadi strategi yang sangat menguntungkan. Para kandidat yang diusung Gerindra kemungkinan besar akan mengusung narasi-narasi yang mengaitkan dirinya dengan Prabowo.
Menurut dia, kandidat yang mampu menghadirkan Prabowo dalam kampanye mereka atau bahkan hanya menggunakan simbol-simbol yang terkait dengan presiden baru ini akan sangat diuntungkan.
"Apalagi kalau calon-calonnya juga optimal mengkampanyekan Prabowo, kalau sempat menghadirkan Prabowo dalam kampanye mereka ataupun menggunakan simbol-simbol yang berkaitan Prabowo tentu itu akan sangat menguntungkan bagi kandidat yang ikut dalam Pilkada. Karena siapapun yang didukung Prabowo tentu akan mendapatkan keuntungan," terang Ali.
Hanya saja, menurut Ali, meski nama besar Prabowo diperkirakan dapat mendongkrak elektabilitas kandidat yang diusung Gerindra, pengaruh tersebut tidak akan sepenuhnya menentukan hasil Pilkada. Dosen Unhas tersebut menjelaskan ada faktor lain yang mempengaruhi hasil Pilkada, mulai dari strategi kampanye hingga situasi politik lokal. Namun, ia tidak menampik bahwa dukungan dari Prabowo bisa menjadi salah satu faktor yang meningkatkan popularitas kandidat, meski bukan satu-satunya faktor penentu.
"Tapi tidak bisa juga dibilang terlalu besar (pengaruh Prabowo) karena ini terkait strategi politik. Tapi, itu bisa menjadi salah satu faktor yang bisa meningkatkan elektabilitas seseorang. Kan, banyak faktor lainnya dan tentu paling banyak berpengaruh adalah rekam jejak dan personality kandidatnya sendiri. Tapi (Prabowo) juga akan mendorong meningkatnya popularitas, elektabilitas seseorang," imbuh dia.
Adapun pengamat kebijakan publik Unhas, Rizal Pauzi juga menyampaikan hal yang sama. Menurut dia, kepemimpinan Prabowo sebagai presiden tentu akan memiliki dampak elektorat yang signifikan bagi kandidat yang diusung oleh Partai Gerindra.
"Dilantiknya Prabowo menjadi presiden tentu akan memiliki efek dan dampak terhadap elektoral kandidat-kandidat yang diusung oleh Gerindra. Pertama tentu tidak bisa dipungkiri figur presiden, figur Prabowo itu memiliki basis-basis pemilih yang fanatik di berbagai daerah dan itu bisa dikonsolidasikan (kandidat Gerindra)," ujar Rizal.
Di sisi lain, Rizal juga mengatakan dengan semakin menguatnya desentralisasi atau pengalihan kewenangan dari daerah ke pusat, ketergantungan pemerintah daerah terhadap anggaran pusat juga semakin besar. Faktor ini disebut juga akan ikut berimplikasi pada kepala-kepala daerah yang terpilih nantinya. Baik kandidat yang diusung oleh partai Gerindra maupun yang bukan.
"Kedua tentu adalah dengan semakin menguatnya desentralisasi atau penarikan kewenangan daerah ke pusat membuat daerah bergantung pada anggaran-anggaran pusat dan tentu itu juga berimplikasi pada bagaimana dukungan dan kedekatan dari presiden yang terpilih ini untuk daerah nantinya," sebut dia.
Tak sampai di situ, Rizal menyebut popularitas Prabowo bisa menjadi salah satu instrumen yang dimanfaatkan oleh kandidat dalam berkampanye. Namun, ia juga menekankan bahwa pengaruh ini tidak otomatis menjadi jaminan kemenangan. Rizal tidak menampik kemungkinan adanya penggunaan instrumen negara untuk mendukung kemenangan kandidat tertentu. Meski hal ini dianggap bukan sebuah kemutlakan, namun potensi tersebut selalu ada dalam politik elektoral.
"Ini tidak bisa dipungkiri bahwa akan ada dan bisa saja, bukan juga sebuah kemutlakan, tapi bisa saja gerakan-gerakan yang mengikuti instrumen-instrumen negara untuk kemenangan kandidat tertentu," tutur Rizal.
"Tetapi yang terpenting menurut saya adalah seberapa banyak, seberapa besar dampak elektoral yang diberikan tergantung bagaimana kandidat dan konsultannya bisa mengkapitalisasi dilantiknya presiden Prabowo ini. Karena tentu kerja-kerja elektoral, sejauh mana mereka mengkapitalisasi programnya, dan seterusnya," sambung dia.
Di Pilgub Sulawesi Selatan pengaruh Prabowo bisa dimanfaatkan oleh pasangan Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi. Adapun di Pilwali Makassar, pasangan Andi Seto Asapa-Rezki Mulfiati menjadi kandidat yang diusung oleh Partai Gerindra.
Calon Gubernur Sulsel, Moh Ramdhan Pomanto mengatakan sebagai bentuk kerja sama antara pemerintah daerah dan pusat tentu butuh dukungan pusat. Pun, dukungan dari presiden dan wakil presiden yang baru dalam hal menciptakan pilkada damai.
"Sulsel merupakan salah satu penopang dan penyangga IKN. Diharapkan ada kerja sama yang baik dari presiden yang baru dengan kepala daerah atau yang akan datang. Tentu sama-sama ingin stabilitas pilkada serentak berjalan dengan jujur dan adil," ujar Danny.
Menurut Danny, meskipun Partai Gerindra tidak mengusung dirinya bersama Azhar Arsyad di Pilgub Sulsel, namun dia berharap didukung oleh kader Gerindra di Sulsel dan di daerah. Apalagi dia mengakui bahwa jalinan komunikasi tetap terbuka bersama kader Gerindra dan juga partai lain di daerah ini. Danny menegaskan bahwa butuh dukungan kader partai bersama komunitasnya.
"Tentu butuh dukungan kader Gerindra. Hubungan kami tetap terjaga dengan baik dengan kader di DPC dan di DPD," beber dia.
Danny mengungkapkan dirinya mendapat dukungan penuh dari sejumlah organisasi relawan besar. Bukan hanya Relawan Jokowi alias Projo, namun relawan Prabowo Subianto yakni Prabowo Mania dan Kawal Gibran memperkuat posisinya dalam kontestasi Pilgub Sulsel.
"Dukungan dari relawan ini memperkuat perjuangan ideologi rakyat. Kekuatan utama kami adalah kekuatan partai dan kekuatan rakyat," imbuh Danny.
Adapun, juru bicara Sudirman-Fatmawati Arum Spink berharap Prabowo bisa mengangkat elektorat pasangan nomor urut dua ini. Apalagi diketahui mesin partai Gerindra cukup bagus di Sulsel.
"Kami berharap begitu karena salah satu partai pengusung Sudirman-Fatma adalah Gerindra dan saat ini ketua umum partai Gerindra sudah dilantik menjadi presiden," kata Arum Spink.
Namun, lanjut Politikus NasDem ini, bukan berarti Prabowo nanti menggunakan kekuasan dan infrastruktur pemerintahan yang bermain. "Karena kami ini ingin menang dengan cara terbaik, cara yang elegan, dan tidak melanggar peraturan perundang-undangan," ujar dia.
Mantan legislator DPRD Sulsel ini hanya mengharapkan Prabowo bisa memberikan dukungan agar seluruh mesin parpol pengusung Sudirman-Fatma bisa bekerja untuk merebut kemenangan pada 27 November nanti.
"Kalau saja memungkinkan kita berharap ada testimoni Prabowo. Tapi kami tahu presiden adalah milik semua orang, semua partai," kata dia.
Sedangkan, calon Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin tak mempermasalahkan soal adanya paslon lain yang didukung oleh partai yang memenangkan pemilihan presiden. Menurut Appi, Partai Golkar adalah bagian dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mendukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
"Pada dasarnya Golkar bagian dari KIM yang mengusung Prabowo-Gibran. Jadi, Golkar masuk koalisi utama," ujar Munafri. (isak pasa'buan-fahrullah-suryadi/C)