Adu Pengaruh di Ajatappareng: Pengamat Nilai Azhar Arsyad Diuntungkan oleh Orasi “Blunder” Rusdi Masse

  • Bagikan
Paslon Danny - Azhar Akan Janji Majukan Budaya Sulsel

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Wilayah Ajatappareng, mencakup Kabupaten Pinrang, Sidrap, Barru, Enrekang, dan Kota Parepare, menjadi pusat perhatian dalam pertarungan dua kandidat calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Pilgub 2024.

Dua pasangan calon yang bersaing, yaitu Mohammad Ramdhan Pomanto-Azhar Arsyad denga Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi. Keduanya sedang adu kekuatan mendapatkan dukungan di wilayah strategis tersebut.

Di mana wilayah Ajatappareng, sebagai basis suara penting, bukan sekadar wilayah administratif, tetapi simbol kekuatan politik. Sebagai daerah asal dari Wakil Gubernur nomor urut 01, Azhar Arsyad, dan Wakil Gubernur nomor urut 02, Fatmawati Rusdi, wilayah ini menjadi medan pertempuran bagi kedua kubu.

Persaingan semakin intens, terutama karena sejarah panjang kedua kandidat yang sama-sama berasal dari wilayah pemilihan tersebut.

Azhar Arsyad pernah menjabat sebagai anggota DPRD Sulsel periode 2014-2019 dari Dapil Sembilan (Sidrap, Enrekang, dan Pinrang). Kendati demikian, langkah Azhar di Pemilu terakhir tersandung, membuatnya gagal mempertahankan kursi di DPRD Sulsel. Namun, dukungan dari konstituen di Ajatappareng tetap ada, terutama melalui basis sosial yang sudah lama dibangun.

Sementara itu, Fatmawati Rusdi juga memiliki akar politik kuat di Ajatappareng. Pada 2014, ia pernah terpilih sebagai anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Namun, pada Pilkada Sidrap 2018, Fatmawati kalah dalam pertarungan melawan Dolla Mando. Meski didukung oleh suaminya, Rusdi Masse Mappasessu (RMS), yang kala itu menjabat sebagai Bupati Sidrap.

Pada tahun 2020, Fatmawati bangkit di Pilwali Makassar dan berhasil meraih kursi anggota DPR RI dari daerah pemilihan lain. Kini, bersama pasangannya Andi Sudirman Sulaiman, ia kembali bersaing memperebutkan suara di Ajatappareng, yang merupakan basis RMS, suaminya.

Namun, pada Pilgub Sulsel kali ini, situasi memanas setelah orasi politik RMS di Pinrang viral. Dalam orasi tersebut, RMS diduga melontarkan pernyataan yang dianggap merendahkan Azhar. Isu ini mencuat di media sosial dan memancing respons keras dari tokoh-tokoh masyarakat, khususnya dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) di Ajatappareng, yang memandang RMS telah melecehkan Azhar sebagai sesama putra daerah.

Pengamat politik Universitas Hasanuddin, Andi Ali Armunanto mengatakan kontroversi ini memicu respons kuat di Ajatappareng.

"Memang persaingan di Ajatappareng ini menjadi panas, apalagi sejak beberapa hari yang lalu isu-isu terkait misalnya yang disampaikan RMS di Pinrang begitu memicu kontroversi," ujar Ali, Senin (4/11/2024).

Pernyataan "blunder" Ketua DPW NasDem Sulsel atau RMS itu dinilai menggelinding dan justru menjadi seragam balik terhadap RMS sendiri maupun pada pasangan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi.

Di beberapa pernyataan di media, RMS juga dianggap gagal saat memimpin Sidrap. Mengingat masih ada permasalahan sosial utamanya yang menyangkut masalah anak muda, seperti masalah narkoba yang gagal diselesaikan RMS saat menjabat sebagai bupati.

"Serangan berbalik ke RMS karena dianggap melecehkan orang Pinrang. Belum lagi misalnya isu-isu terkait narkoba dan segala macam yang sengaja dihembuskan, memang menjadi sangat panas," ungkap Ali.

"Dan ini menunjukkan kalau memang keduanya, Fatmawati maupun Azhar punya pengaruh yang cukup siknifikan di wilayah Ajatappareng ini dengan melihat pertarungan isu ini. Kalau kita melihat di sosial media juga kedua pendukung paslon juga saling adu argumen dan wacana," lanjutnya.

Meski demikian, menurut Ali, baik Azhar maupun Fatmawati dinilai tetap memiliki pengaruh besar di wilayah Ajatappareng. Fatmawati, yang didukung RMS, memiliki basis yang cukup kuat di Sidrap.

Terlebih RMS, yang pernah menjabat sebagai Bupati Sidrap, kini kembali berupaya mengamankan dukungannya di Sidrap dengan mendukung Syaharuddin Alrif maju sebagai calon Bupati di wilayah tersebut. Di mana dukungan itu dianggap akan ikut memperkuat basis dukungan bagi Fatmawati.

Sementara itu, Azhar juga dianggap memiliki keuntungan tersendiri dengan identitas Ajatappareng yang melekat padanya. Selain itu, ia juga didukung oleh jaringan organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU).

Terlihat usai pernyataan RMS yang dinilai merendahkan Azhar itu viral, ada banyak tokoh penting ikut angkat bicara, seperti tokoh NU Mangkoso di Barru, tokoh NU Parepare, tokoh budaya di Sidrap, serta tokoh pemuda di Pinrang, mengungkapkan kekecewaan terhadap RMS.

"Kalau kita mengukur seberapa pengaruhnya saya rasa keduanya cukup berpengaruh, walaupun wilayah basisnya berbeda. Fatmawati karena tentu RMS pernah jadi bupati di Sidrap dan sekarang juga sedang membantu Syahar, dan tentunya juga Syahar juga akan bekerja keras memenangkan Fatmawati di Sidrap," sebutnya.

"Tapi di sisi lain Azhar juga bisa menggunakan identitas-identitas Ajatapparengnya dan juga jaringan NUnya di sana. Karena isu kemarin (sindiran RMS) tokoh-tokoh NU di wilayah Ajatappareng juga ikut bicara terkait RMS. Jadi kalau kita lihat yah pengaruhnya sama kuat tapi berbeda basis," sambungnya.

Namun pada momentum ini, utamanya setelah insiden orasi RMS yang dinilai merendahkan itu dinilai akan menguntungkan Azhar. Kata Ali, salah satu keuntungan Azhar karena tidak perlu lagi melalui proksi atau pihak lain untuk terhubung langsung ke masyarakat.

Sementara Fatmawati dinilai justru yang harus bekerja adalah RMS. Sehingga terlihat kontras jika yang ikut bertarung dalam Pilgub Sulsel adalah RMS dengan Azhar, bukan Fatmawati. Untuk itu, Ali kembali menegaskan bahwa dalam konteks ini Azhar akan lebih diuntungkan.

"Karena melawan orang besar dan isinya juga besar berbalik ke RMS. Di sisi lain Azhar sendiri tidak punya kelemahan yang cukup siknifikan untuk dielaborasi selain yang diucapkan RMS itu, hanya kegagalannya (Azhar) maju di DPRD Sulsel melalui dapil Ajatappareng itu. Sementara sekarang RMS justru dihantam isu sentimen primordial karena merendahkan Azhar sebagai orang Pinrang, dan juga di hantam isu narkoba beberapa hari belakangan ini," bebernya.

Lanjut, menurut Ali, pengaruh kedua kandidat pada Pilgub Sulsel sebenarnya masih berimbang di wilayah Ajatappareng. Baik Azhar maupun Fatmawati, terlebih pernah sama-sama mengalami kegagalan di arena politik, Azhar gagal kembali ke DPRD dan Fatmawati pernah kalah dalam Pilkada Sidrap.

Untuk itu, Ali menilai, blunder RMS dalam orasi politiknya bisa memberikan keuntungan besar bagi Azhar.

"Blunder ini bisa meningkatkan popularitas Azhar dan menambah elektabilitasnya dibandingkan sebelumnya. Meski demikian, situasi di Ajatappareng masih sangat dinamis dan bisa berubah sewaktu-waktu," tambahnya.

Saat ini, wilayah Ajatappareng disebut masih menjadi sengketa antara kedua kubu. Namun, menurut Ali, perkembangan isu-isu politik di media sosial cenderung lebih menguntungkan Azhar karena tingginya simpati masyarakat yang merasa terwakili oleh sosoknya.

"Keuntungan ada di pihak Azhar untuk saat ini. Namun, politik sangat dinamis dan sewaktu-waktu bisa terjadi blunder dari pihak Azhar yang merugikan posisinya. Sementara ini, blunder RMS masih menjadi keuntungan bagi Azhar," pungkasnya. (Isak Pasa'buan/B)

  • Bagikan