Pemilih Milenial

  • Bagikan
Ema Husain Sofyan

Oleh: Ema Husain Sofyan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Sepuluh hari lagi, tepatnya tanggal 23 November 2024, adalah hari terakhir kampanye Pilkada Serentak 2024. Para kandidat dengan strategi masing-masing akan berusaha meraup suara sebanyak-banyaknya dari para calon pemilih. Salah satu segmen pemilih yang dominan adalah generasi milenial atau disebut dengan generasi Y adalah generasi yang dilahirkan sekitar tahun 1980 hingga tahun 1995 pada saat teknologi sudah maju.

Adapun generasi Z adalah generasi yang lahir dari tahun 1997 sampai tahun 2000-an dan merupakan generasi yang masih muda dan tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi. Kedua generasi inilah kelak yang akan menjadikan Indonesia memiliki bonus demografi sehingga menjadi modal dalam berkompetisi di dunia yang semakin kompetitif.

Bonus demografi itu apabila penduduk usia produktif yaitu kisaran usia 15 sampai 64 tahun, jumlahnya lebih banyak dibanding usia non produktif atau kisaran usia 65 tahun ke atas. Dengan proporsi usia produktif sekitar 60 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

Dengan modal demografi tersebut, bisa menjadi peluang yang strategis untuk melakukan berbagai macam inovasi dalam memajukan negara. Namun di sisi lain bonus demografi bisa menjadi beban tersendiri yang pada akhirnya mengancam Indonesia sebagai negara. Semisal, angkatan kerja yang tidak memiliki lapangan pekerjaan dan pada akhirnya menimbulkan angka pengangguran. Hingga yang terjadi adalah menurunnya kualitas SDM.

Untuk itu pendidikan menjadi keniscayaan. Dengan pendidikan akan terjadi proses untuk membentuk manusia yang tidak saja cerdas namun mampu berpikir secara saintifik dan filosofis tapi juga mampu mengembangkan spiritualnya. Dalam kondisi yang demikian maka tenaga pengajar atau guru mesti menjadi prioritas dari pemerintah kita.

Untuk mencapai generasi emas Indonesia maka diperlukan peningkatan mutu dari pendidikan itu sendiri seperti, anggaran yang mencukupi, manajemen pengelolaan, pemberdayaan guru dan terpenting pendidikan melatih kesadaran kritis.

Perhelatan Pilkada Serentak 2024 yang saat ini memasuki tahapan kampanye, adalah momentum untuk memilih kepala daerah yang mampu menjawab tantangan dan peluang bonus demografi yang diperkirakan mulai pada 2030 hingga 2040. Tentu saja pondasi dan keberlanjutannya sudah ditentukan oleh presiden selaku kepala negara. Yang tentunya harus didukung oleh kepala daerah yang merupakan leader di daerah yang bersangkutan.

Investasi besar-besaran dalam bidang pendidikan menjadi perhatian serius, agar kesenjangan Pendidikan tidak lagi kita temui di daerah pelosok. Utamanya bagaimana kepala daerah nantinya mampu membuat terobosan dengan adanya keberpihakan pada sektor pendidikan.

Tentu saja pemimpin/kepala daerah kelak harus berdasarkan kualifikasi visi dan misi yang sudah terbukti dan berdasarkan rekam jejak kandidat. Kota Makassar yang juga memilih pemimpin pada tanggal 27 November mendatang. Ada empat pasang calon yang dari mereka kita harap memberikan yang terbaik buat Kota Makassar. Tentu saja kita tidak ingin peluang angkatan kerja itu menjadi sirna dengan salah mengelola daerah akibat kepala daerah dan wakil kepala daerah yang tidak mampu mengelola aset tersebut. (*)

  • Bagikan