MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pengamat Politik Unismuh Makassar Arqam Azikin, sosok aktivis, akademisi, hangat, kritis untuk rakyat, terbuka, baik, nasionalis sejati, berani sampai akhir hayat. Kalimat tersebut menjadi gambaran ungkapan dari lingkungan sosial yang mengenal dan berinteraksi dengan mendiang Arqam Azikin.
Sebagai pengamat politik, orang-orang mengenalnya sebagai penganalisa yang andal. Hal itu juga disampaikan oleh salah seorang partner diskusinya, Prof Firdaus Muhammad yang merupakan guru besar asal UIN Alauddin Makassar.
“Saya kalau bertemu mendiang di warung kopi, selalu bertukar pendapat tentang banyak hal, tentu saja mengutamakan hal yang berkaitan dengan masyarakat,” ujarnya saat diwawancara Rakyat Sulsel, Senin (2/11/2024).
Bahkan mereka kerap menjadi rekan dan panel pada sebuah diskusi publik. Tak hanya memperhatikan dan mengulas peta politik saja. Arqam Azikin juga mengulas tentang kebijakan para politisi menyampaikan apresiasi yang benar terhadap keputusan para petinggi. Ia tak pernah ragu dalam menyampaikan argumennya.
“Tak tanggung juga memberikan kritik pedas dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab,” ungkapnya.
Ia menyampaikan, sikap vokalnya sudah menjadi identitas siapa dia, bahkan meski akan menghadapi risiko.
“Nyaman atau tidak nyaman, yang jelas beliau vokal saja, yang jelas saya pahami beliau,” ungkapnya.
Ia membeberkan, Arqam adalah salah satu penggagas berdirinya Masjid 99 Kubah Makassar yang sekarang menjadi ikon Sulsel.
“Meski ia seorang pengamat politik, Arqam juga sangat perhatian terhadap keagamaan,” ujarnya.
Jiwa nasionalismenya juga demikian, bahkan meski sudah dilekati berbagai alat medis seperti infus dan sebagainya, ia tetap memberikan sambutan dengan gestur hormat.
"Saat saya jenguk mendiang, saya memberi hormat dan beliau juga memberi hormat hormat meskipun dalam keadaan dikelilingi infus,” kuncinya. (Abu/B)