Cuaca Ekstrem Telan Korban

  • Bagikan
rambo/raksul

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Hujan lebat dan angin kencang yang melanda Kota Makassar dan sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan menelan korban jiwa. Seorang anak berusia delapan tahun meninggal dunia setelah terseret arus di Kecamatan Tamalanrea, Makassar.

Air juga meluap di sejumlah titik yang memaksa sebagian warga mengungsi. Di Kabupaten Pangkep sebanyak 12 rumah warga rusak akibat diterjang angin puting beliung. Cuaca ekstrem diprediksi akan berlangsung beberapa hari dan terjadi di sebelas kabupaten dan kota se-Sulawesi Selatan.

Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto, mengingatkan warga untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem yang melanda daerah ini. Khususnya, kata Danny Pomanto, meminta para orang tua untuk memastikan keamanan anak-anak mereka. "Anak-anak yang belum tahu apa-apa harus dijaga dengan baik," ujar Danny, Selasa (10/12/2024).

Menurut dia, hujan deras disertai angin kencang dan petir menjadi ancaman serius selama beberapa hari terakhir. Tak hanya itu, Danny juga menyebut tengah mempertimbangkan pembelajaran dalam jaringan (daring) di rumah bagi para siswa di Kota Makassar. Hal ini dilakukan, lanjut dia, untuk menjaga keselamatan para siswa yang harus ke sekolah di tengah cuaca ekstrem.

"Biasanya saya mengambil sikap bagi anak-anak sekolah untuk belajar di rumah saja," imbuh Danny.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Muhyiddin mengimbau sekolah yang terdampak banjir agar menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh atau meminta siswa belajar dari rumah.

"Bagi sekolah yang tergenang, kebetulan berdampak atau air menggenangi sekolah supaya mengizinkan siswa belajar dari rumah untuk utamakan keselamatan anak-anak," kata Muhyiddin.

Muhyiddin menegaskan kebijakan itu mempertimbangkan keselamatan siswa. Para kepala sekolah juga diminta mengantisipasi aset sekolah agar tidak terendam banjir.

"Kami hanya mengimbau dan tidak mengeluarkan surat edaran. Intinya kami berupaya mengantisipasi cuaca yang tidak menentu," imbuh dia.

Muhyiddin belum merinci jumlah SD dan SMP di Makassar yang terdampak banjir. Namun dia mengakui ada sejumlah sekolah yang memang sudah menjadi langganan banjir setiap tahun.

"Kalau sekolah rata-rata hanya tergenang di lapangan. Sudah ada lima SD dan ada empat SMP yang tergenang air," beber doa.

Muhyiddin memastikan kebijakan belajar dari rumah tidak akan mengganggu jalannya pendidikan. Dia berdalih siswa SD dan SMP saat ini sudah melaksanakan ujian semester.

"Ini merupakan proses akhir semester awal tahun pelajaran 2024/2025. Jadi anak-anak juga tidak ada lagi kegiatan atau tugas yang mendesak karena sudah menyelesaikan ujian atau ulangan sekolah," jelas Muhyiddin.

Sebelumnya, seorang bocah perempuan di Jalan Bontoa Utara, Kelurahan Parangloe, Kecamatan Tamalanrea, tewas akibat terseret arus air di selokan atau drainase yang tak jauh dari rumahnya. Kepala Seksi Humas Polrestabes Makassar Ajun Komisaris Wahiduddin mengatakan, saat ditemukan korban berinisial MA (8) tersebut sudah meninggal dunia.

"Korban meninggal karena tenggelam di saluran air (drainase) sekitar pukul 11.15 wita," ujar Wahid.

Wahid menjelaskan, sekitar pukul 10.00 wita, saat cuaca masih dalam kondisi ekstrem, korban bermain di dekat drainase bersama saudaranya di dekat drainase yang penuh dengan air. Kata Wahid, kakak korban sempat meminta agar korban tidak terlalu dekat dengan drainase mengingat arus air saat itu cukup deras.

"Kakaknya sempat melarang menyebrangi drainase namun diabaikan oleh korban," ujar dia.

Saat menyebrang, kata Wahid, kaki korban terpeleset dan terjatuh ke dalam drainase yang tertutup cor permanen. Korban kemudian hanyut, kakaknya disebut sempat menolong dengan memegang tangannya. Karena arus air cukup deras, korban tidak tertolong dan hanyut sepanjang 50 meter. Adapun kakaknya hanya bisa teriak histeris dan minta tolong kepada warga lainnya.

"Warga yang berdatangan langsung mencari korban. Setelah ditemukan, sempat dilakukan pertolongan pertama namun sudah tidak tertolong lagi," imbuh dia.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar, Hendra Hakamuddin mengatakan tercatat tiga kecamatan yang terendam banjir yaitu Manggala, Biringkanaya, dan Panakkukang. Terdapat enam titik banjir yang tersebar di tiga kelurahan yakni Kelurahan Katimbang, Kelurahan Pandang dan Kelurahan Manggala.

Menurut Hendra, telah ada delapan jiwa yang mengungsi akibat banjir di Kecamatan Manggala. Mereka mengungsi di Masjid Jabal Nur, Jalan Biola Blok 10, Kelurahan Manggala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar.

"Dua kepala keluarga (KK) yang terdiri dari dua laki-laki dan enam perempuan," ujar Hendra.

Ia menyebut pihaknya terus memantau lokasi rawan banjir dan memperbarui data jumlah pengungsi. Selain itu, BPBD Makassar juga melakukan evakuasi dan pendampingan bagi warga yang mengungsi.

Hendra pun menambahkan sebanyak 41 personel dari BPBD Makassar disiagakan dan telah mempersiapkan sejumlah alat penunjang di lapangan. Seperti, dua unit perahu karet, empat unit dayung, 41 unit rompi pelampung, dua unit ban pelampung, serta 41 unit helm pelindung.

Sementara itu. sebagai langkah antisipasi, Hendra menyebut masyarakat yang terdampak dari cuaca ekstrem dapat menghubungi layanan tanggap darurat 24 jam melalui Call Center 112.

Sementara itu, tiga kecamatan di Kabupaten Pangkep, diterjang angin puting beliung. Akibatnya, 12 rumah warga di daerah tersebut mengalami kerusakan.

"Bencana angin puting beliung sejak Senin dan hari ini (kemarin)," ujar Kepala Pelaksana BPBD Pangkep, Muslimin Yusuf.

Muslimin mengatakan angin puting beliung pertama terjadi di Kelurahan Talaka, Kecamatan Ma'rang pada Senin (9/12) sekitar pukul 08.30 Wita. Di wilayah tersebut ada 9 rumah rusak.

"Di Kelurahan Talaka ada 9 rumah rusak, 6 unit rumah warga dan 3 unit perumahan guru. Sebanyak 3 rumah warga kategori rusak berat," imbuh dia.

Angin puting beliung juga terjadi di Kelurahan Sibatua, Kecamatan Pangkajene dan Desa Mattiro Uleng, Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara. Ada tiga rumah rumah di wilayah itu.

Dia menuturkan satu rumah rusak di Kelurahan Sibatua dan dua lainnya di Desa Mattiro Uleng. Rumah rata-rata mengalami kerusakan pada bagian atap dan dinding. Petugas BPBD Pangkep masih melakukan pendataan kerugian materil yang dialami warga. Pihak BPBD juga telah memberikan bantuan tanggap darurat berupa makanan instan.

Kepala Pelaksana BPBD Sulawesi Selatan, Amson Padolo menyampaikan beberapa daerah yang rawan terhadap bencana hidrometeorologi masih terkendali. Dia mengatakan, beberapa daerah rawan seperti Kabupaten Luwu yang sebelumnya sempat mengalami longsor saat ini masih terpantau aman. Adapun di Takalar, beberapa wilayah di bagian pesisir dan Pangkep yang juga rawan abrasi masih terpantau aman.

Namun, kata dia, meski belum berdampak langsung terhadap masyarakat, angin kencang di Pangkep juga terjadi.

“Prediksi BMKG untuk dasarian ke 2 (10 hari kedua) beberapa daerah berada di zona hujan sedang dan lebat serta disertai angin kencang. Untuk saat ini beberapa daerah terdampak angin kencang di Pangkep, Maros, Makassar, Gowa, Barru, dan Takalar,” imbuh Amson.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Sulsel. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai angin kencang berpotensi terjadi di wilayah Makassar dan sekitarnya.

Selain Makassar, terdapat wilayah lainnya di Sulsel yang juga terdampak cuaca ekstrem ini seperti Kepulauan Selayar, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa, Sinjai, Maros, dan Pangkep. Kondisi ini diprediksi juga akan meluas di beberapa daerah lainnya.
"Kondisi ini diperkirakan masih dapat berlangsung hingga pukul 09.30 Wita," tulis BMKG.

Sementara itu, Satuan Brimob Polda Sulsel menggelar apel kesiapsiagaan dan peralatan SAR untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam di wilayah Sulawesi Selatan. Apalagi sejumlah daerah di Sulsel dilanda hujan dengan intensitas tinggi. Potensi longsor hingga banjir harus jadi atensi.

Komandan Satuan Brimob Polda Sulsel Komisaris Heru Novianto mengatakan seluruh jajaran baik Batalyon A, B, C, dan D harus siap siaga menyikapi kondisi cuaca ekstrem yang melanda.

"Apel kesiapsiagaan ini bertujuan untuk penyiapan Tim SAR dan peralatannya untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam yang sewaktu-waktu bisa terjadi," ujar Heru.

"Saya berharap kepada seluruh rekan-rekan sekalian untuk senantiasa siaga dan selalu memantau perkembangan situasi, kondisi iklim dan perubahan cuaca yang terjadi," sambung dia.

Peralatan dan perlengkapan SAR, kata Heru, harus tersedia dan siap dalam kondisi baik. Sehingga jika dibutuhkan sewaktu-waktu dapat digunakan untuk misi sosial.

Adapun Kepala Bagian Operasional Brimob Polda Sulsel, Ajun Komisaris Besar Nur Ichsan, meminta seluruh personel untuk menjaga kesehatan dan kebugaran.

"Modal utama melaksanakan tugas adalah sehat, olehnya itu walaupun kita siaga dan memantau daerah tugas masing-masing, jangan lupa olahraga agar tetap bugar sehingga kita bisa membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan," imbuh dia. (shasa anastasya-abu hamzah-isak pasa'buan/C)

  • Bagikan