“Pendidikan, Bonus Demografi, dan Masa Depan Bangsa”
Oleh : Akmal (Pusat Riset Kependudukan BRIN)
SETIAP tanggal 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional sebagai bentuk penghormatan kepada para pendidik yang berdedikasi dalam membangun generasi penerus bangsa. Momentum ini seharusnya tidak hanya menjadi perayaan seremonial, tetapi juga refleksi mendalam tentang peran pendidikan dalam menghadapi tantangan dan peluang, termasuk bonus demografi yang sedang dihadapi Indonesia.
Pendidikan: Fondasi Masa Depan Bangsa
Pendidikan memegang peranan kunci dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Namun, tantangan besar masih menghadang. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2023 mengalami peningkatan, tetapi kesenjangan pendidikan di daerah terpencil tetap menjadi pekerjaan rumah.
Guru, sebagai aktor utama pendidikan, menghadapi tekanan berat di tengah keterbatasan sarana, prasarana, dan dukungan kebijakan. Sebuah studi menunjukkan bahwa kesejahteraan guru, terutama di daerah tertinggal, masih jauh dari layak. Padahal, kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kurikulum, tetapi juga oleh kompetensi dan kesejahteraan guru.
Namun, di tengah tantangan tersebut, pemerintah telah mengumumkan janji untuk menaikkan gaji guru pada tahun 2025. Kebijakan ini diharapkan dapat menjadi angin segar bagi para pendidik, khususnya yang berada di wilayah tertinggal, untuk meningkatkan motivasi dan kualitas pengajaran mereka.
Kenaikan gaji ini diharapkan tidak hanya memberikan dampak positif terhadap taraf hidup para guru, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan nasional secara keseluruhan. Meski begitu, janji ini memerlukan pengawalan yang ketat agar benar- benar terealisasi dan mampu menjawab kebutuhan guru di seluruh pelosok negeri.
Di sisi lain, digitalisasi pendidikan pasca-pandemi telah membuka peluang besar. Pemanfaatan teknologi dapat menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan akses pendidikan. Namun, tanpa pelatihan yang memadai bagi guru, teknologi hanya akan menjadi alat pasif yang tidak membawa perubahan signifikan.
Bonus Demografi: Peluang atau Ancaman?
Indonesia kini berada dalam periode bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif (15–64 tahun) lebih besar dibandingkan usia non-produktif. Bonus ini diperkirakan mencapai puncaknya pada tahun 2030-an, menawarkan peluang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, bonus demografi hanya akan menjadi "dividen demografi" jika didukung oleh pendidikan yang berkualitas. Jika tidak, bonus ini justru bisa berubah menjadi beban demografi, di mana angka pengangguran meningkat dan produktivitas stagnan.
Sistem pendidikan Indonesia harus mampu mencetak individu yang tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis, inovatif, dan adaptif. Kurikulum Merdeka yang digagas pemerintah menjadi langkah awal yang baik. Namun, implementasinya membutuhkan konsistensi dan pengawasan, terutama di daerah-daerah dengan keterbatasan infrastruktur.
Selain itu, kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri menjadi kunci. Program vokasi harus dirancang agar relevan dengan kebutuhan pasar kerja yang terus berubah, terutama dengan berkembangnya Revolusi Industri 4.0.
Kesehatan dan Pendidikan: Dua Pilar Tak Terpisahkan
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kesehatan. Anak-anak yang sehat cenderung memiliki kemampuan belajar yang lebih baik. Namun, angka stunting yang masih tinggi di Indonesia, yaitu 21,6% pada 2023, menunjukkan bahwa tantangan ini belum sepenuhnya teratasi.