RAKYATSULSEL - Industri kecerdasan buatan (AI) yang sebelumnya berkembang pesat kini mulai menghadapi tanda-tanda kejenuhan. Salah satu indikasinya adalah peluncuran model terbaru OpenAI, Orion, yang hanya menunjukkan peningkatan moderat dibandingkan model sebelumnya, GPT-4. Ini memunculkan pertanyaan apakah AI telah mencapai potensi maksimalnya.
Selama bertahun-tahun, AI tumbuh dengan pesat, menghadirkan lompatan besar pada setiap versi baru. Model seperti GPT-3 dan GPT-4 telah menetapkan standar baru dalam pemahaman bahasa alami dan kemampuan AI generatif. Namun, Orion, yang diuji oleh OpenAI, menunjukkan peningkatan yang lebih inkremental, terutama dalam tugas-tugas pengkodean.
Beberapa faktor yang memengaruhi kemajuan AI yang lebih lambat antara lain terbatasnya data yang digunakan untuk melatih model. Data manusia yang digunakan selama ini untuk melatih model semakin habis, dan perusahaan kini beralih ke data sintetis yang dihasilkan oleh AI itu sendiri, yang menghadirkan tantangan baru. Selain itu, biaya pengembangan dan pelatihan model AI canggih juga semakin tinggi, memicu pertanyaan apakah biaya ini sebanding dengan hasil yang diperoleh.
Jika AI benar-benar mendekati batas kemampuannya, ini bisa mengubah arah pengembangan teknologi, dengan perusahaan beralih dari membangun model yang lebih besar dan kompleks, menjadi mengoptimalkan yang sudah ada. Fokus bisa beralih pada alat yang lebih spesifik atau bahkan pengembangan arsitektur baru.
Namun, AI tetap merupakan bidang yang sangat luas, dan keterbatasan dalam satu area dapat membuka peluang terobosan di area lainnya. OpenAI, misalnya, masih terus melakukan perbaikan pada model Orion, dan masa depan AI tetap menjanjikan terlepas dari tantangan saat ini.