Malam Keagungan

  • Bagikan
Darussalam Syamsuddin

Oleh: Darussalam Syamsuddin

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Paruh ketiga bulan Ramadan terutama pada malam-malam ganjil di sepuluh terakhir, umat Islam yang berpuasa sedang berada di keindahan hari-hari ketika cahaya malam Qadar mungkin menaburi ubun-ubun mereka. Malam Qadar senantiasa menjadi tumpuan harapan setiap muslim.

Mungkin harapan untuk mendapatkan kemuliaan di sisi Allah. Mungkin harapan memperoleh pahala. Mungkin harapan meraih ampunan Allah. Mungkin harapan beribadah dengan khusyuk di hadapan sang Khalik. Atau mungkin harapan yang lebih sederhana: sukses dalam hidup, rezeki, jodoh, terbebas dari kesulitan hidup, atau yang selainnya.

Meskipun sangat jarang terdengar bahwa ada seseorang yang dianugerahi Lailatul-Qadar, namun Lailatul-Qadar tetap saja kita menghayatinya, menyongsongnya, membayangkan, dan merindukannya. Malam Qadar tetap menjadi sesuatu yang merangsang rasa penasaran yang abadi, dan tak pernah bertepi.

Kata Qadar mengandung dua makna. Pertama, bermakna ketentuan. Berkaitan dengan hidup-matinya kita, sehat-sakitnya kita, untung-ruginya kita. Di antara doa yang dianjurkan kepada kita adalah: “Ya Allah, panjangkan usiaku, sehatkan tubuhku, sampaikan aku pada harapan-harapanku”.

Kedua, bermakna kemuliaan dan keagungan. Malam Qadar mengandung kemuliaan karena: pertama, pada malam Qadar Al-Qur'an diturunkan melintasi ruang dan waktu. Kedua, pada malam Qadar, Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang sekiranya Muhammad saw. tidak diciptakan, bumi dan langit pun tidak diciptakan. Ketiga, malam Qadar mengandung kemuliaan bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh beribadah ritual dan melakukan amal saleh. Itulah sebabnya, Allah mengulang kata Qadar tiga kali dalam surah Al-Qadr.

Ada dua jenis amalan yang dilakukan di malam Qadar: pertama, bersungguh-sungguh melakukan ibadah ritual: salat malam, membaca Al-Qur'an, istigfar, berdoa, infak, dan sedekah. Kedua, melakukan amal saleh: mengunjungi tempat kediaman orang-orang miskin, anak yatim, dan orang-orang yang luka hatinya karena kehidupan, menjenguk orang sakit, mengunjungi orang yang ditahan, memberi makan orang yang lapar, memasukkan kebahagiaan ke hati orang-orang yang menderita. Ibadah dan amal saleh tidak semuanya harus dilakukan, melainkan sebagai pilihan mana di antara yang akan diamalkan di malam-malam Qadar hingga terbit fajar.

Meskipun para ulama berbeda pendapat tentang malam-malam Qadar, tetapi mereka sepakat bahwa pada malam Qadar itu, para malaikat berbondong-bondong turun ke bumi atas komando sang Jibril, mereka turun atas izin Tuhan untuk menetapkan berbagai urusan.

Para malaikat tertarik turun ke bumi karena dua hal. Pertama, hanya di bumi orang memberi makan kepada sesamanya di langit tidak ada yang memberi makan. Kedua, hanya di bumi orang merintih memohon ampun terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Karena itu, Allah lebih mencintai rintihan penyesalan orang yang telah melakukan kesalahan, daripada gemuruh zikir yang dikumandangkan. Karena penyesalan orang yang berbuat salah menyentuh kasih sayang Tuhan. Sedangkan gemuruh zikir yang dikumandangkan menyentuh kebesaran Tuhan. Allah lebih menyukai disentuh kasih sayang-Nya, dari pada menyentuh kebesaran-Nya.

Hanya saja, banyak orang terlalu angkuh dan sombong dengan melalaikan diri melakukan perbuatan yang sia-sia di malam Qadar dan tidak perduli dengan keutamaan yang terkandung di malam Qadar. Padahal Allah menjanjikan keutamaan bagi mereka yang bersungguh-sungguh beribadah dan beramal saleh semalam lebih utama dari pada seribu bulan atau 83 Tahun.

Sekiranya Allah memanggil kita untuk kembali kepada-Nya, di saat dosa dan kesalahan kita belum terampuni. Karena itu, jika lampumu tak bersumbu dan tak berminyak, jangan harapkan nyala api. Kalau gelasmu retak, jangan mimpi tuangkan minuman. Jika dinding hatimu masih dipenuh berbagai kotoran, jangan harapkan cahaya memancar di hati. Bersungguh-sungguhlah beribadah dan beramal saleh, semoga malaikat menyalami dan menghapus air mata penyesalanmu. (*)

  • Bagikan