“Dulu banyak siswa yang pindah sekolah bahkan berhenti karena tidak mampu untuk berjalan ke sekolah induk. Karena jarak ke sekolah induk tersebut sangatlah jauh dari tempat tinggal mereka,” jelas Arkis.
Lanjutnya, hal ini dialami murid kelas 1, 2 dan 3. Untuk kelas 4, 5, dan 6 tetap belajar di sekolah induk. Kekurangan di kelas jauh itu, selain sarana dan prasarana tidak layak dan memadai adalah tidak adanya tenaga pengajar.
“Jadi yang mengajari para siswa kami itu cuma satu orang itupun bukan dari ASN hanya tamatan SMA yang bermukim di dusun itu. Selain itu kita bersyukur karena ada warga yang mau menghibahkan lahannya untuk pembangunan kelas jauh,” jelas Arkis.
"Sudah berapa kali kita usulkan pembangunan kelas jauh, namun sampai saat ini pemerintah belum juga merespon. Kami berharap semoga tahun depan kelas jauh ini sudah mendapatkan fasilitas dan para siswa tidak lagi belajar di bawah rumah pak dusun. Selain itu kami juga sangat membutuhkan guru siswa,” harap Arkis.
Sementara Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bone Nursalam, yang dihubungi secara terpisah mengatakan bahwa pembangunan ruang kelas jauh itu harus menggunakan DAU (Dana Alokasi Umum) bukan DAK. Pasalnya, DAK harus melalui prosedur yakni jumlah siswanya.
“Semoga tahun depan bisa dimasukkan karena ini anggaran dari pusat. Yang terpenting kami juga harus mengetahui kalau lahan warga yang sudah dihibahkan itu tidak bermasalah,” ujar Nursalam.