Sejumlah Kader Hengkang, Pengamat Nilai Demokrat Sulsel Mulai Goyang

  • Bagikan
Ilustrasi

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Demokrat Sulsel menjadi salah satu partai paling banyak ditinggal kadernya jelang Pemilu 2024. Polemik pemilihan ketua DPD dinilai jadi penyebab sejumlah kader hengkang.

Ilham Arief Sirajuddin yang tidak dipilih DPP memilih hengkang ke Golkar. Bahkan Ketua Demokrat Maros Amirullah bersama 14 ketua PAC mundur jelang pendaftaran.

Terbaru, eks Ketua Demokrat Pinrang Irwan Hamid juga dikabarkan semakin dekat dengan Nasdem. Hal itu dinilai Demokrat mulai goyang.

Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI) Nursandy Syam mengatakan prahara yang terjadi di tubuh Demokrat Sulsel terjadi akibat tidak adanya solusi antara kubu Ni'matullah lawan kubu Ilham Arif Sirajuddin (IAS).

"Hal itu memicu ekses politik dari kubu IAS yang lebih memilih eksodus ke parpol lain," kata Nursandy, Rabu (15/2).

Dampak politiknya tentu kekuatan demokrat mengalami turbulensi. "Apalagi kader-kader yang hengkang bukan figur kaleng-kaleng," lanjutnya.

Dengan ini, kata dia, pihaknya mengharapkan Demokrat Sulsel mesti menambal hilangnya kader-kader yang berkualitas. "Dengan merekrut figur-figur berpengaruh jika Demokrat ingin pencapaian yang lebih baik pada Pemilu 2024 mendatang," jelasnya.

Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Andi Luhur Priyanto mengatakan Demokrat menghadapi situasi perubahan dan kesinambungan.

"Elit yang mundur juga tidak semua berkontribusi optimal pada pencapaian suara partai di Pemilu 2019. Bahkan ada juga yg terbukti gagal mempertahankan suara partai dari Pemilu sebelumnya," kata Luhur--sapaan akrabnya.

"Artinya pembaharuan kepengurusan yang dilakukan Demokrat memberi harapan baru. Kepengurusannya mengakomodasi banyak tokoh-tokoh muda," lanjutnya.

Dengan ini, kata dia, Ni'matullah memiliki tantangan dimana kekuatan Demokrat sekarang banyak berada di tangan politisi yang belum terukur kekuatan elektoralnya. "Belum terukur artinya bisa lebih baik pencapaiannya, bisa juga tidak," ucapnya.

Sehingga kata dia semua kembali pada model rekrutmen Caleg. "Strategi pemenangan, determinasi kepemimpinan serta dukungan sumberdaya ekonomi politik yang tersedia," jelasnya. (Fahrul/B).

  • Bagikan