MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Peran perempuan dalam dunia politik tidak boleh lagi di pandang sebelah mata. Keikutsertaannya dalam setiap ajang pemilihan layak diacungi jempol.
Khusus di Sulawesi Selatan, progres perpolitikan dari kaum hawa terbilang positif. Bahkan beberapa posisi kepala daerah ditempati oleh perempuan. Itu menandakan bahwa posisi kaum hawa semakin kuat dan mendapat perhatian besar dari para pemilih.
Adapun posisi eksekutif yang diisi perempuan diantaranya, Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, Wakil Wali Kota Makassar Fatmawati Rusdi, Wakil Bupati Sinjai Andi Kartini Ottong hingga Wakil Bupati Maros, Suhartina Buhari.
Figur perempuan di Sulsel juga cukup kuat dalam perebutan kursi DPR RI. Hampir setiap Daerah Pemilihan (Dapil) Senayan di Sulsel ada keterwakilan figur perempuan.
Di Dapil Sulsel I ada Aliyah Mustika Ilham (Demokrat). Dapil Sulsel II, Hasnah Syam (NasDem) dan Andi Yuliani Paris (PAN). Kemudian Dapil Sulsel III ada Sarce Bandaso Tandiasik (PDIP) dan Eva Stevany Rataba (NasDem).
Sementara, DPRD tingkat provinsi maupun kabupaten/kota posisi perempuan juga cukup kuat. Ada nama Andi Ina Kartika Sari yang menjabat sebagai Ketua DPRD Sulsel. Khusus DPRD Sulsel, perolehan kursi dari kaum hawa meningkat cukup signifikan. Di mana pada Pileg 2014 kaum perempuan hanya mendapat 15 kursi dan meningkat di Pileg 2019 sebanyak 25 kursi atau 29 persen.
Pengamat politik, Andi Ali Armunanto menilai peran besar perempuan di dunia perpolitikan tidak lepas dari regulasi keterwakilan 30 persen perempuan di partai politik untuk mengikuti Pemilu.
Itu sesuai Penegasan UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD. Sehingga dapat menopang persaingan perempuan di Pileg. "Di sisi lain, jumlah pemilih perempuan yang hampir sepadan dengan laki-laki. Otomatis kehadiran figur perempuan bisa saja dianggap menjadi wadah keterwakilan atas aspirasinya," kata Andi Ali, Jumat (31/3/2023).
Selain itu, lanjut Andi Ali, dari segi elektoral figur perempuan cukup mampu bersaing. Indikatornya, kaum hawa lebih mudah diterima di masyarakat.
Berdasarkan catatan Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), pemilih perempuan di Sulsel sekitar 3,1 juta. "Hanya saja kerap mengalami diskriminasi dalam proses pemilu," tururnya.
Sedangkan, Direktur Perludem Khoirunnisa Nur Agustyati mengatakan, kehadiran perempuan di ajang kontestasi politik sangat penting. "Untuk bisa memastikan kepentingan perempuan terakomodir dalam kebijakan yang diambil," tukasnya.
Sementara Pengamat Politik UIN Alauddin Makassar, Syahrir Karim menilai bahwa figur perempuan memang dalam beberapa pilkada belakangan memiliki kecenderungan dan tempat tersendiri di mata pemilih.
"Hal ini dikarenakan pemilih perempuan cenderung meningkat, ditambah lagi pemilih rasional yang memilih karena kualitas figur juga semakin bertambah," ujarnya.
Selain itu, perjuangan aktivis perempuan dalam menyuarakan pentingnya para perempuan dalam posisi pemangku kebijakan juga turut andil. "Walaupun begitu, hal ini masih cair dan dinamis," tuturnya.
Terpisah, Legislator DPRD Sulsel dari fraksi Demokrat, Andi Azizah Irma Wahyudiyati memastikan kembali ikut bertarung di Pileg 2024 mendatang.
Dia mengaku telah masuk dalam komposisi Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) Partai Demokrat dari Dapil IX DPRD Sulsel, meliputi Sidrap, Enrekang dan Pinrang. "Iya, masuk 2024 rencana," kata legislator cantik yang meraih 34.780 suara perebutan kursi DPRD Sulsel pada Pileg 2019 lalu.
Adapun mantan caleg DPRD Sulsel, Misriani Ilyas juga memastikan bertarung kembali di Pileg 2024. Hanya saja politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu belum menentukan dapil.
"Mudah-mudahan Allah masih memberikan kesempatan untuk mengabdi ke masyarakat melalui jalur politik. Insya Allah nanti kalau sudah jelas baru saya tentukan dapil-nya," kata mantan Politikus Partai Gerindra itu.
Diketahui, Misriani Ilyas merupakan caleg terpilih DPRD Sulsel dari partai Gerindra pada Pileg periode 2019-2024. Dia meraih 10.057 suara dari Dapil II Kota Makassar yang meliputi Kecamatan Panakkukang, Manggala, Tamalanrea dan Biringkanaya.
Sayangnya, satu hari jelang pelantikan, yakni 23 September 2019, Misriani dipecat oleh partai Gerindra berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Kemudian dia langsung digantikan oleh Adam Muhammad. (yadi/B)