Kader Parpol Mudah Pindah

  • Bagikan
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Ali Armunanto (dok)

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Jelang Pemilihan Legislatif (Pileg) beberapa kader Partai Politik (Parpol) sangat mudah untuk pindah.

Beberapa kader Parpol yang memilih pindah jelang Pemilu mulai dari Danny Pomanto sebelumnya menjadi kader NasDem kini dikabarkan akan bergabung dengan PDI Perjuangan, bahkan Danny akan membawa gerbong gerbong di partai berlambang banteng moncong putih tersebut yang ditandai anak menantunya lebih awal Dokter Udin sebagai Bacaleg DPRD Kota Makassar melalui PDI Perjuangan.

Selain Danny ada juga Andi Azizah Irma Wahyudiyati Irwan yang kini masih aktif sebagai anggota DPRD Sulsel Sulsel. Politikus muda asal Kabupaten Pinrang itu memutuskan meninggalkan Partai Demokrat.

Selanjutnya ada dua anggota DPRD Pinrang, yaitu Muhammad Syukur, sebelumnya menjadi DPRD dari PPP dan dan Andi Aan Anugerah dari PDI Perjuangan. Informasi diperoleh, di Maros ada Muhammad Taufik Malik yang berpaling dari Golkar, lalu ada anggota DPRD Bone asal PBB, Saipullah.

Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Ali Armunanto mengatakan, banyak kader pindah-pindah jelang pemilu ini karena proses rekrutmen yang tidak berbasis kaderisasi.

"Sehingga tidak terjadi ideologisasi terhadap anggota," katanya.

Relasi antara anggota partai dengan partai sangat pragmatis sehingga ketika partai tidak lagi menguntungkan atau ada partai lain yang memberi tawaran lebih menguntungkan dalam bentuk posisi.

"Jabatan hingga patronase anggota partai pasti akan pindah karena tidak ada ikatan ideologis antara partai dengan anggotanya," jelasnya.

Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI) Nursandy Syam melihat fenomena kader pindah-pindah partai merupakan peristiwa yang jamak terjadi di era demokrasi saat ini.

"Mudah masuk menjadi kader, mudah pula keluar dari partai. Ini konsekuensi buruk dari mandeknya proses kaderisasi yang berjalan di partai," katanya.

Kader partai tidak menjadikan ideologi dan prinsip dalam berpolitik. Tetapi lebih mengedepankan kepentingan personalnya.

"Namun saya melihatnya ada banyak hal yang mempengaruhi keputusan pindah partai seseorang. Pertama, politik patronase. Kader cenderung melihat figur ketua partainya. Jika kader punya tidak punya relasi yang kuat dengan ketua partainya maka migrasi akan terjadi," ujarnya.

"Kedua, semangat dalam berpartai. Kader yang kurang mendapatkan apresiasi dan kepercayaan yang lebih besar oleh partainya akan goyah semangat berpartainya," lanjutnya.

Selanjutnya kata dia Kepentingan partai dengan kepentingan personal tidak sejalan. "Hal ini yang banyak menjadi pemicu, mengapa seseorang berpindah partai," tutupnya. (Fahrullah/B)

  • Bagikan