Belajar dari Ketokohan H.M. Amin Syam

  • Bagikan
Dr. H. Kaswad Sartono, M.Ag

Oleh Dr. H. Kaswad Sartono, M.Ag

Mayjend TNI (Purn) H.M. Amin Syam, bagi banyak orang, terutama saya merupakan sosok tokoh di Sulawesi Selatan yang memiliki nilai bobot ketokohan tersendiri, khsususnya selama memegang tongkat keumatan sebagai Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sulawesi Selatan.

Puang Amin, beliau biasa dipanggil di kalangan pengurus DMI merupakan salah satu tokoh militer dan politik yang mampu menembus ruang sakral kepemimpinan keagamaan sebagai Ketua DMI Sulawesi Selatan sampai akhir hayat.

Sebagai bagian dari Pengurus DMI Sulawesi Selatan sejak periode 2016-2012, dan Periode 2021-2026, saya merasakan aliran tipologi kepemimpinan, ketokohan dan kekokohan Puang Amin dalam menahkodai organisasi masjid itu. Keberhasilan HM Amin Syam sejatinya merupakan mata rantai yang tidak bisa dilepas dari proses dan kenyangnya makan garam dari perjalanan karier beliau baik sebagai anggota/komandan Militer, Bupati Enrekang, Ketua Golkar dan Gubernur Sulsel. Dengan karakter kuat, niat mulia dan kerja profesional, suami Dr. Ir. Hj. Apriaty Kamaluddin, MS ini berhasil menghimpun dan mengimplementasikan teori-teori kepemimpinan secara cerdas dan sukses antara lain (1) teori kepemimpinan militeristik yang mengedepankan nilai-nilai disiplin, loyalitas, formalistik dan regulatif; (2) teori kepemimpinan paternalistik yang mengedepankan nilai-nilai kebapakan, penuh kasih sayang, dan membimbing; (3) teori kepemimpinan demokratis yang mengedepankan keterbukaan, transparansi, musyawarah, dan tidak anti kritik; (4) teori kemepimpinan kharismatik yakni kepemimpinan yang memiliki daya tarik dan energi yang begitu kuat bagi bawahannya.

Ketika Musyawarah Wilayah (Musywil) IV DMI Sulawesi Selatan Sabtu 14 Agustus 2021 di Hotel Claro Makassar, seperti biasa ketika momentum pergantian kepengurusan misalnya Musywil DMI, sebuah dinamika “politik” juga bergerak tentang siapa dan siapa yang diperkirakan bisa berkibar sebagai “ketua baru” di DMI. Maklum Puang Amin sudah dua periode menjabat sebagai Ketua Umum. Namun apa yang terjadi para peserta betul-betul kesulitan mencari figur atau tokoh yang memenuhi syarat selain Bapak Mayjen TNI (Purn) H.M. Amin Syam, akhirnya Musywil aklamasi memberikan kepercayaan kembali Ketua Umum DMI Sulsel (periode 2021-2026) untuk periode ketiga secara berturut-turut kepada Gubernur Sulsel 2003-2008 itu, padahal usia beliau waktu itu memasuki 76 tahun.

Waktu itu, saya sempat berkelakar: “Sepanjang Puang Amin Syam masih bersedia, maka tidak ada tokoh lain yang bisa mengganti sebagai Ketua DMI Sulsel”. Kenapa? karena ketokohan dan kepemimpinan beliau masih sangat dibutuhkan oleh DMI. Terbukti selama kepemimpinan beliau, DMI mempunyai “daya tarik” tersendiri bagi para tokoh.


Keberhasilan Puang H.M. Amin Syam memimpin DMI Sulsel di samping karena faktor profesionalitas dan dedikasi, juga ada unsur “kecintaan” (mahabbah) terhadap masjid sebagai pusat ibadah dan aktivitas umat Islam. Bahkan beliau selalu menyampaikan bahwa di antara jabatan yang paling menjadi kebanggaan adalah ketika mendapat amanah sebagai Ketua Umum DMI Sulawesi Selatan. Kenapa? Menurut beliau karena mengurus masjid adalah mengurus ibadah, baik ibadah mahdlah maupun ibadah ghoiru mahdlah, baik ibadah ritual maupun ibadah soisal; dan jauh dari urusan politik praktis. Di sisi lain, sebagai pengurus DMI juga menjadi kebanggaan tersendiri karena memiliki anggota (Jamaah) yang sangat besar, bahkan bisa dikatakan paling besar dari segi kuantitas anggota di banding organisasi manapun karena setiap umat Islam pasti menjadi anggota atau jemaah masjid.

Jum’at malam, 1 September 2023, hamba Allah H. Muhammad Amin Syam Ketua Umum DMI Sulawesi Selatan ketemu ajalnya “berpulang ke rahmatullah” dalam rangka menghadap dan mempertanggungjawabkan seluruh aktivitas kehambaan baik dalam profesi ketentaraannya, profesi birokrasinya, profesi politiknya, profesi sosial kemasyarakatannya, serta profesi keislamannya, maka sejatinya almarhum sudah memiliki “investasi akhirat” yang luar biasa.

Kesanggupan beliau sebagai Ketua DMI Sulawesi Selatan untuk periode ketiga, kemudian sukses menjalankan amanah itu hingga beliau wafat, maka secara filosofi sejatinya memberikan pembelajaran bagi saya, bahwa beliau wafat dalam keadaan hatinya terpaut kepada masjid “wa rojulun qalbuhu mu’allaqun fi al-masajid”. Artinya apa? Beliau wafat dalam keadaan hatinya selalu memikirkan kemakmuran masjid. Beliau wafat dalam keadaan semua orang merasa kehilangan sebagai buah dari amal kebajikan dan dedikasinya.

Semoga Naungan Allah selalu menyertai almarhum dan husnul khotimah. Selamat Jalan Ayahanda Puang Amin Syam…….

Dr. Kaswad Sartono, M.Ag

  • Wakil Ketua DMI Sulsel
  • Kepala Biro AAKK UIN Alauddin
  • Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Makassar (*)
  • Bagikan