Dari Artis FTV Hingga Jadi Juragan Ikan Nila

  • Bagikan
Alwi Mahmud Bin Yahya atau yang kerap disapa Daeng Awi menjadi tamu podcast Harian Rakyat Sulsel, Selasa (19/9/2023).

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - "Merantaulah maka kau akan temui hal besar yang tidak pernah kau temui di sekitarmu." Kalimat ini yang mengantarkan Alwi Mahmud Bin Yahya atau yang kerap disapa Daeng Awi menjemput kesuksesan menjadi aktor film hingga menjadi seorang pengusaha.

Bukan perkara mudah bagi Daeng Awi memulai bisnis. Perlu guru kehidupan berpuluh tahun untuk mencapai titik ini. Ia menyebutnya pengalaman.
Dimulai pada 2007, Daeng Awi memutuskan menjajal kerasnya Ibu kota. Dia ke Jakarta hanya berbekal nekat bersama beberapa orang teman.

Tidak seperti teman-teman seperjuangannya yang memutuskan melamar kerja di Jakarta, Daeng Awi memilih menjelajahi berbagai daerah bahkan perkampungan. Mempelajari kebutuhan masyarakat kemudian memilih jalan berdagang.

Modal dagangannya ia peroleh dari menjual motor kesayangannya di Kota Daeng seharga Rp 6 juta. Dia berikan kepada ibunya Rp 1 juta.

"Waktu itu saya berkeliling di Kampung Melayu, kemudian saya melihat ada majelis besar dengan ribuan orang di situ. Saya kepikiran berjualan baju muslim. Waktu itu saya beli Rp15 ribu kemudian saya jual Rp100 untuk 3 baju. Di situ saya mulai mendapatkan untung," kata Daeng Awi saat menjadi tamu podcast Rakyat Sulsel, Selasa (19/9/2023).

Bukan Daeng Awi namanya jika berpuas diri. Keuntungan yang didapat saat berjualan baju selama lima tahun ia gunakan untuk memulai usaha baru. Dia lantas membeli truk untuk disewakan di Tanjung Priok.

Entah memang mujur, Daeng Awi kemudian ketiban berkah. Kemampuan sosialnya mampu membawa ia menjadi selebriti. Dimulai dengan perkenalannya dengan beberapa pemeran film di sebuah warung kopi, Daeng Awi lantas diajak menjadi pemeran pembantu.

Tentu dengan modal nekat, namun ia lantas membekali diri dengan sekolah acting hingga mampu membintangi beberapa serial FTV pada 2018.

"Saat itu saya juga saya pikir lumayanlah ada mainan baru," ujar dia.

Masa pandemi yang mengubah segalanya. Karier Daeng Awi terpaksa harus berhenti. Dia terpaksa harus mengakui dirinya tumbang diterjang virus Covid-19 yang saat itu tidak hanya merenggut harta bahkan nyawa sekalipun. Daeng Awi memutuskan memboyongnya keluarga kecil kembali ke Sulsel.

Di tengah kondisi darurat kesehatan, dan perekonomian yang terjun bebas, Daeng Awi masih memiliki rasa malu kepada istri, pantang laki-laki tak memberi nafkah. Maka berbekal pengalaman di sebuah kampung di Jakarta dan kemampuannya belajar otodidak, Daeng Awi memutuskan membuat empat kolam ikan di halaman rumah.

Benar saja, tidak ada usaha yang sukses tanpa cibiran. Namun yang namanya pejuang pantang pulang sebelum menang. Dia kemudian menyelesaikan pembuatan kolam ikan dan memulai ternak ikan nila.

"Awalnya banyak yang bilang, mau ko apa itu? Apa mau mu bikin? Tapi Alhamdulillah saya bisa memulai ternak ikan nila dan saat ini sudah ada hasilnya," ujar Daeng Awi.

Kesuksesan Daeng Awi menantang kerasnya kehidupan dari Ibu Kota hingga kembali ke tanah kelahiran membuktikan tidak ada kata sia-sia dalam perjuangan. Dirinya juga berpesan kepada anak muda untuk tidak menyerah dan terus berjuang.

"Jadi ada kata dari seorang seniman dari Irak kepada seorang raja ketika diminta memberikan sebuah kata singkat yang bisa menjadi pegangan yaitu 'Semua Pasti berlalu'. Apapun keadaanya mau susah mau senang semua akan berlalu," ucapnya.

Daeng Alwi mengajak anak muda untuk merantau sebab guru paling hebat adalah pengalaman.

"Merantau itu penting sekali, banyak hal-hal yang kita bisa temukan kalau kita merantau. Mungkin kita tidak bisa lihat di tempat kita, tapi bisa dilihat di luar sana," imbuh dia. (*)

  • Bagikan