Ditemani Pj Bupati Bone, Pj Gubernur Sulsel Tinjau Kebun dan Tanam Pisang di Mare

  • Bagikan
Pj Gubernur Sulawesi Selatan Dr Bahtiar Baharuddin bersama Pj Bupati Bone Andi Islamuddin meninjau kebun pisang dan kembali melakukan penanaman pisang di Dusun Cenrana Desa Tellongeng Kecamatan Mare Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan, Sabtu (28/10/2023).

BONE, RAKYATSULSEL - Pj Gubernur Sulawesi Selatan Dr Bahtiar Baharuddin bersama Pj Bupati Bone Andi Islamuddin meninjau kebun pisang dan kembali melakukan penanaman pisang di Dusun Cenrana Desa Tellongeng Kecamatan Mare Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan, Sabtu (28/10/2023).

Kedatangan orang nomor satu di Provinsi Sulawesi Selatan dan di Kabupaten Bone di Kecamatan Mare tersebut merupakan yang kedua kalinya untuk menanam pisang, setelah sebelumnya melakukan hal yang sama di Desa Batugading Kecamatan Mare Kabupaten Bone pada hari Sabtu (7/10/2023) lalu.

Kali ini, Pj Gubernur Sulawesi Selatan Dr Bahtiar Baharuddin dan Pj Bupati Bone Andi Islamuddin menanan biibit pisang di Dusun Cenrana Desa Tellongeng Kecamatan Mare, didampingi Camat Mare Andi Hidayat Pananrangi dan unsur Forkopincam Mare (Danramil Mare dan Kapolsek Mare) setelah meninjau kebun pisang yang ditanam di Desa Batugading Kecamatan Mare.

Bahtiar Baharuddin menjelaskan, program ini bagian dari upaya meningkatkan daya beli masyarakat dan mengendalikan inflasi. Di satu sisi, kebijakan ini diklaim bisa memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan.

"Pengembangan budidaya pisang seluas 500 ribu hektar. Jika per hektare minimal 2.000 ribu pohon, maka akan ada satu miliar pohon pisang di Sulsel," ujar Bahtiar.

Ia juga menegaskan bahwa program menanam pisang ia laksanakan sebelum dirinya menjadi Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan.

"Saya sudah menanam pisang jauh-jauh hari sebelum saya jadi Pj Gubernur Sulawesi Selatan. Jadi biar saya tidak menjadi Pj. Gubernur Sulsel, program menanam pisang tetap saya lakukan," tegasnya.

Menurutnya pula, jika program budidaya pisang ini berhasil, Sulsel akan menyaingi Davao, Thailand yang memiliki 450 hektare tanaman pisang. Apalagi Sulsel memiliki potensi lahan yang tidak produktif untuk ditanami pohon pisang.

"Sulsel bahkan punya potensi dua juta hektare lahan tidak produktif yang bisa ditanami. Satu tahun ke depan, hingga 2024 mendatang, minimal kita budidaya pisang di 100 ribu hektare lahan," pungkasnya.

Pj Bupati Bone Andi Islamuddin juga menjelaskan bahwa Kabupaten Bone memiliki lahan tidur yang sangat luas yang berpotensi ditanami pisang.

"Lahan tidur masih luas di Kabupaten Bone, ada ribuan hektar. Itu yang akan kita tanami pisang demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujar Andi Islamuddin.

Sementara itu, Camat Mare, Andi Hidayat Pananrangi menuturkan bahwa saat ini telah siap sekitar 40.000 bibit pohon pisang dan sebagian sudah ditanam di lahan yang luasnya sekira 200 hektare.

"Kita siapkan lahan sekira 200 hektare dan bibit pohon pisang sekitar 40.000. Sebagian sudah ada yang ditanam dan sebagiannya lagi akan ditanam oleh Pj Gubernur Sulawesi Selatan bersama Pj Bupati Bone dan Forkopimda Bone," ujar Andi Hidayat.

"Dari 200 hektare tersebut terletak di dua lokasi, yakni di Desa Batugading dan Desa Tellongeng. Sebagian lahan adalah milik PTPN XIV PG Arasoe dan sebagiannya adalah milik saya pribadi," jelas Andi Hidayat.

Andi Hidayat menjelaskan pula bahwa jenis bibit pisang yang sementara dikembang biakkannya adalah Pisang Cavendish. Pasalnya, pisang Cavendish merupakan komoditas buah tropis yang sangat popular di dunia, di Indonesia, pisang ini lebih dikenal dengan sebutan Pisang Ambon Putih. Pisang Cavendish banyak dikembang biakan menggunakan metode kultur jaringan.

"Kultur jaringan adalah suatu metode untuk memisahkan/mengisolasi bagian dari tanaman seperti sel, jaringan atau organ (daun, akar, batang, tunas dan sebagainya) serta membudidayakannya dalam lingkungan yang terkendali [secara in vitro] dan aseptik sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri/beregenerasi," jelas Andi Hidayat Pananrangi.

"Sebagai salah satu inovasi, bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, seperti memiliki sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat," pungkasnya.

Hadir Forkopincam Mare, para Kades/Lurah se Kecamatan Mare, Pengurus KORPRI Unit Mare dan PGRI Kecamatan Mare serta sejumlah Kepala UPT SD dan SMP di Kecamatan Mare. (Enal)

  • Bagikan