Karakter pertama adalah Doubtfulness. Karakter ini dapat disebut sebagai swing voters atau pemilih yang belum menentukan pilihannya. Mereka masih menunggu informasi yang dapat meyakinkan dalam menentukan pilihannya. Artinya, adalah peluang. Anak muda di Sulsel perlu didekatai oleh para capres dan cawapres. Tentu dengan gaya tertentu ala budaya Sulsel.
Karakter kedua adalah Open minded. Generasi milenial tidak sedikit yang aktif mengikuti perkembangan politik di Indonesia. Demikian juga para milenial di Sulsel. Mereka yang aktif mencari dan mengolah informasi politik dikategorikan dalam karakter open minded. Artinya, para milenial ini sudah memiliki pilihan politik yang jelas. Untuk mendapatkan suaranya, perlu dilakukan pendekatan politik juga.
Karakter yang ketiga adalah Modest. Kategori ini penting juga untuk didekati secara berkelompok. Mereka yang termasuk karakter modest adalah milenial yang menggantungkan pilihannya pada orang-orang terdekatnya. Pilihannya dipengaruhi oleh pilihan keluarganya dan lingkungan pertemanannya. Jadi untuk mendapatkan suaranya, harus dengan pendekatan secara komunal ke lingkaran pertemanannya atau sekalian mendekati pilihan keluarganya.
Karakter yang keempat adalah Apatethic. Karakter ini dapat disebut karakter yang cuek terhadap perkembangan politik. Mereka tidak memiliki pilihan politik. Karakternya yang cuek menjadikannya tidak peduli dengan pilihan politiknya. Untuk mendapatkan suaranya, perlu cara-cara khusus dan praktis untuk mendekatinya.
Bagaimana dengan milenial di Sulawesi Selatan. Apakah mereka juga terbagi ke dalam empat karakter di atas. Jika milenial Sulsel memiliki empat karakter di atas, dengan acara apa paslon presiden untuk mendapatkan suaranya.