Muh Arafah Kube Tawarkan Kualitas Pendidikan dan Sekolah Layak Bagi Anak

  • Bagikan
Calon Legislatif DPRD Makassar, Muh Arafah Kube ST saat hadir di Podcast bersama Harian Rakyat Sulsel, Senin (27/11/2023).

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Hadir membawa misi membenahi sistem pendidikan khususnya di Sulawesi Selatan, Muh Arafah Kube ST maju bersaing di DPRD Makassar melalui Dapil IV Panakkukang Manggala dengan mengendarai Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Menurut pemilik sekolah Islam Al-Biruni ini, saat ini pendidikan di Makassar mengalami banyak kendala terutama dari segi kualitas.

"Bisa dilihat kualitas pendidikan dulu dan sekarang yang tidak signifikan dengan perkembangan jaman, Banyak mengurusi administratif yang tidak penting tanpa memperhatikan hard skill dan soft skill peserta didik," ucapnya mengawali Podcast bersama Harian Rakyat Sulsel, Senin (27/11/2023).

Arafah mengungkapkan, saat ini indeks pendidikan di Indonesia jauh tertinggal. Indonesia beradaptasi di posisi 130 dari 199 negara.

"Jadi kira-kira apa yang terjadi dengan anak anak kita 10 tahun akan datang jika tidak ditingkatkan hard skill dan soft skill-nya. Jika anak tidak mempersiapkan diri maka anak-anak kita akan diambil alih negara lain," jelasnya.

"Yang dulunya kita mengirim guru dan dosen untuk mengajar, sekarang kitalah yang mengirim dosen untuk belajar. Bahkan tingkat kualitas perguruan tinggi di Malaysia misalnya lebih tinggi daripada di Indonesia, sehingga anak-anak kita tidak mampu bersaing. Saya yakin jika tidak melakukan pembenahan dengan cepat baik hard maupun soft skill-nya termasuk pada tenaga pengajar maka kita akan sangat ketinggalan," sambungnya.

Lebih jauh menurut Arafah, nagara ini hanya sibuk mengurusi hal yang tidak penting. "Saya melihat negara tetangga lebih maju dari negara kita, kita hanya sibuk mengurusi hal-hal yang tidak penting," ucapnya.

Dari segi kualitas tenaga pendidik, dirinya melihat sangat kurang tenaga pendidik yang sesuai dengan yang diharapkan. "Untuk kualitas tenaga pendidik, saya selama 22 tahun lebih di dunia pendidikan sangat kesulitan mencari guru berkualitas dan sesuai standar yang ingin diajarkan, sebab perguruan tinggi belum menyiapkan yang sesuai standar. Kampus hanya menghadirkan sarjana yang masih membutuhkan training. Bahkan temuan saya di sekolah islam, calon guru quran hanya lulus di jilid 3 dan 4 sedang standar jilid kita ada 9. Nah itu saya melihat betapa lemahnya pendidikan quran. Cuma memang di pelajaran lain tidak ditemukan standar tersebut," ungkapnya.

"Terus terjadi semacam pembiaran, mungkin banyak yang menganggap itu bukan sesuatu yang penting untuk dilakukan, sehingga saya ingin melakukan perubahan dari segi pendidikan terutama di jenjang SD SMP dan SMA yang umum milik pemerintah. Saya bahkan mendapati banyak siswa SMA tidak memiliki rencana masa depan, wajar saja mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Apa yang terjadi di negeri kita sepertinya kita sibuk sendiri melakukan hal tidak penting seperti administrasi di sekolah. Ini bukan hal yang begitu penting tetapi bagaimana mereka siap menjemput masa depan karena di era mereka 10-20 tahun lagi apa yang terjadi saat ketemu dengan sumber daya luar yang didik secara khusus maka akan sangat ketinggalan," tambahnya.

Menurut Arafah hal ini juga berlaku untuk pekerjaan lain dimana ada ada gap yang jauh dan terjadi sekarang. "Misal sarjana bahasa Inggris, minimal B2 dan kebanyakan tidak sampai situ dan masih perlu training lagi. Nah jika training tidak dilakukan maka akan kewalahan bertemu anak di negara lain. Semakin tahun, semakin kesana semakin tinggi persaingan, " jelasnya.

  • Bagikan