HACCP Masih Jadi Tantangan Untuk Ekspor Produk Pangan

  • Bagikan
ILUSTRASI

MAKASSAR, RAKYATSULSEL- Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) merupakan salah satu tantangan bagi para pelaku UMKM untuk menembus pasar internasional, terutama untuk produk berjenis pangan.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Selatan, Dewa Nyoman Mahendra saat dikonfirmasi, Minggu (7/1/2024).

Kata dia, HACCP adalah sebuah metode sistematis berbasis sains yang mengidentifikasi risiko bahaya tertentu dan tindakan pengendaliannya untuk memastikan keamanan dari produk pangan yang diproduksi. Berfokus pada pencegahan, HACCP dapat membantu perubahan termasuk merancang peralatan dan prosedur pengolahan.

“Untuk melakukan ekspor itu, ada beberapa persyaratan yang diminta oleh negara tujuan atau buyer (Pembeli) seperti sertifikat Halal dan HACCP, hal itu untuk memastikan Safety food,” ujarnya.

Ia menjelaskan, HACCP, itu untuk terkait dengan keamanan pangan, kritikal poin untuk produk makanan supaya memenuhi standar pangan, dan hal itu menjadi salah satu tantangan untuk ekspor produk jadi dari Sulsel.

Bahkan kata dia, dalam urusan mobilisasi ekspor saat ini merupakan kegiatan yang begitu mudah, hanya saja HACCP masih menjadi tantangan. “Kalau proses ekspor itu tidak masalah, yang kadang bermasalah itu ialah HACCP nya untuk produk jadi,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, saat ini pihaknya masih melakukan pembinaan untuk para pelaku UMKM terutama untuk kegiatan ekspor.

“Kita fasilitasi pelaku ekspor, karena kita kan bina pelaku usaha kalau pasar domestiknya sudah bagus, kita kembangkan ke pasar internasional,” imbuhnya.

“Pengurusannya ada pada badan sertifikasi untuk HACCP, biasanya ada program pendampingan sampai sertifikasi dari kementrian itu, ada dari kementrian koperasi, ada kementrian perindustrian ada kementerian perdagangan, biasanya ada program insentif untuk memberikan HACCP,” pungkasnya.

Berdasarkan Informasi yang dihimpun Rakyat Sulsel, HACCP memiliki 12 Poin.

Pertama Menyusun Tim HACCP, industri pangan harus menjamin bahwa kemampuan (pengetahuan dan keahlian) spesifik produk tersedia untuk pengembangan dan penerapan HACCP. Mendeskripsikan Produk, produk artinya membuat gambaran yang lengkap tentang produk yang dihasilkan. Mengidentifikasi Cara Penggunaan, satu produk yang sama memiliki kemungkinan untuk digunakan dengan cara dan maksud yang berbeda oleh konsumen.

Lalu, Menyusun Diagram Alir, diagram alir merupakan suatu diagram (gambar) yang menunjukkan urutan proses secara lengkap. Dengan adanya diagram alir akan memudahkan bagi industri untuk melakukan identifikasi lebih lanjut. Verifikasi Diagram Alir di Tempat Diagram alir yang telah disusun harus diverifikasi dengan kenyataan dilapangan. Analisi Bahaya dan identifikasi Tindakan Pencegahan Langkah ini merupakan inti dari HACCP.

Kemudian, Penetapan Titik Kendali Kritis Dalam suatu industri manufaktur (pengolahan) pangan, bahan baku dan bahan lainnya akan mengalami banyak perlakuan sampai menjadi produk dan dikirim ke konsumen. Penetapan Batas Kritis Setelah berhasil menetapkan titik-titik yang perlu menjadi perhatian dalam pengendalian keamanan, kita dihadapkan pada pertanyaan “sampai pada batas berapa risiko bahaya. Pemantauan Batas Kritis Batas kritis yang telah ditetapkan tidak memiliki arti jika tidak dilakukan pemantauan selama kegiatan atau proses produksi tersebut berjalan.

Selanjutnya, Tindakan Koreksi Tindakan koreksi adalah kegiatan yang telah direncanakan dan dilakukan ketika pemantauan ditemukan adanya penyimpangan.

Prosedur Verifikasi Verifikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menilai apakah segala sesuatunya telah berada pada jalur yang benar. Frekuensi verifikasi harus cukup untuk menginformasikan bahwa sistem HACCP telah bekerja secara efektif dan Penyimpanan Catatan dan Dokumentasi Catatan dan pembukuan yang baik, penting dalam penerapan Sistem HACCP. Semua rencana, aplikasi kegiatan harus dicatat dan didokumentasikan. (Abu/B)

  • Bagikan