Dilanda El Nino: Thailand Berkah, Indonesia Terpuruk

  • Bagikan
Thailand Berkah

JAKARTA, RAKYATSULSEL - Indonesia dan Thaliland adalah dua negara yang ikut kena dampak El Nin sejak Juli 2023.Keduanya sama-sama mengalami kekeringan ekstrem sehingga mengalami gagal panen.

Namun kondisi berbeda terjadi di Thailand dan Indonesia.

Di Indonesia, pemerintah bersusah payah menutupi kebutuhan pangan, terutama beras. Bahkan sampai membuka kran impor beras.

Kontras dengan Thailand yang masih gagah perkasa menghadapi kekeringan ekstrem tersebut.

Meski terkena El Nino, Negeri Gajah Putih itu tetap bisa mengekspor beras ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

Pegiat media sosial, Lukman Simandjuntak menyoroti hal itu. Menurutnya, ada perbedaan besar antara Thailand dan Indonesia.

"Sama-sama kena El Nino, rakyat Indonesia babak belur karena beras naik, sementara Thailand malah bisa ekspor beras," tulisnya di akun media sosial X @hipohan, Selasa (27/2/2024).

Lukman juga membandingkan pernyataan Presiden Jokowi dengan Tom Lembong soal penyebab kenaikan harga beras.

"Kalian lebih percaya siapa? Penyebab harga beras naik dan langka di pasar karena El Nino, sementara menurut Tom Lembong penyebabnya karena El Pino," ungkapnya.

Harga Terus Melambung

Harga beras hingga saat ini masih melambung. Di tengah tingginya harga itu, stok beras pun masih belum merata.

Satuan Tugas (Satgas) Pangan menyebut, dari kegiatan monitoring beras yang dilakukan, ditemukan penyebab mengapa stok beras di ritel modern cenderung minim jika dibandingkan dengan di pasar tradisional.

Kepala Tim Satgas Pangan Bareskrim Mabes Polri Brigjen Pol Helfi Assegaf menjelaskan, hal itu disebabkan karena pengusaha beras cenderung memasok ke pasar tradisional.

’’Bahwa stok beras di gudang distribution center (DC) dan outlet retail modern minim, namun di pasar tradisional mencukupi. Produsen beras cenderung memasok beras premium ke pasar tradisional dibandingkan ke retail modern, karena harga lebih kompetitif,’’ ujarnya pada rakor pengendalian inflasi daerah bersama Kemendagri di Jakarta, kemarin (26/2).

Helfi memastikan, stok beras medium dan premium untuk Kanwil Bulog masih mencukupi. Namun, kemampuan dalam melakukan pengemasan terbatas yakni hanya sekitar 8.000 bungkus 5 kg per hari. Hal itu berdampak pada proses distribusi.

Harga gabah kering panen (GKP) di petani sudah mencapai harga antara Rp8.000-Rp8.500 per kg, sedangkan untuk biaya operasional (pengemasan, produksi, dan kirim) Rp7.000 - Rp9.500 per kg.

Kondisi itu mengakibatkan harga beras premium di tingkat konsumen mencapai Rp16.000-Rp18.000 per kg.

’’Bahkan, harga beras medium sudah mendekati harga beras premium, yakni Rp15.000-Rp16.000 per kg,’’ jelasnya.

Satgas Pangan mendorong pelaku usaha mengisi beras premium ke retail modern. Pemda dan PPNS K/L terkait perlu untuk melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha pangan terkait aturan HET, dan memberikan peringatan keras hingga penegakan hukum bagi yang tidak mematuhi.

Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Edy Priyono menuturkan hal senada. Ketersediaan beras di pasar ritel modern menjadi perhatian. Beras premium kosong di banyak minimarket.

Belum optimalnya penyaluran ke minimarket menyebabkan antrean panjang di Pasar Murah yang menjual beras sesuai HET.

Edy menambahkan, ditemukan fakta lapangan oleh Satgas Pangan, bahwa beras SPHP dijual di atas HET, terutama yang melalui pedagang eceran tanpa perjanjian dengan Bulog. (fjr/raksul)

  • Bagikan