Dia mengisahkan, salah satu ujian hidup yang harus ia jalani untuk meraih semua ini adalah melanjutkan pendidikan. Sebab di desanya dengan jumlah penduduk 1.700 jiwa, fasilitas pendidikan hanya sampai tingkat SMP.
Melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, Rahman dan anak-anak di desanya harus meninggalkan kampung halaman dan melanjutkan SMA di Kabupaten Barru, dengan menumpang di rumah kerabat.
"Tidak ada SMA di sini (Desa Tapong), harus pi keluar sekolah," ungkapnya.
Jika memasuki hari libur dan akhir pekan, Rahmat baru pulang ke desanya dengan menempuh waktu tempuh 3 sampai 4 jam, mengendarai sepeda motor. Hal itu ia lakukan untuk membantu orangtuanya bekerja dan mengumpulkan uang demi biaya sekolah.
Rahmat yang sadar akan kondisi kedua orangtuanya telah memasuki usai senja dan hanya bekerja serabutan. Diapun memilih menjadi kuli panggul gula merah, hingga membantu warga di sawah saat musim panen padi demi mendapatkan pundi-pundi rupiah.
"Kadang kerja pikul gula merah, bantu orang tapi alhamdulilah digaji. Biasa juga bantu-bantu warga yang panen di sawah. Karena waktu urus berkas untuk dapat uang itu, disitu upah saya kumpul untuk urus administrasi," tutur Rahmat.
Diungkapkan Rahmat, mengetahui pendaftar anggota Polri kembali di buka bermula saat beberapa personel Polda Sulsel datang di sekolahnya untuk memberikan sosialisasi dan informasi terkait perekrutan anggota Polri.