MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh) menggelar kuliah tamu bertajuk Penguatan Tata Kelola PTMA Menuju Daya Saing Global.
Kuliah tamu yang digelar di Ruang Rapat Gedung Iqra Lantai 17, Kampus Unismuh Makassar, Jumat (19/7) menghadirkan Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhammad Sayuti dan dihadiri oleh Rektor Unismuh, para wakil rektor, pimpinan pascasarjana, dekan, kepala badan, serta ketua lembaga dan biro di lingkungan Unismuh.
Dalam pengantarnya, Wakil Rektor I Unismuh Abd Rakhim Nanda menyebut, tema kuliah tamu diangkat karena Unismuh saat ini berada pada fase kedua Roadmap 2044, yakni persiapan menuju internasionalisasi.
"Sengaja kita angkat tema Tata Kelola, sebab di Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pak Sayuti ini yang selalu menekankan pentingnya tata kelola," ujar Rakhim Nanda.
Dalam ulasan materinya, Sayuti mengulas tiga pondasi menuju daya saing global, yakni penguatan tata kelola, literasi, dan manajemen perubahan.
Terkait tata kelola, Sayuti menyebut dimensi tata kelola dengan ungkapan "membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa". Tata kelola, katanya harus berangkat dari kebiasaan menegakkan regulasi dan aturan.
Sayuti menyebut, Muhammadiyah punya tradisi menegakkan tata kelola, karena memiliki kultur tradisi unggul. "DNA Muhammadiyah itu, tradisi unggul dan maju. Makanya banyak orang kagum, ketika Muhammadiyah bisa bikin kampus di Malaysia dan sekolah di Australia," ujarnya.
Ia menyebut, tidak mudah mendirikan kampus di luar negeri. Ada PTN besar di Indonesia yang punya pendapatan sekitar 3 triliun per tahun, bercita cita buka cabang di luar negeri tapi belum bisa terwujud.
"Sementara Muhammadiyah, meskipun tertatih, akhirnya bisa menaklukkan regulasi yang cukup ketat di Malaysia. Itu artinya, Muhammadiyah memiliki tradisi besar dan unggul," ungkap Sayuti, yang saat ini juga menjabat Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Pondasi kedua selain tata kelola, yakni mengembangkan tradisi literasi. "Literasi yang baik memungkinkan mahasiswa dan staf akademik untuk berpikir kritis dan inovatif. Kita harus membangun tradisi membaca dan belajar yang kuat untuk mendukung penelitian kelas dunia dan kolaborasi internasional," jelas Sayuti.
Ia menyindir, jangan sampai setiap dosen yang ketemu, lebih banyak mendiskusikan rumah baru dan mobil baru, daripada artikel jurnal atau buku terbaru.
Sayuti juga mengajak agar sivitas akademika Unismuh tidak hanya bermimpi untuk menjadi perguruan tinggi di level lokal, melainkan masuk dalam radar perguruan tinggi terkemuka dunia.
"Kalau pertukaran mahasiswa internasional, visiting profesor, sudah bisa kita lakukan. Yang masih kurang, adalah melahirkan peneliti yang berkualifikasi internasional, agar kita bisa terus mendorong kolaborasi riset dengan berbagai kampus global. Pondasinya tidak lain adalah tradisi," tandasnya.
Terakhir, Sayuti menyinggung manajemen perubahan, sebagai pondasi ketiga menuju daya saing global. Ia menekankan pentingnya adaptasi dan inovasi untuk merespons perubahan yang cepat di dunia pendidikan tinggi.
"Manajemen perubahan adalah kunci untuk tetap relevan dan kompetitif di kancah internasional. Perguruan tinggi harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kebijakan, teknologi, dan kebutuhan pasar," ujar Sayuti.
Ia menambahkan bahwa kemampuan untuk mengelola perubahan dengan baik akan menentukan keberhasilan Unismuh dalam mencapai visinya menjadi perguruan tinggi berdaya saing global.
Acara ini juga dirangkaikan dengan penandatangan Memorandum of Agreement (MoA) antara Dekan FKIP UAD Muhammad Sayuti PhD dan Dekan FKIP Unismuh Erwin Akib PhD. Kemudian diakhiri dengan penyerahan saling tukar cinderamata antara Unismuh dan UAD. (Hikmah/B)