Golkar Sengit, PAN Saling Sikut

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Dua partai di Sulawesi Selatan akan menghangatkan suhu politik di Sulawesi Selatan sepanjang tahun ini. Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional akan melakukan suksesi kepemimpinan tingkat lokal.

Di Golkar, sejumlah figur telah digadang-gadang jauh-jauh hari untuk maju sebagai calon ketua. Adapun, di PAN Sulsel, beberapa kader muda bersinar bersiap meruntuhkan takhta yang selama empat periode berada di genggaman Ashabul Kahfi.

Kader-kader Golkar yang disebut-sebut telah bersiap maju di musyawarah daerah adalah Munafri Arifuddin, Ilham Arief Sirajuddin, Adnan Purichta Ichsan, Andi Ina Kartika Sari, Supriansa, dan petahana Taufan Pawe.
Di PAN Sulsel tercatat dua nama yang sampai saat ini menguat menantang Ashabul Kahfi. Keduanya adalah Husnia Talenrang dan Chaidir Syam. Keduanya merupakan ketua PAN daerah dan terpilih menjadi bupati di Gowa dan Maros.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Golkar Sulsel, Lakama Wiyaka mengatakan, munculnya beberapa figur yang ingin maju menjadi ketua merupakan hal yang wajar. Menurut dia, semua kader punya hak masing-masing untuk mencalonkan diri.

"Semua kader memiliki peluang yang sama. Banyak yang punya kedekatan dengan pengurus DPD I. Oleh karena itu mereka punya kesempatan yang sama untuk maju," ujar Lakama, Minggu (2/1/2025).

Menurut dia, keterpilihan figur yang menjadi calon nantinya sangat bergantung pada pemilik suara di Musda nanti.

"Kalau prestasi di politik, banyak yang memiliki prestasi yang sama. Tentu diserahkan kepada pemilik suara, para ketua dari 24 kabupaten dan kota," imbuh dia.

Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Sulsel dijadwalkan Agustus 2025. Masa kepemimpinan Taufan Pawe pada periode 2020-2025 bakal berakhir. Kini, sejumlah nama mulai mencuat sebagai kandidat potensial untuk memimpin partai berlambang pohon beringin.

Nama lain di Golkar yang tengah moncer adalah Munafri Arifuddin alias Appi. Ketua Golkar Makassar itu dianggap sebagai calon terkuat untuk memimpin Golkar Sulsel. Prestasi dan pengalamannya dalam memimpin partai di tingkat kota, diakui sebagai modal besar untuk mengemban tugas lebih besar di tingkat provinsi.

Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM Golkar Makassar, Arief Wicaksono, menyatakan bahwa kesuksesan Appi dalam mengembalikan marwah Golkar Makassar tidak dapat dipungkiri.

"Pada Pemilu 2024, suara terbanyak di Kota Makassar datang dari caleg-caleg yang dipimpin oleh Pak Appi. Selain itu, Golkar Makassar berhasil meningkatkan jumlah kursi di DPRD," ujar dia.

Pada Pemilu 2024 lalu, Appi termasuk sukses menaikkan kursi Golkar di DPRD Makassar dengan kembali ke posisi yang lebih baik setelah sempat terpuruk di pemilu sebelumnya. Golkar Makassar meraih enam kursi di DPRD Kota Makassar, naik satu kursi dibandingkan Pemilu 2019.

Prestasi ini dinilai sebagai buah dari kepemimpinan Appi yang mampu mengembalikan kejayaan partai berlambang pohon beringin di Kota Makassar.

"Dari sederet realitas itu saja, saya pikir Appi sangat berpeluang menakhodai Golkar Sulsel," ujar Arief.

Sejauh ini, sudah tiga nama telah nyatakan sikap siap maju sebagai calon Ketua Golkar Sulsel yakni mantan Wali Kota Makassar dua periode, Ilham Arief Sirajuddin, Ketua Harian Golkar Sulsel Kadir Halid, dan mantan Bupati Pangkep Syamsuddin Hamid.

Wakil Ketua Partai Golkar Sulsel Bidang Organisasi, Armin Mustamin Toputiri mengatakan seluruh kader berhak untuk maju dalam bursa calon di Musda 2025. Armin berpendapat bahwa proses pencalonan akan dilakukan secara terbuka dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

"Sebagai kader, saya rasa siapapun berhak untuk maju. Nanti, hasil pendaftaran akan melalui proses verifikasi berkas sesuai dengan AD/ART Golkar," ujar Armin.

Menurut dia, setiap calon yang ingin mendaftar harus memenuhi beberapa syarat, seperti usia, status keanggotaan, dan persyaratan lainnya yang telah diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai. Yang terpenting, kata dia, adalah setiap kader harus memperhatikan aspek prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela atau PDLT.

Armin menegaskan bahwa keputusan siapa yang akan maju sebagai calon ketua Golkar Sulsel bukan berdasarkan preferensi tertentu, melainkan hasil dari proses demokrasi yang sehat dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh partai.

"Kami tidak menjurus kepada siapapun, semua orang berhak mendaftar. Dan tentu saja, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para calon," lanjut Armin.

Armin menuturkan bahwa perkembangan dalam Musda Golkar Sulsel 2025 nanti mungkin akan membawa perubahan terhadap beberapa syarat pencalonan. Di mana perubahan itu dapat disesuaikan dengan dinamika yang ada dalam forum tersebut.

"Partai akan memastikan bahwa calon ketua yang terpilih benar-benar memenuhi kriteria dan siap mengemban amanah dengan baik," imbuh eks legislator Sulsel itu.

Kahfi Kuat di PAN

Sementara itu, di kubu PAN Sulsel, dukungan kepada Ashabul Kahfi untuk memimpin kembali PAN Sulsel mulai bermunculan. Ketua Badan Pemilu PAN Sulsel, Irfan AB mengatakan Ashabul Kahfi belum punya lawan sepadan dalam perebutan jabatan Ketua PAN Sulsel.

Kendati demikian, menurut Irfan, peluang Kahfi untuk menakhodahi Ketua PAN Sulsel untuk kelima kalinya secara berturut-turut sangat terbuka lebar.

"Jika beliau (Kahfi) bersedia, tentu DPP PAN akan mempertimbangkan," Irfan AB.

Bagi Irfan, Kahfi masih begitu superior untuk calon kompetitornya. Terlebih lagi, Kahfi saat ini masih berstatus sebagai anggota DPR RI.

"Tentu masih menjadi pertimbangan kuat dari DPP dalam menentukan sikap pada figur yang pantas jadi ketua PAN Sulsel," sambung Irfan.

Namun, kata Irfan, apabila Kahfi menyatakan sudah tidak lagi bersedia sebagai ketua, banyak figur potensial yang dicap layak sebagai pengganti.

Irfan menyebut sejumlah nama, antara lain: Jamaluddin Jafar (Sekretaris PAN Sulsel), Husniah Talenrang (Bupati Gowa terpilih), Chaidir Syam (Bupati Maros), Edy Manaf (Wakil Bupati Bulukumba terpilih), Muslimin Bando (Anggota DPR RI), Yuliani Paris (Anggota DPR RI), Usman Lonta, dan Syamsuddin Karlos.

"Semua bergantung Pak Kahfi karena masih beliau yang diberi kepercayaan DPP sampai saat ini," imbuh dia.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Sukri Tamma mengatakan sebagai calon ketua tentunya harus memiliki beberapa catatan. Terlebih di Golkar Sulsel sendiri sebagaimana diketahui ada banyak faksi-faksi yang harus dirangkul oleh calon yang ingin maju sebagai ketua DPD I.

"Prinsip dasarnya menjadi Ketua Golkar Sulsel ada beberapa hal yang sebaiknya dimiliki oleh para kandidat. Pertama mendapatkan dukungan sebagai besar kader, karena kan selama ini kita tau di Golkar itukan secara internal memang harus kita akui ada kubu-kubu, ada patron-patron politik di sana yang cukup kuat dan saling mempengaruhi," ujar Sukri.

Sehingga, kata dia, siapa pun yang ingin menjadi ketua Golkar di Sulsel tentu harus diterima pihak-pihak tersebut. Golkar Sulsel sendiri ada sejumlah klan yang cukup kuat, mulai dari klan Ilham Arief Sirajuddin (IAS), Nurdin Halid, maupun klan Taufan Pawe yang saat ini masih menjabat sebagai ketua Golkar Sulsel.

Menurut dia, kalau klan-klan tersebut tidak bisa disatukan oleh calon ketua yang akan maju akan berdampak dalam kepemimpinannya. Mulai dari pengambilan kebijakan hingga kinerja lainnya tidak akan maksimal.

"Karena kalau tidak diterima itu bisa menjadi salah satu aspek yang akan menghambat, karena kinerja mungkin tidak maksimal atau mungkin nanti banyak kontrol terhadap kebijakan dan seterusnya," terang dia.

Selain itu, menurut Sukri, tantangan lain calon ketua nantinya adalah bagaimana bisa terus membesarkan partai berlambang pohon beringin tersebut di Sulsel. Apalagi, partai Golkar sejak dulu eksis di Sulsel sehingga menjadi tantangan untuk ketua barunya untuk terus membesarkan namanya.

"Partai Golkar ini merupakan partai besar sejak dulu dan sampai sekarang di Sulsel, maka tugas beratnya adalah dia harus menjadi sosok yang dapat membesarkan Golkar. Artinya dia harus punya image yang cukup kuat memimpin orang-orang ini, karena Golkar itukan isinya banyak politisi senior," bebernya.

"Sehingga yang muda bukan secara psikologis akan minder karena nama-nama ini kan adalah nama-nama yang sudah punya pengalaman, paling tidak menjadi kepala daerah, pernah di partai dan seterusnya. Tapi tentu harus memiliki image yang kuat untuk kemudian bisa menjembatani politisi senior-senior ini," sambung dia.

Bukan itu saja, menurut Sukri, tantangan lainnya adalah bagaimana seorang ketua yang baru ini mampu membangun jaringan keluar. Dikarenakan mengurus partai bukan hanya mengurus internal saja, tapi juga harus mampu membangun jaringan dengan partai-partai lainnya.

"Kalau kita melihat dua nama ini (Adnan dan Appi), meskipun kita anggap generasi muda tapi mereka punya pengalaman. Adnan pernah di partai politik kemudian dua periode kepala daerah, sementara Appi meskipun baru akan menjadi kepala daerah, tapi menjabat ketua Golkar di Makassar dan itu cukup sukses. Sehingga dua-duanya secara individu punya kemampuan dan kapasitas, tinggal itu tadi faktor-faktor di luar mereka. Apakah bisa diterima oleh kubu-kubu yang ada atau punya image yang kuat untuk bisa berkomunikasi dengan pihak di luar," terang dia.

Belum lagi, sambung Sukti, keduanya memiliki klan yang kuat. Appi sendiri memiliki relasi yang kuat dengan pengurus DPP Golkar, mengingat saat ini iparnya, Erwin Aksa saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Golkar. Begitu juga dengan Adnan, yang semakin dekat dengan salah satu klan yang ikut diperhitungkan di Partai Golkar yakni Ilham Arief Sirajuddin.

"Memang suka atau tidak kita harus melihat faktor-faktor sosiologi seperti itu karena tentu itu juga akan memberikan pengaruh meskipun bukan satu-satunya. Ini akan menjadi tanda petik adu kuat pengaruh itu terhadap pandangan dari DPP, karena pada ujungnya kan DPP yang akan memutuskan. Tapi tentu adu kuat memberi pengaruh, masukan, untuk menjadi terbalik di depan DPP itu menjadi penting. Nah inilah aspek-aspek sosiologis itu akan menjadi salah satu diantaranya yang bisa memberikan pengaruh," imbuh Sukri. (suryadi-isak pasa'buan/C)

  • Bagikan