MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Rusdi Masse Mappasessu dan Fatmawati hampir pasti tak punya hambatan bila benar-benar hengkang dari Partai NasDem. Partai Solidaritas Indonesia telah menghamparkan "karpet merah" bertabur bunga mawar putih--merujuk pada logo PSI, sebagai tanda siap menyambut kedatangan pasangan suami istri ini. Tapi, ikhlaskah Rusdi dan Fatma siap menanggalkan segala "kemewahan" di Partai NasDem demi bergabung ke partai guram?
Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni menyambut baik wacana hengkangnya Rusdi Masse dan Fatmawati dari Partai NasDem untuk bergabung ke PSI. Menurut dia, komunikasi dengan Rusdi dan Fatma sudah lama terjalin intens.
"Kami komunikasi baik dengan RMS dan Bu Wagub (Fatmawati). Dari dulu kami sudah kenal," ujar Raja Juli kepada wartawan saat berkunjung ke Pangkep, Rabu lalu.
"Tapi mengenai keputusan mereka bergabung ke PSI, terserah mereka berdua," sambung Menteri Kehutanan itu.
Raja Juli menyatakan PSI sangat terbuka kepada siapa pun anak bangsa yang merasa cocok untuk bergabung dengan nilai-nilai PSI. Mengenai Rusdi dan Fatma yang diisukan bergabung, dia menegaskan bahwa hal tersebut sepenuhnya menjadi kewenangan dan keputusan keduanya.
"Kami sebagai pengurus partai, PSI sangat terbuka pada anak bangsa, siapapun yang merasa dirinya cocok dengan PSI untuk bergabung," tutur Raja Juli.
Dia juga menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak politik dan kebebasan untuk bergabung atau keluar dari partai politik mana pun, termasuk PSI. Menurutnya, PSI siap menyambut dengan senang hati dan mengajak mereka bergabung jika berminat.
"Sekali lagi, masing-masing warga negara memiliki hak politik, memiliki kebebasan untuk bergabung (ke PSI), keluar, dari partai politik apapun. Kami, siapapun mau bergabung dengan senang hati," imbuh dia.
Dalam beberapa pekan terakhir, wacana kepindahan Rusdi Masse ke PSI kembali mengemuka. Isu ini sebenarnya bukan baru kali ini berembus. Awal tahun ini juga, kabar dari Ketua NasDem Sulsel itu juga mengemuka ke publik di Sulsel.
Rusdi belum pernah memberikan keterangan terbuka mengenai isu kepindahannya tersebut. Namun, Fatmawati sudah mulai bereaksi. Seusai mengikuti acara RPUS Bank Sulselbar di Hotel Claro pada Rabu lalu, Fatmawati merespons singkat mengenai kabar kepindahan tersebut.
"Sampai sekarang saya masih biru (kader NasDem)," ujar Fatma kepada wartawan.
Adapun pengurus Partai NasDem Sulsel terkesan berhati-hati merespons kabar kepindahan pimpinannya. Pekan lalu, Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan NasDem Sulsel Tobo Haeruddin, mengaku baru mengetahui informasi itu dari pemberitaan yang beredar. Tobo mengatakan, baik secara pribadi maupun secara resmi kepada seluruh pengurus NasDem Sulsel, Rusdi belum menyampaikan apa-apa mengenai isu yang beredar itu.
"Tapi secara langsung dari mulut pak RMS belum pernah saya dengar (akan pindah ke PSI). Kami juga belum ada semacam pertemuan untuk menyampaikan seperti itu, belum ada," ujar Tobo.
Saat ditanyakan terkait sikap NasDem Sulsel merespon isu rencana Rusdi akan pindah ke PSI, Tobo enggan mengomentari terlalu jauh. Alasannya, hal tersebut tidak dalam ranah kewenangan pengurus.
"Kami di partai tidak bisa berandai-andai, karena itu hak pribadi dan hak prerogatif RMS. Tentu sudah hitung dan analisa baik-baik, kalau memang isunya (pindah ke PSI) itu benar," imbuh Tobo.
Sementara itu, pengamat politik dari Post Politica Indonesia Anis Kurniawan mengatakan secara figur, Rusdi memang memiliki pengaruh yang besar di Sulsel sehingga akan sangat dinantikan oleh PSI. Terutama untuk mendobrak pesta politik pada 2029 mendatang.
"Saya kira Rusdi memang sangat dinantikan sekali, karena PSI di Pemilu 2029 sepertinya punya keyakinan kuat untuk bisa masuk ke parlemen, terlepas dari regulasi baru nantinya, terkait parliamentary threshold," kata Anis.
Menurut Anis, trend di beberapa daerah termasuk di pengurus pusat, PSI sepertinya sedang konsen untuk mengajak orang-orang atau politikus yang dianggap punya pengaruh kuat secara elektorat. Termasuk apa yang sedang terjadi di Sulsel, Rusdi salah satu tokoh politik yang masuk radar.
Selain itu, nama besar istri Rusdi, Fatmawati Rusdi yang sekarang ini menjabat sebagai wakil gubernur Sulsel juga disebut salah satu kekuatan politiknya yang patut diperhitungkan, terutama bagi partai yang sedang berkembang seperti PSI.
"Karena Rusdi ini tokoh politik yang punya basis elektorat kuat di Sulsel. Terlebih karena istrinya juga menjadi wakil gubernur Sulsel dan saya kira juga Rusdi punya semua, selain modal politik," imbuh Anis.
Selain Rusdi, Fatmawati dan teman dekatnya di NasDem Sulsel, menurut Anis, kemungkinan akan ikut diboyong ke PSI nantinya jika benar pindah partai. Apalagi tren membuat gerbong baru dalam konstalasi politik di Sulsel maupun di Indonesia merupakan hal yang biasa terjadi.
"Kalau soal apakah dia (Rusdi) akan membawa gerbongnya kemungkinan besar, iya, kalau melihat konstalasi sekarang. Lingkaran politik mereka yang juga punya kekuatan cukup itu sangat mungkin dibawa, namun pasti tidak akan semua," imbuh Anis.
Anis menjelaskan, walaupun secara terbuka Rusdi belum memberikan jawaban tegas terkait isu yang berkembang ini, namun biasanya orang berpindah partai karena beberapa alasan. Ada karena alasan ingin menguji kemampuan dirinya, ada juga karena komunikasi dengan parti lain yang dianggap lebih rasional.
"Orang pindah partai karena mau mer-efresh dirinya, menguji kemampuan dirinya, tapi ada juga orang pindah partai karena adanya ajakan untuk mendulang bonus elektorat dari keterlibatan figur itu. Saya kira semuanya bisa saja benar dan kita tunggu saja kebenarannya," beber dia.
Lebih jauh Anis mengungkapkan, jika benar Rusdi pindah ke PSI maka secara otomatis konstalasi politik juga akan ikut berpengaruh. Apalagi Rusdi disebut termasuk salah satu tokoh politik di Sulsel yang ikut diperhitungkan baik secara lokal maupun tingkat nasional dan sudah terbukti.
Bukan itu saja, posisi NasDem utamanya di tingkat Sulsel juga disebut akan kehilangan sejumlah basis suara. Utamanya di wilayah-wilayah atau tempat Rusdi dikenal banyak masyarakat, seperti Kabupaten Sidrap dan Pinrang.
"Kalau apakah ini berpotensi mengubah konstalasi politik di Sulsel kalau Rusdi pindah, saya kira sangat mungkin. Karena politik di Sulsel ini dinamis kelihatannya, terutama lima atau 10 tahun kedepannya dan sangat ditentukan oleh aktor kunci dan RMS ini sayakira salah satu pemain kunci di Sulsel," ungkap Anis.
"(Basis NasDem) sudah pasti akan tergerus secara elektoral kalau itu terjadi. Tanpa mengecilkan peran kader NasDem lain, tapi paling tidak akan terjadi," sambung dia.
Dia juga menerka kemungkinan Rusdi akan pindah ke PSI. Apalagi jika melihat konstalasi politik nasional, NasDem terlihat menjauh dari kekuasaan dan sedang mempersiapkan suatu hal besar untuk lima tahun ke depan.
"Kalau melihat petanya sekarang NasDem itu sepertinya menjauh dari pusaran kekuasaan dan sedang mempersiapkan pusaran baru. Kalau itu dianggap sesuatu yang tidak menguntungkan politik seseorang untuk lima tahun kedepan sayakira sah-sah saja kalau itu dijadikan alasan," tutur Anis.
Anis mengatakan, jika melihat konstalasi politik nasional saat ini sebenarnya paling diuntungkan terkait isu RMS adalah PSI, terlebih jika benar-benar sedang menyusun strategi dalam menghadapi Pemilu 2029.
"Jadi katakanlah PSI itu serius untuk menatap 2029 dan tentu dia menyiapkan segala cara dan salah satu cara yang harus diambil adalah dengan jalan pintas mengambil kekuatan politik besar di sebuah daerah dan itu sering terjadi bagi parti baru untuk bertumbuh lebih besar. Itu alasan parti, tapi kalau untuk alasan personal (RMS akan pindah) itu juga bisa bervariasi. Mungkin ia melihat potensi besar ada di parti itu untuk konstalasi politik kedepan, bisa juga karena ada situasi yang kurang nyaman pada parti sebelumnya (NasDem)," ujar Anis. (isak pasa'buan/C)