Menguji Soliditas Kader Golkar

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Soliditas pengurus dan kader Partai Golkar Sulawesi Selatan menjadi isu sentral menjelang pelaksanaan musyawarah daerah. Banyaknya intrik dan faksi yang mengemuka dalam satu periode kepengurusan Golkar Sulsel diduga menjadi salah satu pemicu ambruknya perolehan suara partai pada Pemilu 2024 di daerah ini. Pertemuan tertutup pimpinan Golkar kabupaten dan kota, akhir pekan lalu, menjadi momentum bagi pengurus provinsi mengetes soliditas kader beringin.

Ketua Golkar Sulawesi Selatan Taufan Pawe mengeklaim kader tetap solid menjelang periodenya berakhir Agustus 2025. Dia mengaku siapa pun terpilih sebagai ketua Golkar Sulsel di Musyawarah Daerah (Musda) nantinya harus kompak untuk menghadapi Pemilu 2029.

"Kami ini solid-solid saja. Siapapun yang terpilih nantinya harus mampu membentuk teamwork untuk mengantar (Golkar menang) 2029 sesuai harapan Bapak Ketua Umum (Bahlil)," imbuh Taufan seusai menggelar pertemuan tertutup dengan para pengurus DPD II Golkar se-Sulsel di Hotel Gammara Makassar, Sabtu (21/6/2025).

Taufan mengaku hingga saat ini belum ada jadwal untuk Musda Golkar Sulsel dari DPP. Intinya, kata dia, Musda DPD I Golkar akan dijadwalkan DPP hingga Desember 2025.

"Jadwal Musda itu ditentukan oleh DPP. Kita tidak tahu. Sekarang tahap pertama sudah berlangsung. Saya tidak tahu Sulsel masuk tahap kedua atau ketiga. Yang jelas harus berakhir 31 Desember 2025," tutur dia.

Taufan tak ingin berbicara dukungan untuk dirinya maju di Musda. Alasannya, sampai saat ini belum ada jadwal dan tahapan Musda.

Silaturahmi dengan pengurus DPD II Golkar kabupaten/kota di Kota Makassar menjelang Musyawarah Daerah (Musda) XI Golkar Sulsel turut dihadiri kader senior Golkar, Nurdin Halid. Di akun instagram, Taufan duduk berdekatan dengan Nurdin Halid yang juga Wakil Ketua Komisi VI DPR tersebut. Mereka duduk semeja di salah satu ruangan sebelum memasuki ruangan Ebony Hall lokasi pertemuan.

Di kesempatan itu Nurdin Halid menyerukan Musyawarah Daerah Golkar Sulawesi Selatan harus menjadi ajang adu gagasan dan hindari politik transaksional. Dia juga menekankan seluruh elemen partai harus kompak untuk mengembalikan kejayaan Golkar di Sulsel. Dia dan Taufan sepakat untuk menciptakan nuansa kebersamaan menjelang Musda Golkar Sulsel.

"Saya dengan Pak Taufan memiliki sebuah gagasan yang ide untuk terus menciptakan kebersamaan, kekompakan daripada seluruh fungsionaris, seluruh penggiat partai Golkar agar bisa mengembalikan kejayaan partai Golkar," imbuh Nurdin.

Nurdin mengaku pertemuan tersebut diklaim hanya sebagai ajang silaturahmi untuk menyatukan ide dan gagasan memajukan Golkar Sulsel. Wakil Ketua Komisi VI DPR ini mengimbau agar menghindari berbicara figur calon di Musda.

"Jadi sekarang saya sampaikan, mengimbau, agar sekarang kita jangan berbicara figur, bicara figur pada saatnya. Sekarang kita mengedepankan dulu gagasan, program agar supaya kita bisa mengambil langkah-langkah untuk mengembalikan kejayaan partai Golkar. Baru punya figurnya," ujar dia.

Mantan Ketua Golkar Sulsel ini juga berharap kader menghindari politik transaksional di Musda nantinya. Golkar, kata Nurdin, harus memberi contoh kepada masyarakat untuk menghindari transaksional dalam kontestasi politik.

"Saya mengimbau, mengharapkan tidak transaksional. Partai Golkar harus memulai dari situ, harus memberi contoh pencerahan kepada masyarakat. Hindarkan transaksional. Saya bilang, kalau ada yang menawarkan uang, sampaikan terima kasih, kita ketemu di surga. Hindari neraka," ujar dia.

Hubungan IAS-Munafri

Sementara itu, kader senior Golkar Sulsel, Ilham Arief Sirajuddin menepis dugaan keretakan hubungan dengan Ketua Golkar Makassar, Munafri Arifuddin. Kedua nama ini belakangan saling menggalang dukungan untuk maju di Musda Golkar Sulsel.

IAS hadir dalam pertemuan pengurus Golkar Sulsel dan pengurus kabupaten-kota. Adapun, Munafri hanya mengutus Ketua Harian DPD II Golkar Makassar, Ismail.

"Tidak ada-lah (retak dengan Munafri). Masak saya bisa retak (hanya) dengan urusan politik," ujar IAS meluruskan kabar miring yang beredar itu.

IAS mengatakan hingga saat ini hubungan dengan Munafri masih baik-baik saja. Mantan wali kota Makassar dua periode itu menepis isu terkait keretakan hubungannya.

Meski begitu, IAS tak menampik jika dirinya dengan Munafri belakangan berbeda pandangan politik dan itu dianggap hal biasa dalam politik. IAS kembali menegaskan bahwa hubungannya dengan Munafri selama ini baik-baik saja. Menurutnya, isu keretakan hubungannya itu hanya disimpulkan oleh publik.

"Itu yang saya katakan, perbedaan pandangan dalam berpolitik hal yang biasa, cuma penontonnya (publik) kadang-kadang menyimpulkan lain," imbuh IAS.

Belakangan ini, IAS masif melakukan manuver politik. Jumat pekan lalu, IAS juga melakukan pertemuan empat mata dengan Taufan Pawe di salah satu warung kopi.

IAS menegaskan bahwa dirinya sejak awal sudah siap maju di Musda Golkar Sulsel. Ia juga menepis jika pertemuan antara kader Golkar di Sulsel ini adalah untuk menjegal Munafri melenggang ke kursi Ketua Golkar Sulsel.

Menjelang Musda Golkar Sulsel, IAS berharap seluruh kader tetap merajut kolaborasi untuk bersama-sama mengembalikan kejayaan partai besutan Bahlil Lahadalia ini. IAS menyebut, Musda bukan ajang untuk mengedepankan egosentris, melainkan persatuan.

Dia juga mengungkapkan bahwa menyatukan perbedaan pandangan dalam politik tidaklah mudah. Untuk itu, IAS berharap lewat Musda nantinya seluruh kader Golkar di Sulsel menyatu.

"Saya bilang begini, sekarang Golkar bisa besar kalau dirajut sama kolaborasi. Kalau ego sentris yang muncul dari masing-masing pihak, akan terjadi pengkotak-kotakan dan itu menjadi sebuah persoalan," tutur mantan Ketua Partai Demokrat Sulsel itu.

"Merajut perbedaan pendapat dalam sebuah kontestasi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh karena itu, barangkali pemikirannya ketum, kan kita ini diajar untuk berdemokrasi. Tetapi kadang-kadang berdemokrasi, ujungnya tidak bisa kita terima," sambung dia.

Pertemuan Ketua DPD I Golkar Sulsel, Taufan Pawe (TP) dengan senior Golkar Nurdin Halid (NH) dan Ilham Arief Sirajuddin (IAS), jelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Sulsel, memunculkan beragam spekulasi, akankah ketiga klan itu bersatu. Utamanya dalam pengambilan alihkan Ketua Golkar Sulsel.

Getolnya IAS melakukan pertemuan lintas sektor, mulai dari roadshow ke Pengurus DPD II Golkar di Sulsel, hingga pertemuannya dengan sejumlah tokoh besar Golkar Sulsel, makin meyakinkan publik bahwa IAS sangat ingin memimpin Golkar Sulsel.

Pengamat politik, Muhammad Asratillah berpandangan lain. Menurut dia, lobi-lobi politik di internal Golkar Sulsel merupakan hal yang biasa terjadi menjelang Musda atau pemilihan ketua tingkat provinsi. Termasuk pertemuan antara Nurdin, Taufan, dan IAS.

Menurut Asratillah, bisa saja pertemuan itu hanya pertemuan biasa untuk saling tawar-menawar antarkepentingan ketiganya dan belum menentukan sikap apakah mereka akan satu poros dalam penunjukan Ketua DPD I Golkar Sulsel nantinya.

"Ini hal biasa di Golkar, bisa jadi ketiganya bersatu. Tapi, kan, pasti ada bargaining-bargaining sebelum menunjuk siapa yang akan didorong di Musda. Apakah IAS, bisa juga figur lain di luar tiga tokoh ini," imbuh Asratillah.

Kemunculan figur lain atau 'kuda hitam' dalam perebutan kursi pimpinan Golkar Sulsel disebut merupakan hal biasa dan kerap terjadi. Seperti halnya Taufan, yang terpilih lewat aklamasi pada Musda Golkar Sulsel pada 2020.

"Dulu Taufan Pawe tidak disangka-sangka dan tiba-tiba terpilih aklamasi. Jadi, bisa saja nanti ada nama lain yang dianggap potensial tapi didorong oleh tiga gerbong ini," ujar Asratillah.

Adapun kepentingan yang dimaksudkan itu adalah kepentingan Golkar di tingkat kabupaten dan kota. Termasuk juga kepentingan untuk tingkat pemilihan legislatif dan pemilihan kepala daerah mendatang.

Direktur Politik Profetik Institute itu juga berspekulasi, tokoh Golkar yang memungkinkan bisa jadi alternatif kesepakatan Nurdin, Taufan, dan IAS adalah Adnan Purichta Ichsan. Terlebih, mantan bupati Gowa itu juga disebut memiliki kedekatan dengan Ketua Umum Golkar, Bahlil Lahadalia.

"Pak IAS dan Adnan sebentar lagi menjadi keluarga. Ada juga kabar kedekatan antara Adnan dengan Bahlil, itu tidak bisa dianggap enteng juga," ucap Asratillah.

Asratillah menjelaskan, konsolidasi antara tokoh Golkar Sulsel belakang ini, baik secara formal maupun non formal akan semakin membuka peluang terbentuknya konsolidasi tingkat elit Golkar.

"Kalau saya melihat pertemuan-pertemuan itu memang ada upaya untuk mengkompromikan kepentingan bargaining dari gerbongnya NH, TP dan IAS," kata dia.

Jika Nurdin, Taufan, dan IAS nantinya mencapai puncak kesepakatan, kata Asratillah, perhelatan Musda Golkar Sulsel akan lebih menarik. Mengingat belakang ini Ketua Golkar Makassar yang juga merupakan Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin gencar melakukan konsolidasi politik dengan sejumlah pengurus Golkar daerah.

"Yang menarik ini kalau, misalnya, ketiga gerbong ini saling mengkompromikan kepentingan, besar kemungkinan mereka akan menjadi gerbong yang kuat dan mempengaruhi hasil Musda Golkar nantinya," beber dia.

Meskipun, kata dia, keputusan penetapan Ketua DPD I Golkar tetap di tangan Ketua Umum Golkar. Bahkan surat rekomendasi dari pengurus DPD II Golkar yang telah dikantongi Munafri disebut bisa saja berubah nantinya jika ada keputusan lain dari pengurus DPP Golkar.

"Tapi ini tergantung dari keputusan DPP nanti. Masih teringat dalam sejarah Musda Golkar biasanya, konsolidasi para elite itu sama besar pengaruhnya dibandingkan rekomendasi-rekomendasi dari tingkat kabupaten/kota," kata Asratillah. (isak pasa'buan/C)

  • Bagikan